Umji terbangun ketika salah satu petugas kebersihan sekolah menepuk pipinya.
"Kamu kenapa bisa ada di dalam sini?"
Gadis itu menggeleng sambil mengucek matanya. Ia melirik jam tangannya. Sudah pukul 5. Itu artinya ia sudah telat pulang selama dua jam.
"Saya terkunci, Pak."
"Oh, pintunya memang nggak bisa dibuka dari dalam, Dek. Harus dari luar. Untung ada Bapak yang nolongin," kata petugas kebersihan itu.
"Iya, Pak. Makasih banyak, ya," ucap Umji.
"Sama-sama, Dek. Lain kali hati-hati, ya. Di sini sepi."
Umji mengangguk, lalu segera keluar dari halaman belakang. Ia menuju kelas dan mengambil tasnya. Sekolah sudah sepi. Jujur gadis itu takut berjalan sendirian di lorong sekolah. Umji menghela nafasnya. Hari-harinya tidak ada yang berjalan baik.
Di gerbang, ia melihat salah satu mobil terparkir. Segera saja Umji bergegas dan masuk ke mobil itu.
"Kenapa kamu lama?"
Suara tegas menyambutnya saat membuka pintu.
"Maaf, Kak."
Jin berdecak di kursi depan. "Kamu tau nggak, Sinbi sama Yerin nungguin kamu setengah jam. Kamu dicariin nggak ada. Untung Kakak belum pulang, jadi bisa sekalian jemput. Kalau enggak? Mau pulang naik apa kamu, hah?!"
Umji tertunduk, diam membisu. Ia tidak berani membalas ucapan sang kakak tertua. Mau menjelaskan pun, Umji tidak tau caranya. Yang jelas, ia tidak bisa bilang kalau ia dikunci di belakang sekolah.
Perjalanan pulang serasa mencekam. Begitu sampai, Umji langsung disambut oleh penghuni rumah dengan wajah khawatir. Jimin bahkan memeluknya erat-erat.
"Kamu kemana sih, Ji? Kakak udah nyariin kamu ke seluruh penjuru sekolah, tapi kamu nggak ada," ucap Yerin khawatir. Matanya berkaca-kaca.
Umji terdiam sebentar memikirkan jawaban. "Umji tersesat, Kak."
"Tersesat gimana?"
"Umji ke belakang sekolah. Umji lupa jalan ke kelas, terus malah ketiduran," bohong Umji. Raut wajahnya menampakkam rasa bersalah. Selain karena sudah berbohong, ia juga membuat mereka khawatir.
"Aduh, Kakak juga nggak nyari sampai belakang. Maaf, ya," kata Yerin.
"Yang penting Umji aman."
Mata Umji menyelusuri seluruh ruangan. Ia mencari seseorang.
Ah, Sinbi tidak ada.
"Umji mau main bareng nggak? Aku punya game seru lho di tablet," ucap Yuju sembari menunjukkan layar tabletnya.
"Wah, Yuju nggak mau ngajak aku?" celetuk Taehyung dengan wajah cemberut.
"Nggak. Kak Taehyung jahil!" Yuju memeletkan lidahnya. Eunha yang melihat malah ikut-ikutan meledek Taehyung.
"Nggak apa-apa, Kak. Yuju mah jahat. Ayo main PS sama Kookie aja," ajak Jungkook dengan tangan yang merangkul Kakaknya. Taehyung bersiap mengatakan iya sebelum suara Jin mengintrupsi mereka,
"Siapa yang ngebolehin kalian main PS?"
Keduanya saling pandang, lalu menyengir. Sedetik kemudian,
"Bodo amat Kak Jin, kami nggak peduli ... Hahaha!"
Jungkook dan Taehyung berlari ke kamar dan mengunci pintu agar Jin tidak bisa masuk. Jin memijit kepalanya. Pulang-pulang sudah disambut oleh tingkah jahil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wednesday [BTS X GFRIEND]
Fiksi PenggemarTidak ada keluarga yang sempurna. Menjadi keluarga berarti kamu harus menerima apapun keadaannya. Mereka hidup bersama-sama. Harta yang berlimpah ruah dan kebahagiaan yang tiada tara. Mereka dipertemukan sebagai keluarga. Seperti sebuah takdir, keti...