2

7 0 0
                                    

Seminggu setelah itu

Senin pagi.

" Bagaimana belajarnya? Sebentar lagi kamu UN, lho. " kata Mama ketika meniriskan empat piring nasi goreng putih. Papa sedang memainkan nada dengan gitarnya. Alya menelusuri pori – pori di tangannya dengan kacamata bundarnya. Ia nyaris sama dengan Dokter Friska. [TLnote: Dokter Friska adalah tokoh utama dari novel Kemilau Kemuning Senja karya Mira W. ] Si Papa telah menyaingi Jung Yong Hwa ketika berperan menjadi Lee Shin . [TLnote : Jung Yong Hwa adalah pemeran Lee Shin di film drama Korea seri Heartstrings. ] Sedang aku sendiri sudah tak ada lagi bedanya dengan J. K. Rowling yang sibuk mengarang novel di waktu sarapan.

" Santai saja, lah Ma. Toh aku tidak melulu akademik." jawabku tetap sibuk.

" Awas SNMPTN – mu jelek, ya . Mama tidak mau tanggung jawab. "

" SNMPTN? Kuliah seni ada gitunya juga? "

" Katanya mau jadi psikiater...."

" Kapan aku berkata begitu ? Dan lagi, harus dapat UN yang bagus, ya ?"

" Ya, kan kalao UN mu bagus, kamu juga yang bagus."

" Sudahlah, Ma. Biarkan dia memilih jalannya sendiri. Diana itu sudah besar. Dia berhak memilih jalan hidupnya." kata Papa tiba – tiba.

Wez, ngetop. Tumben ngebela. Biasanya sehati. Patut diselidiki, tuh. Tapi, syukurlah dibela. Daripada belajar terus. Bosen, penat.

" Yah, paling nggak untuk UN saja , Pa." kata Mama ngeles.

" Memang UN bisa buat daftar kerja? Buat keluar negeri ?" timpalku.

" Yah, bagus sedikit waktu lulus kan tidak masalah, bisa jadi cerita. "

" Cerita mah maksudnya gosip Mama sama tetangga. Ah, sudahlah. Makan. Nanti terlambat. "

Laptop, gitar, novel setengah matang, atau lup , ditaruh di meja yang lain, lalu para pemiliknya berpaling untuk makan pagi alias sarapan. Saat itu, keadaan sunyi senyap. Nasi goring putih yang awalnya sepirirng penuh kini berkurang seperempat, lalu setengah dan tiga perempat, kemudian habis ditelan. Aku dan Alya pamit pada Mama, lalu berangkat ke sekolah diantar oleh Papa.

Ketika di perjalanan, aku merasa penasaran akan alasan mengapa Papa membela kemalasanku tadi pagi.

Memang ada apa saja, ya ? Papa membela seolah beliau punya rencana aku bakalan ke mana nantinya. Kalau SNMPTN di abaikankan, berarti ada kemungkinan tidak perlu melaluinya. Lalu, beasiswa gratis begitu maksudnya? Wezret.... diamini saja. Atau ........Kutanyakan saja ke Papa.

" Pa, koq tumben tadi Papa bela Diana ? Kenapa ? " tanya.

" Kemarin, ada teman Papa dari Korea, menelepon. Ada lowongan beasiswa, satu, buat jurusan seni, di University National Seoul. Papa pikir kamu mau. Jadi, ya.... Papa daftarkan langsung saja. Biar setelah SMA tidak perlu ribet lagi. Kamu mau, kan? "

" Iya, sih. Tapi, tidak butuh SNMPTN, kan Pa ?"

Papa tertawa kecil.

" Itu, saking bencinya kamu sama SNMPTN, ya? "

" Ih, Papa....jawab langsung saja kenapa.....?"

" Kalau namanya jalur beasiswa, sudah ditawarin pula, ya langsung masuk, lah. Tanpa SNMPTN, tanpa bayar. " mobil berhenti.

" Wezreeeet......ooooo....keren....terimakasih, Pa!"

" Iya, sama – sama. Udah, sana masuk kelas! Keburu telat, lho."

payung teduhkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang