8

9 1 0
                                    

Esoknya. 

" DIAN ! DIANA ! BANGUN, DIAN !!! " teriak Alya sembari menggedor - gedor pintu kamarku.

DOK! DOK! DOK! DOK! DOK!

DOK! DOK! DOK! DOK! DOK !

" Iya.... " jawabku dengan malas, bahkan masih berbaring. 

" DIAN ! JANGAN DIBUMPET TELINGANYA ! BANGUN ! NTAR TELAT, LHO ! " 

" Huuuh,... iya, ini bangun, koq ! " masih dalam posisi tidur. 

" DIANA ! BANGUN, DIAN. CEPETAN ! "

" Ih, sewotnya...... iya, iya! Ini udah bangun ! "

Akhirnya, aku mengambil posisi duduk, membuka gorden dan jendela yang tepat disampingku. Sesaat kemudian, aku sadar akan sesuatu yang bertengger enah sejak kapan di pangkuanku. 

Kardus berwarna biru  paling muda setinggi jidatku, dengan dua lubang berbentuk lingkaran yang lurus dengan mataku seolah dua lubang itu adalah mata, dan ada satu garis melengkung ke atas di bawahnya. kini, kardus itu seperti orang senyum. 

payung teduhkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang