Transit and Departure

56 3 0
                                    

Selama hampir 1 jam, pesawat semakin menjauh dari Jakarta dan sudah berada di ketinggian 35,000 kaki di atas permukaan air laut. Matahari sudah berdiri gagah di sebelah kanan pesawat ku.

Untung saja kaca mata hitam ku melindungi sinar nya yang sangat cerah. Awan belum terlalu begitu banyak pagi hari ini. Hingga aku bisa merasakan pemandangan biru nya langit Indonesia.

Aku bersandar di kursi pesawat dan menaruh dagu di atas kepalan tangan ku.

Andai langit adalah sebuah kanvas. Aku ingin sekali mencoret coret dengan kuas cat air tentang perasaan, cerita, cita dan harapan.

Andai awan adalah kasur yang sangat empuk. Aku ingin sekali berada di atas nya sehari penuh.

Setidaknya, sekarang aku berteman dengan awan dan langit.

Setidaknya, aku mempunyai sayap yang tidak mengepak seperti seekor burung.

Setidaknya, aku dapat terbang tanpa karpet terbang Aladdin.

Tiba-tiba Serra izin masuk ke dalam cockpit. Dia menawarkan kami untuk sarapan.

Perutku merasa belum lapar karena tadi pagi makan terlebih dahulu. Lalu aku hanya meminta satu botol air mineral

Captain Wira mengobrol dengan Captain Golda dan aku ikut untuk mendengarkan. Biasanya yang sudah berkeluarga membicarakan tentang istri dan anaknya.

Aku sebagai bujangan hanya bisa tertawa saja dan larut dalam cerita mereka.

Terkadang juga aku di jadikan sasaran untuk bahan lelucon. Tapi tidak ada yang membuat sakit hati. Karena memang perbincangan Pilot dan Pramugari tidak formal dan seberat pembicaraan masalah-masalah orang kantor pada umum nya.

Ada beberapa yang terbuka tentang politik ada pula yang acuh tidak acuh dengan itu. Aku berusaha orang yang bisa beradaptasi dengan siapa saja. Maklum saja apabila teman-teman dan captain yang dekat dengan ku merasa mudah untuk tertawa bersama.

Selain modal otak pun kami harus punya modal untuk baik kepada siapa pun. Apalagi terhadap penumpang. Di hadapan Captain Senior aku juga menjaga etika dan sopan santun.

Serra masuk kembali ke dalam cockpit dengan membawa makanan untuk Captain Wira dan Golda dan air mineral untuk ku.

Aku mengambil alih untuk memonitor dan memberikan Captain Wira kesempatan untuk makan terlebih dahulu.

Padahal aku tidak sedang diet yang berlebihan tapi akhir-akhir ini memang selera makan ku agak menurun.

Kalau sedang ingin makan saja baru aku mau makan. Atau kalau di antar khusus tiba-tiba seperti yang Patricia lakukan pada ku waktu itu.

Captain Wira pun selesai makan dan menuju ke Toilet. Lalu dia memberi tahu Serra untuk membersihkan sisa makanan di dalam cockpit.

Sambil membersihkan sisa makanan, Serra bertanya padaku

" Mas bener gamau sarapan dulu ? " tanya dia sambil membersihkan meja Captain Wira.

" Gausah deh mba nanti aja, saya belum pengen makan " jawab ku sambil melihat dia.

" Yaudah nanti kalau mau makan, panggil saja ya mas, sudah saya siapin buat mas tinggal dianter aja nanti " dia memberi tahu dengan senyuman yang cukup manis dengan rambut pendeknya.

" Iya oke mba Serra, nanti saya bilang kalau mau makan " jawabku sambil membalas senyuman nya.

Serra juga membersihkan sisa makanan Captain Golda dan keluar cockpit.

Lalu Captain Wira masuk kembali ke dalam cockpit dan duduk di kursi kemudi nya.

Captain Wira kembali memonitor pesawat dan aku dengan tugas ku komunikasi dengan ATC.

Kiss Me Before FlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang