Esoknya.
" DIAN ! DIANA ! BANGUN, DIAN !!! " teriak Alya sembari menggedor - gedor pintu kamarku.
DOK! DOK! DOK! DOK! DOK!
DOK! DOK! DOK! DOK! DOK !
" Iya.... " jawabku dengan malas, bahkan masih berbaring.
" DIAN ! JANGAN DIBUMPET TELINGANYA ! BANGUN ! NTAR TELAT, LHO ! "
" Huuuh,... iya, ini bangun, koq ! " masih dalam posisi tidur.
" DIANA ! BANGUN, DIAN. CEPETAN ! "
" Ih, sewotnya...... iya, iya! Ini udah bangun ! "
Akhirnya, aku mengambil posisi duduk, membuka gorden dan jendela yang tepat disampingku. Sesaat kemudian, aku sadar akan sesuatu yang bertengger enah sejak kapan di pangkuanku.
Kardus berwarna biru paling muda setinggi jidatku, dengan dua lubang berbentuk lingkaran yang lurus dengan mataku seolah dua lubang itu adalah mata, dan ada satu garis melengkung ke atas di bawahnya. kini, kardus itu seperti orang senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
payung teduhku
RomanceHujan Yang Menawan Menawanku di hatimu yang penuh akan sabana cinta, Tidak bersabar dan tak mau mengalah. Lembut sebab rasa dan cantik. Hujan Yang Menawan Menawanku dalam lingkup kebahagiaan yang tiada taranya, membuatku tertahan d...