Chapter 7

16 12 0
                                    

Matahari kembali memunculkan sinarnya, aroma pagi sangat sejuk ditemani dengan kicau burung yang merdu.

Hari ini adalah hari keberangkatan Rey untuk meninggalkan kota kecil nan emas ini. Demi untuk belajar dikota seberang dan menggapai cita-cita nya menjadi seorang dokter. Perjuangan nya pun akan menjadi makin sulit hari demi hari, tak terasa Rey sudah harus berjuang sendiri dengan kemampuan yang ia miliki agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Semua barang-barang telah disiapkan, dan menunggu waktu setelah sarapan pagi Rey dan ayah nya akan segera berangkat.

Rey termenung sambil menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya. Seperti ada pikiran yang masih mengganggu nya, dia merasa bimbang apakah ia akan baik-baik saja? apakah ia bisa nyaman berada jauh dari orang tua nya, dan Rey tau ini bukan waktu yang singkat. Memang Rey sudah terbiasa sejak kecil ditinggal kerja dengan orang tua nya, ia sejak kecil hanya ditemani dengan nenek dan juga mainan-mainan kecilnya.

Sayangnya nenek sudah semakin tua, biasanya kemanapun Rey pergi, pasti nenek selalu menemani Rey. Tapi sekarang Rey menolak untuk ditemani nenek, karena Rey mengerti nenek akan mudah letih untuk berpergian jauh di usianya.

"Kok mendung, cepat habisin makanan nya Rey" kata Mama mengejutkan lamunan Rey

"Iya, ma" jawab Rey

"Semua sudah disiapkan bukan? kamu pastikan lagi setelah sarapan ini kalau tidak ada lagi yang ketinggalan" kata Ayah

Rey hanya mengangguk paham.

Setelah sarapan, Rey kembali memeriksa barang bawaannya, dan dia sudah memastikan bahwa semuanya sudah lengkap. Hanya saja Rey kepikiran satu hal, soal Liam. Yang sedari tadi mengganggu pikirannya adalah Liam, masalah mereka belum selesai, Rey berpikir ingin sekali bertemu Liam hari ini, sebelum ia berangkat. Tetapi baginya itu tidak mungkin karena keadaan Ibu Liam yang masih sakit, Rey tidak ingin memaksa Liam untuk menemuinya hari ini, walaupun jika diminta Liam pasti akan datang.

Ego menguasai diri Rey saat itu, dia tidak ingin duluan menghubungi Liam, ia ingin Liam menelponnya duluan. Rey ingin memastikan bahwa Liam tidak lupa kalau hari ini adalah hari keberangkatannya ke Padang. Jika saja Liam menelepon sekali saja, Rey berpikir untuk melupakan masalah yang lalu, dan perkataan Liam yang terus saja mengganggu pikirannya saat ini.

Rey duduk termenung di kamarnya, melihat-lihat isi kamarnya yang pasti nanti akan ia rindu.

"Rey, kamu hati-hati disana ya, bantuin tante disana, jangan seenaknya seperti dirumah ya" pesan Mama

"Iya ma, aku bisa jaga diri kok"

"Belajar yang rajin disana, jangan keluyuran, kamu kesana untuk belajar, bukan karena hal lain. Ingat pesan mama"

"Iya, aku nggak akan macem-macem"

"Baiklah, nanti mama akan sering menelpon" kata Mama sambil memeluk Rey

"Ayo Rey kita berangkat, sudah siap kan?" kata Papa yang memanggil dari pintu

Rey terdiam sejenak, masih memikirkan soal Liam. Sampai sekarang tidak ada satupun pesan ataupun telpon dari nya.

"Kok nggak jawab, Rey? Kamu kenapa?" kata Mama

"Eh iya pa, sudah siap kok" Rey terbangun dari lamunannya.

"Baiklah, ayo masuk mobil. Sebelum itu kita pamitan dulu sama nenek" kata Papa

Setelah berpamitan dengan nenek, dan mama. Rey bersama papa nya pun sudah siap untuk berangkat, semua barang-barang sudah di mobil, Rey melihat-lihat sekeliling rumahnya, dan perlahan-lahan ingin meneteskan air mata, tetapi ia tahan. Rey tidak ingin dilihat oleh papa nya jika ia bersedih.

Bolak-balik ia mengecek handphone nya, dan juga tidak ada notif dari Liam. Rey benar-benar kecewa, terpaksa ia menurunkan ego nya dan menelepon Liam duluan, alhasil masih saja tidak diangkat oleh kekasihnya itu. Akhirnya Rey memutuskan untuk hanya mengirim pesan teks kepada Liam, bahwa ia pamit untuk berangkat ke Padang.

"Aku pergi dulu, jaga diri kamu baik-baik" pesan yang Rey kirimkan kepada Liam

Selama diperjalanan, Rey berbincang dengan Papa tentang perkuliahan, bagaimana sulitnya masa-masa kuliah, dan pesan-pesan dari Papa bahwa Rey harus terus Rajin belajar dan berdoa. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain sekarang, masa depan adalah hal yang utama.

"Kamu harus ingat pesan Papa, Rey. Kamu harus bisa tembus kedokteran" kata Papa

Rey hanya diam, hanya itu kata-kata yang terngiang-ngiang di kepala Rey sejak lama. Tetapi kata-kata itu sangat menyekik bagi Rey, semua pikiran-pikiran Rey terbeban karena nya, apakah dia bisa, bagaimana kalau nanti dia tidak bisa, apa yang akan orang tua nya lakukan terhadapnya, hanya itu yang dia khawatirkan.

Tak ingin ambil pusing saat itu, Rey memilih memejamkan matanya, dan tertidur. Rey sangat ahli mengalihkan pikirannya dengan tidak peduli, tetapi dia masih saja sewaktu-waktu memikirkan itu.

Setelah lamanya perjalanan, akhirnya Rey sampai di Kota Padang, di rumah tante nya. Rey dan Papa disambut dengan ramah disana, langsung sepupu Rey mengajaknya masuk dan menyedihkan segelas air.

"Akhirnya kamu sampai juga dek, calon dokter" kata Dina, sepupu nya Rey

"Hahaha.. iya nih kak, akhirnya sampai juga" jawab Rey

Papa Rey sibuk mengobrol dengan tante, Rey sibuk mengobrol dengan Dina. Tak lama setelah itu, Rey lupa mengecek handphone nya. Lagi-lagi yang dia pikirkan Liam.

"Kak Dina, aku istirahat dulu ya" kata Rey

"Oh iya kamu langsung ke kamar saja ya, tau kan kamarnya? tanya Dina

"Masih ingat kok kak" balas Rey

"Yaudah"

Rey tidak sadar kalau sedari tadi handphone nya mati karena kehabisan daya. Dia bergegas ke kamar Dina untuk mengisi daya handphone nya, dan melihat apakah Liam membalas pesan nya atau tidak.

Saat Rey membuka handphone nya, dia terkejut melihat tidak ada satupun balasan dari Liam. Hati nya sangat kecewa, seseorang yang diharapkannya, seseorang yang ditunggu ternyata tidak peduli sama sekali, akhirnya Rey memutuskan untuk tidak lagi menunggu pesan dari Liam, kali ini kesabaran nya sudah habis, dia tidak ingin lagi memikirkan masalah itu.

"Terserah saja, aku tidak akan lagi peduli" gumam Rey dalam hati

Rey harus fokus ke tujuannya datang kesini, yaitu untuk belajar agar bisa bersaing dengan para calon mahasiswa kedokteran.

B i m b a n gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang