Kilonova [ Ginga ]

200 17 4
                                    

Jauh sekali di masa depan, suatu jiwa penuh misteri mengapung di perbatasan antar galaksi. Di arungan hampa, ia berseteru. Lawannya? Dirinya sendiri.

Di dalamnya terdapat dua paham yang berbeda, dua suara yang terus menerus bertentangan, yang awalnya hanya perasaan kecil yang mengganjal, kini bagai dua kubu perang yang terus melempar amunisi ke satu sama lain. Perlahan membuyarkan raganya. Sampai akhirnya jiwa itu tak bisa lagi mempertahankan dirinya yang sejati, ia harus sirna, hilang, dan lenyap. Dimulai dari detik di mana kedua suara itu muak bertengkar di ruang yang begitu sempit, dan memutuskan untuk memisahkan diri.

Satu terbagi dua.

"Kedamaian sejati ialah kehampaan." Kata suara pertama. 

Makhluk hidup hanya tahu caranya merusak, mereka adalah parasit semesta. Mereka akan selalu menghancurkan tak hanya sesama namun juga dunia tempat tinggalnya tanpa pernah puas, tanpa tahu diri. Lebih baik dihentikan sebelum siapapun sempat melakukan apa-apa, bukan? Karena itu, dengan menaruh segalanya ke dalam kondisi statis, kedamaian sejati akan bisa dicapai. Tak ada yang bertengkar atau berteman, tak ada yang tersiksa atau tertawa, tak ada yang akan tertindas dan menindas, dalam kehampaan tanpa batas. Dalam gelap dan sunyi, itulah damai.

"Kedamaian sejati ialah ketika makhluk hidup saling memahami dan berkompromi." Kata suara kedua. Menatap setengah jiwanya yang tak mau kalah menatap balik dengan tajam. 

Ia percaya bahwa kedamaian sejati tidak bisa diraih dengan cara instan seperti itu. Kedamaian bermakna adalah ketika dicapai dengan usaha sendiri, bukan? Karena itu, ia akan melindungi mereka, para jiwa yang mengakui kelemahan mereka sendiri, akan tetapi tetap tulus mengharapkan perdamaian. Mereka tahu hidup mereka begitu terbatas, tapi yang namanyamimpi akan terus ada walau napas mereka berakhir. Ketika ada kehidupan yang selesai, di suatu tempat, kehidupan baru dimulai. Mereka yang terus belajardari kesalahan, dan berjuang demi mewariskan dunia yang lebih indah bagipenerus mereka, yang lalu si penerus akan melakukan hal yang sama, itulahkehidupan, komponen penting perdamaian.

Kehidupan adalah sesuatu yang kompleks, begitu bermakna, begituberarti. Tidak bisa kau sederhanakan ke baik dan jahat, sedih dan senang, pagidan malam, hitam dan putih, ini dan itu semudah itu.

Ketika kau menghadap cermin, tentu refleksimu akan jujur menampakkan seadanya, bukan? Namun, ketika si cahaya memandang bayangannya, yang terpantul tidaklah sama. Menandakan identitas asli mereka bersama sudah sepenuhnya pergi.

Tidak ada lagi jiwa tunggal yang terapung kebingungan, sekarang hanya tinggal dua eksistensi yang saling berkontradiksi, hanya ada Lugiel dan Ginga.

"Disini kita berpisah."


.

.

.


Hikaru Raido kecil tersesat.

Ia baru saja meninggalkan sekolah dasar di kampung halamannya, meninggalkan kakeknya, meninggalkan teman-temannya, demi mengikuti orangtuanya yang sepasang musisi ke London. Bagian bumi yang begitu asing.

Ia tidak sengaja melepaskan tangan ibunya di pertengahan jalan, dalam keramaian ia menemukan dirinya berada di hutan kosong pada malam hari. Entah bagaimana ia bisa terdorong orang-orang yang bergerombol menuju stasiun kereta, jauh, jauh sekali hingga ia tidak berada di jalanan beraspal lagi, bangunan kotak-kotak yang menghiasi ibu kota pun tidak terlihat dari sini.

Dimana jalan keluarnya? Angin malam negeri tiga singa jauh lebih menusuk dari desa kecil di pelosok Jepang tempatnya lahir. Ia memeluk dirinya sendiri, menggigil dalam jaket birunya.

Elegy for the Starry SkiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang