Kedatangan surat itu benar – benar mengutukku. Aku jadi tidak sungguh – sungguh dalam belajar, sering melamun, sering terbawa perasaan, dan hobi sendirian. Untuk orang – orang yang memperhatikan tingkah lakuku, pastilah merasa aneh. Ditambah lagi, katanya aku sering senyum – senyum sendiri, dan membayangkan yang macam – macam.
"Kenapa lu ?" tanya Bunga yang penuh rasa heran, bahkan sampai mengernyit.
Karena sadar sedang ditanya, aku menoleh.
"Bunga, aku menemukan sesuatu, " jawabku sambil kutunjukkan surat dan bungkus cokelat tadi. Dia membaca surat itu." .....tahu tidak, itu kira – kira siapa ? Terlalu misterius."
"Hmmm....... tidak. Kau tanggapi ? "
" Tidak, belum. Aku tidak tahu harus apa. Maka itu, aku tunjukkan padamu. Barangkali kau bisa memberikan solusi. "
" Kau menganggapnya serius, Dian ?"
" Tidak tau. Emmm....ya. Aku menganggapnya serius."
" Kalau kau bertanya padaku, mungkin kau tak perlu menganggapnya serius. Mungkin ini hanya permainan belaka. Aku juga takut..... kau akan jadi korban sebuah permainan, dan jadi,.... malu sendiri. "
Itu perlu kupukirkan.
"Baiklah. Akan kupertimbangkan saranmu. Terimakasih, Bunga. "
"Diana, yang menyukaimu itu banyak. Keren – keren. Kapten basket. Ketua OSIS. PMR. Senior. Terus......Pak Tarman lagi.."
" Hus, yang belakang tidak usah diikutkan. "
"Okelah, tidak usah. Tapi, itupun tetap banyak. Lalu, yang kau terima yang abstrak seperti ini ? Kusarankan jangan, Dian. "
"Iya. "
" Kau juga tidak tahu siapa namanya."
" Iya, Bunga. "
" Yang kamu sendiri pun tidak tau kelas dia di mana. "
" Iya. "
" Pikirkan itu, Dian. "
"Iya. "
" Ku tahu aku tak rela kau bersama orang ini. Masih lebih baik Edgar, menurutku. "
" Darimana kau tahu ? "
"Ya..... aku ambil dari unsur nyatanya saja. Kenapa orang itu tidak menghadap padamu saja kalau dia benar – benar mencintaimu?"
" Mungkin dia masih belum siap. "
" Itu pengecut namanya, Dian."
" Dia mau kasih cokelat setiap pagi. "
"Oh ya ? Ih, bangkrut kalau begitu caranya. Lebih baik buat beli bakso. Awas diabetes, Dian! "
" Tidak akan kumakan semua. Aku tidak bodoh. Yang ada, dia kubiarkan begitu. Kita lihat dia tahan sampai kapan."
"Jahat. Tapi bagus. Eh, iya. Ada pesta nanti malam. Katanya mau di rumahmu. Karena kita tidak ada tempat lagi. Boleh, tidak ? "
"Acara apa ?"
" Happy Anniversary Science Class. "
" Oh..... Boleh. Nanti, tinggal bilang ke Mama. Oke ?"
" Oke. "
Kalau aku mengingat saat itu,aku tertawa. Sekarang aku tau siapa orang itu, dan kau pasti bisa menebaknya. Ingin sekali aku memergokinya segera saat itu, kalau aku pulang ke masa lalu. Begitu menyenangkan, pastinya kembali ke masa itu. Masa tenang, senang, aman, dan damai. Tidak seperti sekarang. Begitu rumit bagiku. Terlebih lagi, aku tidak tahu di mana dia sekarang. Sedang apa, dan tentu bagaimana keadaannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
payung teduhku
RomanceHujan Yang Menawan Menawanku di hatimu yang penuh akan sabana cinta, Tidak bersabar dan tak mau mengalah. Lembut sebab rasa dan cantik. Hujan Yang Menawan Menawanku dalam lingkup kebahagiaan yang tiada taranya, membuatku tertahan d...