Dua

1.1K 47 1
                                    

-menjadi seorang yang lemah     bukanlah kebisaanku!

...

"Pagi Nakela..." Sapa wanita paruh baya dengan senyum lembutnya.

Akel pun mencepatkan langkahnya menuruni tangga, tanpa membalas apa pun sapaan Bundanya yang sedang sibuk memenuhi meja makan dengan berbagai macam makanan.

"Tumben...Bi Inah mana?" Tanya Akel seraya menatap remeh ke arah Bundanya. Karena biasanya pagi pagi begini ia sarapan hanya ditemani Bi Inah dan tiga asisten rumah tangga lainnya.

"Mulai hari ini, Bunda berhenti kerja..."
"Dan Bunda mau fokus ngurusin kamu..." Ujar Iren lembut.

"Udah terlambat, Akel rasa..."
"Akel udah nggak bisa berubah ke Akel yang lemah kayak dulu lagi..." Balas Akel seraya berlalu dari hadapan Bundanya.

Belum sepenuhnya Akel keluar dari rumah besar keluarganya, kunci motor yang ada pada genggaman di rampas oleh Zaiky yang membuatnya tercengang.

"Ayah ngapain sih...?" Tanya Akel sinis.

"Mulai hari ini Ayah yang bakal anter jemput kamu !" Ujar Zaiky.

"Kok orang rumah pada aneh sih...?!" Balas Akel heran. Zaiky hanya tersenyum lembut.

"Jadi berangkat nggak nih?" Tanya Zaiky seraya keluar rumah.

"Ayah...Akel bisa sendiri!" Rengek Akel seraya mengejar Ayahnya.

Dari kejauhan Iren menatap mereka bahagia. Sudah lama sekali ia tidak mendengarkan rengekan putri kesayangannya itu.

..

Di perjalanan Akel hanya membisukan mulutnya, sedangkan Ayahnya menyerocos hebat menceritakan indahnya masa kecil Akel.

Kehidupan kecil Akel sangat indah dengan orang tuanya yang selalu melindungi, menyayangi, dan menemaninya. Berbanding terbalik dengan kehidupannya yang sekarang, yang hanya dipenuhi rasa dendam, tawuran,  balap liar, jauh dari kodrat gadis pada umumnya. Jika mengingat masa kecil itu Akal hanya bisa tersenyum lirih dengan segala kenangannya.

"Nanti pulangnya Ayah jemput lagi ya...?" Ujar Zaiky ketika ia menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah putrinya.

Akel hanya mengangguk kecil, dan langsung keluar tanpa menyalimi ataupun berpamitan kepada Ayahnya. Mungkin ia belum terbiasa dengan keadaan yang sekarang. Zaiky hanya tersenyum kecut melihat putrinya, ia sungguh merasa jauh dari putri nya.

...

"Kel...boloss??" Tanya Dzaka setengah berbisik, karena kelas mereka sedang kedatangan guru killer.

"Ajak yang lain...!" Jawab Akel setengah berbisik juga.

Dzaka pun memberi tahu temannya yang lain, tanpa ia sadari sepasang mata killer sedang mengintainya.

"Yang dibelakang, ada masalah apa?!" Pekik Bu Siska keras, sehingga membuat seluruh murid lainnya menatap ancaman ke arah mereka berlima yang duduk dibelakang dan terpojok.

"Hehe...enggak Bu..." Balas Ulil dengan cengirannya, Bu Siska tidak percaya begitu saja.

"Ojan...ada apa?" Tanya Bu Siska.
Mereka berempat menatap hati hati kearah Ojan.

"Dzaka ngajak bolos Bu...!" Jawab Ojan tegas. Teman temannya hanya menepuk jidad frustasi.

"Oh bolos...terus kamu mau?" Tanya Bu Siska dengan tatapan killer andalannya.

"Ya mau lah Bu!" Jawab Ojan yakin. Berbagai pasang mata menatapnya tak percaya.

"Kalian berlima keluar sekarang!" Tegas Bu Siska.

my AKELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang