負担 (Beban)

299 37 8
                                    

Aku membuka mataku.

Menguap pelan, aku menoleh kesamping kiriku.

Selamat Pagi, Sora-kun! (。・ω・。)

Bagaimana tidurmu? Nyenyak? Hehe, berterima kasihlah kepadaku yang telah menidurkanmu dengan baik!! (◐∇◐*)

By the way, tadi malam aku sempat membelikanmu sesuatu, lho! Cek aja didapur sekarang!

Jangan tidur pagi, Sloth-kun. ~_~ 

Ok bye!

Sahabatmu yang tersayang,

Mafu_Kawaehʕ•3•ʔ

Aku menatap kertas itu datar.

Anak ini menakutkan. -_-

Aku bangkit dari tidurku dan berjalan kearah dapur.

"Hmm, apa yang dia beli?"

Aku membuka kulkas, dan mendapati sebuah puding coklat dan sekotak susu.

Semoga bermanfaat, Chibi-kun! (。・ω・。)

Begitu tulisan pada kotak susu itu.

Aku tersenyum sarkas sambil menatap kotak susu itu.

"Kurang ajar kau, Mafu." Ujarku pelan sambil terkekeh.

Yah, tapi aku suka puding coklat sih, dan susu mungkin tak seburuk itu, meskipun pesan kecil di kotak susu itu membuatku sedikit mengeluarkan hawa ingin membunuh.

Jadi kukira ini bukan hal yang buruk.

Aku membawa puding dan susu itu ke meja makan dan memakannya.

"Hm, umai~ aku tak tahu kalau setan itu tahu puding yang enak." Gumamku sambil terus mengunyah puding itu.

Setelah makan, aku menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih, setelah itu aku kembali menghempaskan tubuhku keatas sofa.

"Jangan tidur pagi, ya..." Aku mengingat pesan yang ditinggalkan Mafu tadi.

Aku mengangkat tanganku, mengecek jam.

06.12

Baru kali ini aku bangun sepagi ini. Biasanya aku bangun paling cepat sekitar jam 08.30.

Kurasa ini karena aku tidur nyenyak semalam, untuk yang pertama kalinya.

Yah, aku harus berterima kasih pada albino itu nanti.

Apa yang bisa kulakukan hari ini?

Hari ini sekolah libur, jadi... Kurasa berjalan-jalan sebentar tidak apa-apa.

...

Tapi, kejadian kemarin...

Aku menghela nafas panjang. Kurasa aku tak cukup berani untuk pergi keluar setelah kejadian itu.

...

Ahh, sudahlah... Memikirkan kejadian kemarin hanya akan membuatku makin tertekan. Aku ingin beristirahat.

"Maaf, Mafu." Aku memejamkan mataku, mencoba untuk tidur kembali.

Ping!!!

Aku mebuka mataku, meraih ponselku dengan malas.

Kukira awalnya pesan itu dari si setan albino itu.

Manikku membelalak ketika melihat apa yang tertulis disana.

Okaa-sama

Takeru. Okaa-san akan kembali malam nanti. Semua tugasmu harus kau selesaikan. Okaa-san tak mau mendengar alasan.

Sebuah pesan kematian untukku.

Oh tidak.

Aku lupa kalau aku harus mengerjakan tugas yang diberi Okaa-sama kepadaku.

Selama berada diluar negeri, Okaa-sama terus memberikan tugas kepadaku.

Mulai dari buku fisika yang semua soalnya harus kukerjakan,

Rumus-rumus aneh yang harus kufahami hingga tuntas,

Soal matematika 72 lembar yang harus selesai,

Serta masih banyak lagi.

Aku mengerti bahwa ia ingin nilaiku tak menurun,

'Tapi bukankah ini terlalu berlebihan?'

Pertanyaan itu kadang muncul dikepalaku.

Tetapi aku takut menanyakannya.

Aku tak ingin kejadian itu terulang lagi.

...

...entah kenapa perasaan aneh mulai bermunculan. Dadaku terasa panas, dan aku merasa mual.

Aku menutup mulutku dengan tangan, berlari secepatnya kekamar mandi untuk muntah, namun tak ada apapun yang keluar dari tenggorokanku.

Kepalaku terasa berputar-putar.

Awalnya kupikir aku hanya sakit, namun ketika aku mulai merasa ingin tertawa, aku sadar bahwa ini terlalu aneh untuk sekedar 'sakit'.

Rasanya seperti ingin berteriak, namun suaraku tercekat.

Ingin menangis, tapi mataku tak mengeluarkan air mata.

Aku ingin menghentikan ini...

Aku tersungkur dilantai kamar mandi. Perutku mual, kepalaku pusing, dadaku panas, aku ingin berteriak.

Aku mencengkeram kepala dan dadaku erat, rasanya semakin buruk dan buruk.

"Uhukk!! Uhukk!!" Aku terbatuk, berusaha mengeluarkan apapun itu yang mengganggu perutku.

Namun nihil, tak ada apa-apa.

Hanya kepala yang bertambah berat yang kurasakan.

Dengan susah payah aku mengangkat tubuhku sendiri. Menggunakan wastafel sebagai tumpuan, akhirnya aku berhasil menstabilkan posisi tubuhku.

Aku memegangi dinding, menuntun kaki ini menuju kearah kamarku yang berada dilantai atas.

Mendaki anak tangga satu-persatu, dengan susah payah menyeret tubuh kearah kasur dan akhirnya menjatuhkan diri...

Ke lantai.

Kepalaku terasa berat, pandanganku mulai tak jelas.

Tidak... Jangan sekarang... Okaa-sama akan kembali beberapa hari lagi...

Tugasnya...

Belum selesai.

Mataku mulai terasa berat untuk membuka.

Oh tidak.

Aku berusaha untuk bangun, menggapai meja belajarku.

Meja belajarku. Dimana seluruh buku-buku dan kertas-kertas menyebalkan itu bertumpuk.

Aku... Harus mengerjakannya...

Aku tak ingin kejadian itu terulang...

Tidak lagi...

Tidak mau...

Tolonglah...

Kesadaranku menurun.

Maafkan aku...

Dan akhirnya semua menjadi gelap.







はい、大丈夫 だった。(Yes, I'm fine.)--A Soraru FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang