Segalanya baik – baik saja setelah itu. Sejak hari menyenangkan yang pernah terseleggara, aku jadi sering ngobrol bersama dengan yang lain. Ada Alya, Bunga, Alfa, dan juga Edgar, tentunya. Soal hubungan itu, rencananya, aku hanya ingin mengabari Bunga, tapi Edgar sendiri yang memberi tahu secara umum. Dia mengabarkannya untuk semua orang, bahkan guru pun tahu. Aku kurang nyaman dengan keadaan itu. Ditambah lagi, sepertinya hubungan jadi agak renggang dengan Bunga sebab Edgar sering mengajakku keluar berdua. Kalau aku ingin menolak,rasanya tidak enak. Sekarang, kami punya hubungan serius. Mana mungkin aku menolak ? Bukankh ini yang sewajarnya dilakukan pasangan ? Tapi, melihat wajah Bunga, aku lebih tidak enak lagi. Maka, dalam kesempatan waktu tersendiri, ketika aku tak perlu mendampingi siapa pun, aku duduk di samping Bunga, dan membuat obrolan panjang dengannya. Aku yakin dia nyaman dengan itu. Bunga adalh sosok yang mudah diajak bicara, walau tidak penting.
" Bunga, " kupanggil dia.
" Apa....." sahutnya pelan.
" Maaf, ya. Aku jadi jarang menemanimu. Aku belum bisa mengatur waktu. Kau tau, kan dia sering muncul mendadak lalu menggeretku keluar, entah ke mana. "
" Ya ampun, Dian,... " dia menghadap padaku." Sungguh, aku tak pernah memikirkan hal itu. Aku tidak pernah mengungkitnya."
" Tapi, aku merasakannya, kalau ada sesuatu yang berbeda denganmu ketika melihatku jalan dengan Edgar. Walaupun kau tidak bilang, tapi aku tahu. "
" Aku mengerti. Aku tidak tahu bagaimana rasanya punya pacar,seperti yang kau alami. Aku bukan Alfa. Jadi, ya,........ kubiarkan segalanya terjadi. Mungkin, di lain waktu, kita punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama, seperti kali ini. Oke ? bagaiman kalau kita lupakn saja itu ? Supaya semua bisa kembali semula. Aku yakin, entah aku atau kau, akan merasa terbebani kalau terus – terusan membahasnya. Oke ? Mari, kita bicarakan saja yang lain. "
Aku tersenyum, mencoba yakin kalau keadaan memang baik – baik saja.
" Baiklah. " jawabku.
" Bagaimana dengan pengirim tanpa tanda itu ? "
Oh, iya! Aku lupa tentang itu. Aku belum selesai menyelidikinya.
" Um,.... Aku melupakannya."
" Cokelatnya masih datang ?"
" Ya, masih. Kubawa pulang ke rumah. "
" Dan kau tidak mencoba mencari tahu siapa itu ? "
" Um, belum selesai. Aku, lupa karena terlalu sibuk dengan Edgar. Maaf. "
" Kau harus mencari tahu siapa pelakunya, Dian. Aku punya perasaan kau harus. "
" Kenapa ? "
" Setelah kau tahu, kau bisa memintanya berhenti. Karena cepat atau lambat, Edgar akan tahu. Dan aku yakin, dia akan marah besar karena kau tidak cerita padanya soal itu. "
" Dari mana kau tau ?"
" Karena,...... kalian sepasang kekasih, dan hal itu sudah sewajarnya terjadi. "
" Dia marah karena aku tidak cerita soal urusan pribadiku ? Oh, ayolah. Itu, kan urusanku. Kenapa dia harus ikut campur ?"
" Tapi, kalau kau biarkan, itu seperti kau punya lelaki simpanan. Seperti pria yang punya istri dua. Aku yakin, lelaki mana pun jelas tidak setuju soal itu. Maka dari itu, kau harus cepat menemukan siapa pelakunya, dan menyuruhnya untuk berhenti. Sebentar lagi kau berulang tahun, Dian. Kalau – kalau dia dan Edgar sama – sama ingin menaruh kejutan di mejamu, mereka akan bertemu, dan itu akan sangat serius. "
KAMU SEDANG MEMBACA
payung teduhku
RomanceHujan Yang Menawan Menawanku di hatimu yang penuh akan sabana cinta, Tidak bersabar dan tak mau mengalah. Lembut sebab rasa dan cantik. Hujan Yang Menawan Menawanku dalam lingkup kebahagiaan yang tiada taranya, membuatku tertahan d...