Chapter 6

31 22 2
                                    

Keeseokkan hari nya Rey kembali menyambut pagi yang cerah. Cahaya pagi telah membangunkan Rey. dari tidur lelapnya. Setiap bangun tidur pasti hal yang pertama Rey buka adalah handphone, dilihatnya ada beberapa notiv pesan masuk dan juga panggilan tidak terjawab dari Liam.

"Maaf tidak menghubungi kamu, kemarin ada beberapa masalah. Nanti akan aku jelasin" Pesan singkat dari Liam kepada Rey.

Rey bingung kenapa Liam tidak langsung saja ke topik permasalahan apa yang sedang dia hadapi, apakah Rey tidak berhak tahu soal itu? pikirnya. Dan Rey memilih hanya membaca pesan tersebut, tidak membalasnya seperti hal yang sama yang telah dilakukan Liam kepada Rey. Padahal besok adalah hari keberangkatan Rey ke Padang, tetapi Rey pikir bahwa Liam tidak peduli sama sekali, Rey merasa bahwa mungkin setiap orang berubah begitu juga apa yang terjadi kepada Liam.

"Mulai hari ini, aku harus terbiasa dengan tidak ada kabar dari nya, ini belum seberapa" kata Rey sambil memandangi notiv pesan dari Liam.

Rey kembali melanjutkan aktifitas nya di pagi hari dengan merapikan kamar, sarapan bersama keluarga, dan juga mempersiapkan barang-barang serta pakaian yang harus dibawa nya untuk esok hari. Sibuk dengan kegiatannya, Rey tidak mendengar ada panggilan masuk dari Liam di handphone nya. Kali ini bukan nya dia tidak peduli, tetapi saking sibuk nya, Rey tidak sempat membuka handphone nya.

Setelah semua barang-barang dan pakaian selesai di packing, Rey membantingkan badannya ke kasur, dan sebentar memejamkan mata nya. Kembali handphone nya berbunyi dan Rey membuka kembali matanya. Dilihatnya handphone nya, seperti yang Rey duga, itu adalah telpon dari Liam.

Rey mengangkat telpon itu, dan kemudian diam. Menunggu Liam menjelaskan masalah yang terjadi pada dirinya dan kesalah pahaman diantara mereka.

"Hallo.. Rey" ucapan pertama Liam, ketika Rey mengangkat telpon nya

Rey memilih diam, tidak menjawab. Hanya mendengarkan Liam berbicara di telpon.

"Aku tahu bahwa apa yang aku lakukan ke kamu itu salah, karna tidak memberi kabar beberapa hari yang lalu, aku minta maaf soal itu"

"Hallo.. Kenapa kamu tidak menjawab..?

"Baiklah, aku harap kamu mendengarkan ini. Tetapi aku tidak ada niat sama sekali untuk tidak menghubungi kamu, aku berada di rumah sakit, menjaga Ibu ku."

"Sekali lagi aku minta maaf. Kamu dari semalam kemana? Tadi pagi aku juga mencoba menghubungi kamu"

Setelah Liam berbicara, Rey masih diam. Dan berpikir kenapa dia tidak memberi tahu ku bahwa Ibunya sakit, apakah sebegitu lupa nya Liam bahwa Rey juga mengkhawatirkan dirinya. Jika saja Liam memberitahu lebih awal, mungkin Rey bisa membantu nya untuk mengurusi Ibunya, dan menjenguk di rumah sakit. Tetapi setelah semua nya terjadi Liam baru memberi tahu Rey, Liam tidak memberinya alasan kenapa pesan Rey waktu itu tidak di balas, padahal Liam sudah membaca pesan tersebut. Rey masih kesal soal itu.

Perlahan Rey mencoba membuka suara.

"Maaf Liam, dari tadi aku sibuk membereskan barang-barang untuk keperluan besok. Karena besok pagi aku akan berangkat ke Padang"

"Coba kamu memberitahu aku lebih awal bahwa Ibu kamu sakit, mungkin aku tidak sekhawatir itu, tetapi kamu malah diam saja, pesan ku tidak kamu balas, hanya kamu baca. Bisa kamu jelaskan? Aku tidak yakin kamu benar-benar lupa untuk mengabari ku, atau kamu memang sengaja"

Mendengar Rey akan berangkat besok, Liam benar-benar kaget dibuatnya, dia lupa kalau besok adalah hari keberangkatan Rey. Dia merasa sangat menyesal saat itu. Saat mendengarkan jawaban dari Rey, dan kenapa Liam hanya membaca pesan dari nya. Saat itu juga Liam teringat kembali kejadian malam itu di rumah sakit, bahwa dia mengurungkan diri untuk pergi menemui Rey, karena saat itu bertemu Safi.

"Rey, malam itu aku berniat untuk menghubungi kamu, setelah membaca pesan dari kamu aku ingin sekali menemui kamu saat itu juga untuk menenangkan pikiran ku yang kacau waktu itu. Tapi saat itu aku bertemu Safi di rumah sakit, entah apa yang terjadi waktu itu kepada ku hingga aku mengurungkan niat ku untuk datang menemui mu."

"Saat Ibu pulang dari rumah sakit, aku juga berniat menghubungi kamu kembali, tapi aku harus mengurus keperluan Ibu yang harus dirawat dirumah. Aku benar-benar menyesal, maaf kan aku, Rey" kata Liam

Mendengar nama Safi, Rey juga teringat kejadian hari lalu, dimana masalah ini berawal dari sore itu. Safi yang datang ke rumah Rey untuk menjemput buku yang akan Rey kembalikan, dan Liam ada disana. Rey ingin meluruskan kejadian tempo hari itu.

"Baiklah aku mengerti bahwa Ibu kamu sakit, Li. Setidaknya kamu membalas pesan ku, ini tidak ada satu pun kata dari kamu. Ada apa diantara kamu dengan Safi, Li. Sore itu juga kamu terlihat kesal saat Safi datang ke rumah ku untuk menjemput buku nya. Aku hanya ingin mengembalikan buku-buku yang dia berikan kepada ku" kata Rey

"Kamu bicara begitu seolah tidak tahu saja, Rey. Aku begitu karena aku saja tidak memberikan kamu buku, sedangkan dia memberi kamu buku yang berguna untuk SBMPTN nanti. Aku tidak memberikan mu apa-apa, kecuali hanya kekhawatiran. Aku tahu kok, dia punya segala apa yang dia butuhkan, dan apa yang dia ingin kan dengan mudah dia dapat, kamu pantas mendapatkan orang seperti itu, tidak seperti ku." kata Liam yang kembali kesal dengan kejadian malam itu, membawa dia kehilangan arah tujuan nya kalau dia ingin berdamai dengan Rey.

"Apa? Kamu tega ya, Li. Aku nggak habis pikir kamu bisa bicara seperti itu. Jadi menurut kamu aku tidak pantas untuk ada buat kamu?"

"Bukan, aku yang tidak pantas untuk kamu, Rey" balas Liam

"Percuma saja aku menunggu pesan kamu dari kemarin, menunggu mu untuk menjelaskan ada apa, dan kenapa. Tapi sepertinya kamu tidak ingin berdamai dengan ku, kamu tidak mempercayai ku, buat apa aku mengembalikan semua barang yang diberikan Safi kepada ku, kalau aku tidak mempedulikan perasaan mu. Kamu egois, Li. Kamu hanya memikirkan perasaan mu saja" kata Rey yang menahan air mata nya, dia sangat tidak menyangka bahwa Liam akan berbicara begitu kepada nya

"Maaf kan aku, Rey."

Rey menangis di balik bantal dan menjauhkan handphone nya, karena tidak ingin sampai di dengar oleh Liam.

Sempat hening beberapa saat kemudian, setelah itu Liam kembali membuka pembicaraan.

"Rey, besok kamu berangkat jam berapa? Aku akan kesana sebelum itu." kata Liam

"Tidak perlu, Li. Aku tahu kamu sebenernya lupa kalau besok aku akan berangkat. Kamu tidak perlu mengantar, aku tidak apa-apa. Ibu kamu sakit, sebaiknya kamu dirumah saja." kata Rey yang kembali mencoba menyesuaikan nada bicara nya yang habis menangis agar terlihat biasa saja.

"Baiklah, sekali lagi aku minta maaf, apakah kamu mau memaafkan aku?" tanya Liam

Sejenak membuat Rey kembali diam, dan berpikir. Mudah saja bagi Liam mengucapkan kata maaf, Liam seperti tidak tahu bahwa apa yang dikatakannya sangat menyakiti hati Rey.

"Sudahlah, Li. Aku mau kembali packing, masih ada yang harus disiapkan, aku tutup telponnya." kata Rey yang langsung saja menutup telpon dari Liam. Rey tidak ingin mendengar lagi suara Liam saat itu, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Liam menyangkut pautkan masalah ini lagi kepada Safi dan juga dirinya.

Rey berpikir, buat apa rasa percaya yang dia bangun selama ini kepada Liam jika hanya Rey yang berusaha membangun itu. Tapi Liam tidak melihat kepercayaan yang telah dia bangun hanya untuk hubungan mereka. Rey yakin, bahwa kedepannya akan makin sulit dijalani, kali ini dia benar-benar kecewa kepada Liam.

B i m b a n gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang