Menstruasi

38 10 4
                                    

Kenyamanan didapat ketika jiwa membuka pintu hati-AD

"Rothy!!!" panggil Rain.

"Pe?" jawabku singkat.

"Lo udah ngepack buat kita camping?" tanyanya.

"Camping?" kejutku, "Emang da acara apaan?"

"Lo belom tau? Kita dua minggu lagi camping!" serunya.

"Lo bener bener ga tau minggu depan kita camping?" Lily menghampiri kami, "Lo bener bener ga update Roth!".

"Males cari tau," singkatku.

Camping adalah acara tahunan sekolahku. Acara ini biasanya dilaksanakan dua bulan sebelum akhir semester 1. Sekolahku menyelenggarakan acara ini tak pernah jauh dari daerah puncak dan hanya sekitar 4 hari dan 3 malam saja dilaksanakan.

****

Hari ini Camping dilaksanakan. Camping dimajukan seminggu sebelumnya karena ada pertukaran kepala sekolah.

"Baik anak-anak kursi bus sudah tertera nama-namanya. Jadi tidak boleh saling bertukar kursi karena pasti kalian bakal ngobrol bergeng-geng-an," umum bu Mary, wali kelasku, "Oh ya dan satu lagi ga boleh pacaran!" lanjutnya.

"Ga boleh pacaran? Maksudnya?" tanya Lilly.

"Tau deh," singkat Rain.

Kami pun satu persatu memasuki bus yang telah disediakan.

"Kenapa sih pake dinamain segala?" keluh Jasmine, "Kita kan jadi gak bisa ngerumpi-rumpi indah," sedihnya.

"Yah gue bareng sama Dapuk," Pamela duduk bersebelahan dengan Daffa, hanya saja lebih akrab kami memanggul Dapuk.

"Lo sama siapa Bell?" tanyaku pada Annabelle sembari mencari bangkuku. Selama ini aku berusaha menghilangkan keteganganku pada Annabelle dan bersikap seperti biasa padanya.

"Hmm?" dia menoleh, "Gue sama Bastian," jawabnya.

"Oh," singkatku.

"Oh jadi ini yang dibilang bu Mary. Kita duduknya pasangan cowok cewek!" Jasmine menyadarkan kami atas pola duduk yang telah diatur berpasangan.

"Kok aneh ya? Masa duduknya pasangan cowok cewek?" tanya Lilly.

"Mungkin biar kita bisa lebih akur?" jawab Rain, "Selama ini kan cowo cewe emang bergeng-geng-an," lanjutnya.

"Oh ya bisa jadi," Lilly menyetujui ucapan Rain.

"Gue cari tempat duduk dulu," akupun melanjutkan pencarian bangkuku.

Dan got it! Aku menemukan kursiku. Aku menengok ke belakang. Bangkuku jauh dari bangku teman-temanku.

Kursiku berada di posisi tengah bus ini. Sedangkan mereka di area belakang bus.

Huufftt

Sialnya, sebelahku adalah Kevin. Selama ini aku masih belum yakin dia adalah orang yang membantuku waktu itu, karena belum banyak bukti. Jadi aku masih menganggap dia orang asing yang harus aku hindari. Jika tidak, kesialan akan menghampiriku.

"Hai Ana!" Kevin tiba-tiba saja menghampiriku.

Degg ia tahu nama panggilanku? Yang hanya keluargaku yang tahu.

Aku menoleh padanya, "Kita sampingan, lo mau duduk dimana? Di pojok deket jendela atau di pinggir?" tanyanya.

"Pojok," singkatku. Aku langsung duduk di pojok dan sebisa mungkin menghindari kontak mata dan fisik. Aku memutuskan melihat ke arah luar jendela.

ReliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang