Rumah No.5

8.6K 126 7
                                    

Siang itu aku baru saja pulang dari sekolah dengan sepedaku.
Menyusuri gang perumahanku.
Perumahanku adalah lingkungan baru dikampung ku. Jadi belum banyak yang membeli rumah disini.

Namaku Adi, seorang pemuda berumur 16tahun yang selalu menganggap dirinya sudah cukup mengetahui hal-hal yang berbau dewasa.

Tak perlu ku ceritakan aku bersekolah dimana dan bla-bla-bla....

Yang jelas saat itu diumur yang sangat muda aku telah mengenal bahkan merasakan sentuhan, sensasi, dan gairah sebuah hubungan yang bisa dikatakan bukan secara verbal saja, sudah sampai kepada intimasi.

Berbicara hal-hal berbau dewasa aku cukup tau saat itu. Saat itu akses internet cukup mudah ku akses meskipun hanya menggunakan handphone ku. Film porno? Ya aku tau dan aku pernah menontonnya. Meskipun di awal aku sempat bingung, aneh, geli, kaget, jantung berdegup kencang, dan semua sensasi ketika seseorang pertama kali menonton bokep, aku pernah merasakan nya juga.

Saat itu film yang ku tonton adalah film bokep Jepang, dimana sang wanita dalam film itu berteriak saat berisik sekali, batin ku dalam hati.

Kenapa wanita itu berteriak?
Apakah dia kesakitan?
Kenapa tak ada yang menolong nya?

Pertanyaan itu muncul dibenak ku saat itu.

Seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa, dan mulai mencoba memainkan alat kelamin ku. Tapi tak ku rasakan hal atau sensasi yang dirasakan pemeran pria saat itu.

Lalu aku pun mulai melupakan nya,
Hingga suatu ketika aku pun bertemu Om Wawan.

Gunawan nama depannya, tak perlu ku sebut secara lengkap. Tapi beliau lah yang berjasa mengajarkan ku tentang arti sex education secara rinci, bukan dari arti katanya.

Siang itu ku taruh sepeda digarasi rumahku.
Aku pun segera melepas sepatu ku dan masuk ke dalam rumah.

Tak lama berselang ketika aku sedang asik berbincang dengan ibuku, ku dengar suara seorang pria dengan nada berat namun ramah.

"Permisi Bu"
"Oh iya pak. Ada yang bisa saya bantu?" Ucap ibuku sambil berjalan menghampiri pria bertubuh besar dan tegap itu dengan jaket kulitnya berwarna hitam. Wajahnya tak terlihat karena terhalang oleh ibu.

Aku pun membuka seragamku dan berjalan masuk ke dalam kamarku, dan tak menghiraukan nya.

Tak lama setelah mengganti bajuku, aku pun melihat sosok pria tadi sudah tak ada dan ibuku kembali duduk di ruang tv menonton acara kesukaannya.

"Siapa Mah tadi itu?"
"Oh itu, dia itu orang baru pindah katanya. Rumahnya nomor 5 dari rumah kita."
"Oh gitu. Lah dia ngapain ke sini?"
"Yaaa, katanya mau berkenalan, karena kan belum banyak juga yang tinggal di perumahan ini."
"Oh gitu."
"Katanya dia kerja di Polsek situ."
"Oh polisi? Duh malas banget sih." Tukas ku sambil ku nyalakan layar handphone ku.

Aku tak pernah menyangka kebencian ku pada sosoknya diawal membawaku kepada pengalaman yang tak akan pernah ku lupakan dan semua itu terjadi begitu cepat selang 2 bulan setelah Om Wawan menetap di perumahan ku.

Setelah akhirnya ku mengenal sosoknya lebih dalam lagi, beliau adalah sosok yang baik. Seseorang dengan tubuh gempal sempurna dengan dada bidang dan lengan yang bisa dibilang cukup kekar. Yaaa stocky lah.

Namun saat itu aku belum begitu memahami istilah itu.

Kejadian itu terjadi ketika pagi itu, ayah dan ibuku sedang pergi ke rumah salah satu kerabatnya di luar kota. Aku yang anak tunggal tinggal sendiri saat itu.

Kalau kalian pikir aku takut hantu,
Tidak. Karena aku lebih baik dirumah daripada aku bertemu kerabat ayahku yang senangnya pamer anak-anaknya didepanku.

Home AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang