Matahari terbit dari ufuk timur [ Pirika Asahikawa ]

163 17 2
                                    

"Namamu, na-ma."

"Pirika-03—"

Kana sekali lagi menaruh telunjuk di depan bibirnya, efektif membuatnya berhenti bicara, ada apa? Ada yang salah?

Itu nama yang diberikan kepadaku. Dan kau menanyakannya. Lalu aku menjawab seadanya.

Serangkaian kata membentuk kalimat berjalan lewat dalam program pikirannya, tapi proses itu tidak diteruskan hingga keluar dalam bentuk suara.

"Bagaimana.. kalau aku memberikanmu nama baru?" wanita bumi itu menggenggam kedua tangan si robot. Tangannya hangat dengan alami, sedangkan termal pada tangan si robot adalah hasil dari gerakkan mekanisme artifisial.

Android itu—Pirika-03, menatap dalam-dalam si wanita yang mengenalkan dirinya sebagai 'Kana Sasaki', lensa biru pada matanya bergerak, merekam dengan penasaran perangai si manusia. Rambut terang yang terikat rapi, senyuman terpahat dan pandangan mata yang lembut namun juga tajam, seakan selalu waspada akan sekitar tanpa pernah melupakan keramahan.

Pirika-03.

Adalah salah satu android yang dibuat khusus untuk menetralisasikan ancaman seekor monster pemakan segala, 'Woola'. Ilmuwan planet Eomapp merumuskan teknologi paling mutakhir mereka, bersama dengan penyesalan yang teramat besar karena telah melepaskan makhluk itu ke angkasa bebas. Banyak doa yang diucapkan, harapan yang ditumpuk pada pundaknya dan seribu lusin robot serupa.

Dalam rangkaian produksi tersebut dirinya ini hanyalah satu dari sekian angka, bila ia gagal, banyak yang siap menggantikkan perannya detik itu juga. Ia hanyalah satu dari sekarung kerikil yang mereka siapkan untuk memburu seekor burung yang tak pernah kenyang. Ia dilepaskan, lalu jatuh dan terdiam kaku di antara rongsokkan suatu planet biru bernama bumi. Ia ini produk gagal, kerikil yang tak bisa mencapai tujuan dan jatuh bergulir di rerumputan, terlupakan, insignifikan.

Tidak ada yang spesial dari dirinya bila disandingkan dengan Kana, manusia... mirip halnya dengan android, mereka seringkali dilahirkan dengan komponen penyusun yang sama, jumlah organ yang tertata dengan serupa, zat dan atom yang bersatu padu. Tapi ada suatu hal penting yang membedakan mereka dengan dirinya ini.

Apa... hal itu?

Kana dengan sabar menunggu jawaban dari si gadis android, mengusap tangannya pelan, memastikan dirinya nyata. Dan bukan bayangan semata yang kadang muncul di benaknya ketika ia sedang dalam masa-masa terpuruk itu.

Kana merasa, angka pada nama gadis android menandakan dirinya sebagai sesuatu yang 'disposable'—dapat dibuang, dapat tergantikan dengan angka-angka yang lain. Ia ingin menggantinya dengan sesuatu yang lebih 'manusiawi', tapi tentu ia ingin persetujuan dari si gadis sendiri.

Pirika tidak mengerti, ia hanya tahu tentang pemberian perintah, ia tidak pernah ditanyakan secara langsung tentang 'maunya'. 'Kemauan'? Maunya adalah, menjalankan perintah penciptanya, itu saja.

Itu saja...

Ketika Kana menemukan gadis robot itu tersandar dalam diam, menatap kejauhan dengan kosong di antara plastik sampah, ia tak menyia-nyiakan waktu berpikir dua kali untuk memutuskan membawanya pulang dan merawatnya hingga membaik.

Mungkin, alasan utama hatinya tidak merasa ragu untuk membawa kembali Pirika adalah untuk menebus rasa bersalahnya dahulu, yang tidak bisa menolong gadis alien di masa lalu yang dibawa pergi oleh tim peneliti dan tak pernah ia dengar lagi kabarnya.

Kana mengerti ia tidak akan mendapat jawaban lagi hari ini, maka ia menepuk pelan kepala anak itu, senyumnya tak pernah sekali pun pudar.

.

.

.

Matahari terlihat samar bila dilihat dari cakrawala bumi. Pirika pernah melihat aslinya ketika dalam perjalanan ke sini.

Bersama dengan rotasi, cahaya keemasan itu muncul dari bawah, langit gelap tadi perlahan menyingkir membuatkan jalan untuknya.

Hei matahari! Sampai juga kau! Cepat! Saatnya orang-orang bangun! Lihat, tanaman dan hewan, mereka juga menunggumu untuk mekar dan berkokok. Kata awan.

Itu adalah matahari terbit.

Keindahan yang berhak dinikmati semua orang, tapi apakah 'semua' itu termasuk dengan dirinya, si kumpulan bahan inorganik yang disusun untuk berpura-pura menjadi 'orang'?

Apa dia boleh? Berpura-pura menjadi manusia? Tertawa dan bersenang-senang? Menjalin hubungan dengan manusia? Memiliki apa yang namanya 'teman'? apa yang namanya 'keluarga'?

Ia ingin, bisa seperti matahari yang terbit itu.

Pirika menempelkan wajah pada kaca jendela, ingin melihat lebih jelas. Hal itu mengundang tawa gemas dari Kana yang mengintip penasaran.

"Matahari terbit?" Kana bergumam, menjentikkan jari ketika mendapatkan ide, menunjuk Pirika dengan semangat. "Asahi... Asahikawa! Namamu, Pirika Asahikawa, bagaimana?"

Matahari, matahari... yang terbit, yang bisa menyibak tirai malam setebal apapun menjadi pagi, yang kedatangannya dinanti dan dicintai.

Apa dia pantas, mengemban nama itu? Apa dia pantas, berada di sini...

"Pirika, Asahikawa." Ulangnya. Memutuskan bahwa dia menyukai nama itu, overwrite kode produksimu, kau adalah Pirika Asahikawa mulai sekarang.

Pirika menoleh, menarik napas layaknya manusia merasa gugup. Perasaan ini, sesuatu yang baru.

"Boleh..."

"Ng?"

"Boleh... Aku tetap tinggal bersamamu di sini?" di bumi? Di sisimu ini?

Kana tertawa kecil, membelai rambut gadis android yang mulai panjang, warnanya senada dengan miliknya.

"Tentu saja boleh."

.

.

.

Author's Note. chapter kedua dengan tema matahari. Ah, ultraman itu identik dengan matahari, ya? selain Taro, Gai, dan Asahi, suka ada dinamik antar karakter di mana yang satu merasa bahwa orang yang dekat dengannya ini seperti matahari, yang cerah, hangat, dan pokoknya memberikan perasaan senang aja gitu di dekatnya. Kadang mataharinya bisa membutakan seseorang (taro ke tregear), bisa juga membuat bulan iri hati (Gai ke Juggler), bisa juga mengingatkan seseorang akan kehangatan yang telah lama terlupa (asahi dan tsuru). Mereka indah. Mereka juga bisa jadi katalis terjerumusnya seseorang ke kegelapan, mereka juga bisa menyelamatkannya dari gelap itu...

Pirika, diciptakan untuk membunuh woola, tapi akhirnya dia malah yang 'menyelamatkan' monster itu dari penderitaannya.

Hahah aku... coba hubung-hubungin dengan charanya Pirika, tapi sayang, Taiga itu bila dibanding series lain rasanya aku gak kenal karakter-karakternya, backstorynya seepisode aja dan gak kebahas lagi, susah fokus, jadi aku susah mikirin mereka tanpa nambah-nambah headcanon atau imajinasiku sendiri..

Aaah Pirika-chan kyut, kana-san kyut

Sayang banget di shownya dia gak terlalu disorot, walau mungkin ada hints-hints sedikit, plot twist identitas aslinya di beberapa ep terakhir rasanya kayak tiba-tiba aja gitu nggak sih, apa ini karena ada pergantian aktrisnya pas awal shooting, jadi naskahnya agak berantakan? Tapi dari dulu apalagi era showa, ultraman memang demen tiba-tiba plot penting muncul entah dari mana sihhh

Uhh rambutnya pirika mirip-mirip hairstylenya Kana karena, kana itu kayak emaknya gak sih? Wkwk uwu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elegy for the Starry SkiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang