Jaket

35 10 0
                                    

Yang kubenci dari sebuah pertemuan ialah perpisahan. Perlakukan pertemuanmu , seperti sebuah perpisahan. Dengan itu, kamu takkan pernah kecewa. -AD

Kerja kelompok ialah tugas yang kubenci.
Pemikiran berbeda dan juga argumen yang berbeda pasti selalu menyebabkan sebuah pertengkaran.

Dan ini terjadi pula pada kelompokku. Kelasku ditugaskan untuk membuat sebuah mini video drama yang berlatar alam. Dan membaginya dalam 6 kelompok. Karena guru Bahasa Indonesiaku ini suka sekali dengan alam, bukan hanya suka, tetapi bisa dibilang terobesesi. Maka dari itu, ia menyuruh murid - muridnya memakai latar alam. Ada ada saja.

"Pamela, kita shooting di rumah lo aja ya?" pinta Rain.

"Loh kok? Kenapa di rumah gue?" tanya Pamela.

"Kan rumah lo itu asri banget ada taman luas, jadi kitakan punya latar shooting yang bagus," jawab Rain.

"Bukannya rumah Lily juga ada?"

"Sorry Mel, rumah gue gak bisa dipake dulu, lagi renov," sahut Lily.

"Gapapa kan Mel kita di rumah lo aja?" tanya Jasmine

"Ga bisa apa kita nyewa tempat aja? Atau gak kita pergi ke Bogor aja."

"Malah keluar anggaran besar Mel, terus due timenya juga gak lama lagi," jawab Jasmine.

"Gue gak mau shooting di rumah gue!" pelotot Pamela.

'Mengapa ia tak menginginkannya? Bukannya dia jadi tak usah pergi kemana-mana?' batinku.

"Kenapa?" tanya Rain.

"K k karena, karena," gagapnya.

"Mendingan gue izin sama mama lo aja deh. Kan izin langsung tuh. Terus mama gue kan deket sama mama lo. Nanti gue minta mama gue chat mama lo," putus Rain sepihak.

Brakk "Ga bisa gitu donk," bentak Pamela dengan memukul meja.

Setelah pederbatan yang begitu lama, masalah ini masih belum terselesaikan dan berakhir dengan kemarahan yang di bawa pulang ke rumah masing-masing.

Pamela pergi begitu saja. Yang lain pun ikut pulang karena sudah terlalu lama berdiskusi tapi belum menemukan solusi.

Terlantarlah kini aku. Ini pertama kalinya aku kerja kelompok selama ini dan tak menyelesaikan apa - apa, hanya membuang-buang waktu saja.

Mereka mengajakku di sebuah mall yang sangat jauh dari rumahku hanya untuk kerja kelompok.

Hfftt memang norak sekali.

Karena sudah malam dan ponselku pun juga mati kehabisan baterai, terpaksalah aku untuk jalan kaki.

Karena. Aku trauma.

Dulu, saat aku pergi berdua dengan mamaku pada malam hari ke sebuah tempat dan mengharuskan kami menaiki angkutan umum, banyak sekali preman membawa pelacur mereka menaiki angkutan umum yang sedang kutumpangi itu.

Mereka merokok dan sangat berbau alkohol. Ugghh aku memiliki asma. Pulangnya asmaku kambuh. Untung saja tak terjadi apa-apa, karena pada saat itu pula, ada seorang laki-laki yang berlagat seperti melindungiku dan mamaku dari para preman.

Aku sungguh trauma dan takut. Jika seandainya tak ada laki-laki seperti dulu bagaimana?

Karena itu aku lebih memilih jalan kaki dengan cepat saja.

Saat di pertengahan jalan, ku berhentikan kakiku. Sepertinya aku tersesat.

'Ugghhh bodohnya kau ini Ana. Mengapa jalan sambil tertunduk? Jadi kesasar deh,' makiku.

ReliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang