2 - Sebuah Keputusan

90 20 0
                                    

Jin terdiam di tempat duduknya. Sejujurnya ia masih cukup buta mengenai kehidupan sang ayah. Jalan yang mereka tempuh berbeda. Sejak kecil hingga sekarang, Jin hanya bermimpi untuk menjadi dokter. Tak pernah sekalipun terbersit di pikirannya untuk menjadi penerus Kim Suho.

Pembagian warisan telah usai. Kini ia dihadapkan dengan para petinggi perusahaan sang ayah untuk memutuskan hal-hal krusial. Jin diam-diam merutuk akibat ketidaktahuannya. Sejak tadi tangannya yang berkeringat mengepal erat di saku jasnya.

Kai yang melihat itu hanya menatapnya simpati. Ia tidak bisa membantu banyak saat ini.

"Jadi, siapa yang kiranya pantas untuk memimpin perusahaan ini?" Hanbin, salah satu petinggi berkata.

Orang-orang di sana berdebat, merasa paling pantas untuk mengisi bangku kosong perusahaan. Sejak awal, Suho memang tidak pernah menunjuk siapa yang akan menjadi pewarisnya dan kepada siapa perusahaan itu akan diserahkan. Kemungkinan besar Suho ingin menjual seluruh sahamnya di masa ia tua nanti bila anak-anaknya sudah mempunyai jalan masing-masing. Tapi, takdir tidak ada yang bisa menebaknya.

"Menurut nak Jin, siapakah yang pantas?"

Jin tersentak saat salah satu petinggi bertanya padanya. Ia gugup setengah mati. Tangannya mendingin. Pikirannya tiba-tiba kosong.

Begitu Kai menepuk sebelah bahunya, Jin tersadar. Segera ia tarik nafas dalam-dalam untuk merilekskan diri. Keberadaannya sangat penting di sini.

Ia terdiam lama untuk berpikir. Dilihatnya wajah para petinggi itu satu persatu. Sempat terpikir sang pemimpin perusahaan selanjutnya adalah Kai. Namun, dirinya tau bahwa Kai tidak mungkin memegang peranan itu. Lelaki itu sudah mengabdikan dirinya pada hal yang berbeda.

Untunglah Jin ingat sesuatu.

"Aku menunjuk Paman Chanyeol sebagai direktur utama, dan Paman Chen sebagai wakilnya," ujar Jin. "Ayah pernah bilang padaku waktu itu, dia sangat mempercayai Paman Chanyeol. Jadi, aku rasa aku harus menunjuknya."

"Tapi Jin, saya-"

"Aku tau Paman bekerja sebagai sekretaris," kata Jin. Ia menatap Chanyeol dengan yakin. "Tapi dari buku catatan ayah yang kubaca, Paman punya banyak potensi. Hanya saja, paman lebih memilih posisi sekretaris, kan? Apalagi paman sudah menemani ayah dari nol," lanjutnya. "Dan aku menunjuk Paman Baekhyun untuk menjadi sekretaris Paman Chanyeol."

Semua petinggi di ruangan tersebut tidak ada yang membantah keputusan Jin. Oleh karena itu, semua sepakat menunjuk Chanyeol sebagai kepala direktur.

Pembahasan mengenai perusahaan terus berlanjut hingga membuat Jin mengantuk karena tidak mengerti. Diam-diam di tengah perbincangan ia berpikir,

Apakah ia harus mengubah mimpinya?

"Aku tau apa yang kau resahkan," suara Kai memecahkan lamunan Jin. "Jangan ambil jalan yang salah."

Jin kembali larut dalam pikirannya. Ia tidak mau menjadi pengusaha. Lagipula Suho juga tidak pernah membebankan mereka untuk menjadi penerusnya.

"Tapi posisi ini hanya sementara, Jin. Ada saatnya, pewaris asli dari Kim Suho yang akan memimpin. Kami sengaja mengikutkanmu rapat untuk mempersiapkan kamu memimpin perusahaan. Bagaimanapun juga, perusahaan ini bukanlah milik kami. Kami hanya mengendalikannya sementara untuk menunggu kamu benar-benar siap memimpin perusahaan ini," ujar Kyungsoo yang seketika membuat Jin menyadari bahwa ia tidak bisa membuang kerja keras ayahnya selama ini.

"Untuk masalah ini, tolong beri aku waktu dulu paman."

Masalah perusahaan ditutup.

"Jin setelah ini akan hidup bagaimana?" tanya Kai saat mereka berada di lobi perusahaan.

Wednesday [BTS X GFRIEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang