Meet

61 17 5
                                    

Dunia sebatas cerita, mengulur dirimu dalam benang tipis yang rumit, tak berdaya.
Begitulah cinta, sebatas rasa atau penyesalan tanpa jeda. - AFR

Minggu-minggu pertama masuk sekolah memang diisi untuk mengenal lingkungan sekolah.

Pagi ini ada demonstrasi ekstrakulikuler yang ada di sekolah.

Siswa kelas X menduduki area pinggir lapangan dan menghadap ke tengah lapangan untuk melihat pertunjukan demonstrasi.

Ada 24 ekstakulikuler, seperti basket, cheerleaders, futsal, KIR dan sebagainya.

Namun aku tak tertarik dengan ektrakulikuler yang hanya ingin pamer dan numpang nama. Tetapi saat demonstrasi eskul silat ditampilkan. Seseorang lelaki menarik perhatianku. Gerakannya yang tangkas dan wajah fokusnya menarik perhatianku.

Setelah selesai dengan semua demonstrasi eskul baik yang outdooe maupun indoor. OSIS memberikan selebaran pendaftaran untuk eskul.

"Dothy, lo mau ikut eskul apa?" tanya Annabelle di sebelahku.

"Ga tau." Jawabku pendek.

"Disini maksimal mengikuti dua eskul dan minimum satu eskul! Terus ada keterangan, gak eskul gak naik kelas. Wadoww."

Sejujurnya aku tak tertarik dengan eskul. Tetapi eskul menjadi alasan ku untuk menghindari rumah. Lagipula tak apa, mencari kegiatan kan lumayan, untuk olahraga juga.

Tiba-tiba lelaki tadi terlintas di pikiranku. Kini tiba-tiba saja aku tertarik untuk masuk ke dalam eskul silat.

Ya, memang sepertinya aku memiliki bakat di bidang seni. Seni tari, seni pertunjukkan ataupun seni beladiri.

"Hmm.. silat aja lah." cicitku pelan dan menulisnya dalam formulir pendaftaranku.

"Doth, lo mau ikut silat? Pffttt, gw punya temen cowo ternyata," tawa Annabelle melihat formulirku.

"HAHAHAHA lucu lu." balasku.

"Eh buy the way busway, ikut KIR kuy! Lumayan, gue denger dari kakak kelas, bisa nambah nilai!"

KIR? WTF, sangat membosankan.

Keesokannya, sepulang sekolah kita dipersilahkan untuk mengikuti kegiatan awal eskul masing-masing sesuai dengan jadwal eskul tersebut.

Silat menempati jadwal setiap senin di lapangan gedung 1 dan kamis di lapapangan gedung 2.
Sekolah kami memang memiliki 2 gedung. Gedung satu untuk kelas-kelas dengan satu lapangan outdoor dan satu lagi lapangan indoor dan laboratorium.

Selain aku yang mengikuti silat, dari kelasku ada Jasmine dan Daniel. Daniel itu adalah sie keamanan di kelasku. Mempunyai badan besar membuatnya terpilih menjadi sie keamanan. Tapi aku ragu dia lelaki sejati. Pffttt.

"Jasmine, kita ganti baju di kamar mandi sini ato disana aja?" tanyaku pada Jasmine.

"Di sana aja deh, takut telat," jawabnya.

"Oke." kami pun segera menuruni tangga dan pergi ke gedung b. Kelas ku ini berada di lantai empat, lumayan lah olahraga naik turun tangga.

Setelah sampai ke gedung b. Kami melihat kakak kelas yang sedang bermain volly memakai bola basket. WTF mereka sepertinya memang memiliki tulang baja.

"Hmmm... taruh mana ya tas kita?" ragu jasmine sambil menaruh telunjuknya di dagu. 

"Jasmine, tas taro sini aja?" kuletakkan tasku di atas bangku yang berada di pinggir lapangan.

"Gue juga deh," balas Jasmine.

"Lo pake baju olahraga ato baju bebas plus training?" tanyanya padaku sambil mengeluarkan baju gantinya.

ReliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang