Matahari [ Tregear ]

246 22 8
                                    


Kirisaki meringis dan bersembunyi di balik payung merah muda. Siang yang terik mengisi seluruh penjuru kota dengan cahaya, langit memajang matahari dengan tinggi, seakan ingin memamerkannya ke setiap penduduk bumi, 'Hei, lihatlah surya, idaman semua insan, kecintaan semua kehidupan, dambaan mereka yang terjebak dalam kegelapan.'

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.

Berhitung. Bertanya. Apa sebenarnya yang dilihat si enam dari cahaya yang menyesakkan. Apa yang diajarkan si enam kepada anaknya itu, sehingga memiliki ideologi yang serupa dengan sang ayah dan bangsa, oh para hipokrit yang menganggap diri mereka sebagai personifikasi keadilan!

"Tregear, kau pun, adalah—" ia tak butuh dan tak pantas mendengar belas kasihanmu itu, dik pahlawan.

Terangnya bintang hanya akan membuat bayangannya makin pekat.

Semakin panas dirimu membara, semakin dingin pula hati gersang ini. Semakin kukuh dirimu tentang melindungi organisme menyedihkan bernama manusia yang selalu kalah dengan ego mereka sendiri, semakin girang pula ia ketika menebar rana.

Yang dulunya lahir untuk membawa semangat leluhurnya menjaga perdamaian seribu satu spesies dalam angkasa raya, kini tak lebih dari suatu abominasi. Limbah delusional yang mengambil bentuk pria muda itu selalu bingung antara terpana atau terhina, oleh fakta dimana tak peduli angin badai sekelam apa pun menghalangi, matahari tidak pernah berhenti bersinar.

Mentari dengan semangatnya mencoba menarik perhatiannya. 'Hei, hei, lihat aku! Ayo lihat aku!' serunya sambil menerobos kain payung.

Ia rasa...

Ia harus beli kacamata hitam.


.

.

.


Author's Note. Mas, mas, Lu ini kenapa sebenernya. Dendam ke bapaknya kenapa anaknya yang diteror.

Terus Taro tuh salah apa ke situ......... Bukti bahwa sebaik apapun kamu pasti ada aja yang gak suka. Wkwk.

Soal kalian berdua gak bisa memahami satu sama lain, ya karena kalian gak pernah ngomongin masalahnya baik-baik.. Kurang komunikasi, kan.

Nama chapternya matahari, bintang besar pusat galaksi kita. Matahari itu membakar dirinya sendiri demi kelangsungan hidup kita. Kayak... Ultraman (?) ah pokoknya, Taro itu julukkannya selain si nomor enam, adalah taiyou no ko (anak matahari) sebenernya yang dipanggil matahari itu biasanya Ultra Mother, tapi kalau berdasarkan novelnya Tregear, dia nganggep si Taro inilah mataharinya dia.

Terang, hangat, begitulah. Tapi Tregear yang udah melenceng dari jalan yang benar ini udah gak tahan lagi memandang matahari dengan mata telanjang, maka dia terus memakai topeng, gitu? Katakanlah ultraman itu ketika mau keluar dari planetnya, harus dikasih color timer (kecuali Seven tapi dia mah bebas) color timer itu kan kayak energi kehidupan si ultra? Jadi semacam.. Inti diri mereka, cahaya mereka, yang mereka bagi dengan penghuni galaksi, termasuk bumi. Color timer itu mungkin bagaikan kebanggaan seorang ultra.

Sedangkan Tregear ini, color timer sendiri disegel. Selain buat nyegel Grimude, dia sekalian menyegel diri sejatinya yaitu ultraman. Dia kayak, ogah gitu jadi ultra lagi, karena dia menganggap ultra itu gak pantes menjadi simbol damai/adil semesta, karena mereka sendiri pun bisa jatuh ke emosi macam amarah dan kebencian (Hikari dan Belial), dia menganggap ultra hanya makhluk yang kebetulan aja beruntung diberikan kekuatan berlebih. Jadi, karena mereka bukanlah makhluk sempurna yang luput dari kesalahan, mereka gak perlu ngurusin orang lain, mereka gak pantes jadi 'pahlawan' dan 'hakim', mereka gak pantes menjadi 'justice'.

Tapi tapi yaa, salahnya dia tuh disini. Orang itu memang gak pernah dan gak bakal ada yang sempurna, manusia itu gak ada yang gak pernah sekali aja memikirkan atau melakukan hal yang gak mulia. Tapi itulah yang membuat kita itu indah. Karena rentannya seseorang untuk melakukan kesalahan itulah, perbuatan baik yang kita lakuin jadi lebih bermakna.

Manusia bisa sedih, marah, benci, tapi dia juga bisa ngerasa senang dan menyayangi, tanpa salah satu sisi, sisi yang lainnya gak bisa ada. Gak ada yang namanya cahaya kalau kegelapan gak ada.

Tregear bilang cahaya dan kegelapan sama aja, dia mau ngancurin keduanya. "Alam semesta tidak memiliki makna, jawaban dari segalanya adalah kehampaan." katanya, dia yang kelewat perfeksionis gak bisa ngerti kenapa orang tuh ga konsisten cahaya aja terus atau kegelapan terus, tapi manusia itu abu-abu, beda-beda hatinya tiap individu dan waktu. Ketimpangan antara cahaya dan kegelapan itu yang bikin dia mau mereset dunia menjadi nol, jadi hampa, baginya kalau cahaya dan kegelapan gak bakal pernah bisa bersatu, mending ulang lagi semua dari awal. Mending sekalian aja gak usah ada apa-apa.

Emang manusia itu, lebih gampang jatuh ke kegelapan dari pada manjat susah-susah ke cahaya yang begitu tinggi.

Tapi, walau diberikan pilihan untuk diam di gelap, kemampuan manusia untuk memilih jalannya sendiri, ketika dia diberikan kesempatan buat berbuat jahat dan dapat enak tapi dia memilih jalan baik meski susah, dia sudah menjadi 'kuat'.

Pirika sendiri bilang, Kirisaki itu cerdas. Tapi gak ada gunanya karena,

Dia gak punya apa-apa.

Dan dia gak bisa nyalahin siapa-siapa soal itu, karena dialah yang ngebuang cahayanya sendiri. Dia ninggalin Taro, dia ninggalin orang-orang yang butuh dia sebagai seorang penemu jenius di Land of Light, dia ninggalin kewajibannya sebagai ultraman, dia ninggalin jati dirinya sendiri, dia mengutuk kelahirannya sendiri... Dia begini karena pilihannya sendiri. Dia kosong karena dia sendiri yang menyegel color timer—hatinya.


"Kegelapan dan cahaya itu sama saja!" -om treg

"Meski begitu, aku memilih untuk percaya kepada cahaya!" -dek taiga (episode terakhir)


Maksudnya Taiga walau dia tahu kekurangan dan kelemahan manusia, dia tetap mau percaya bahwa orang yang benar-benar berhati baik itu pasti akan selalu ada. Walau dunia porak-poranda sampai gimana pun juga, selama masih ada satu aja orang yang mau berbuat satu kebaikan saja, itu udah terhitung sebagai harapan yang berharga.

Sayangnya Tregear gak bisa ngerti.


Elegy for the Starry SkiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang