1

30 1 0
                                    

Malam itu, pukul 20.15

Perumahan Kebonsari Indah, jl. Letjend Sutoyo no. 3

Kebonsari, Sumbersari, Jember

Kuceritakan sedikit tentang bagaimana aku bertemu dengannya yang aku rindukan. Di sanalah provokasi kerinduan itu. Sampai hari ini, aku masih belum menemukan cara bagaimana menghentikannya.

Ini dia.

Goresan pensil Faber Castell jenis 2B di muka sketch book Paris menggaung di telinga penggunanya, di kamar no. 2 di sebuah rumah no. 372 yang serba biru putih. Penggunanya sedang melukis dua pemeran utama drama seri Heartstrings, Jung Yong Hwa dan Park Shin Hye. Setelah menggambar, ia menuliskan lirik lagu di tempat yang tersisa. Lagu Because I Miss You. Itu aku. Menggambar atau melukis tokoh cerita adalah hobiku Di tengah serunya bermain dengan pensil dan sketch book, sesuatu memecah hening di kamarku.

" Diana ! " panggil Mama. Aku berdiri.

" Iya, Ma. " jawabku segera menghampiri Mamanya. " Kenapa, Ma ?"

" Kamu lagi apa ?"

" Mmmm.....menjalankan hobi. "

" Tau ada pisang, nggak di dapur? Sekeresek putih, lumayan gede ?"

" Iya. Mau diapain, Ma ?"

" Anterin, gih ke rumah Bu Arin. Pesen tuh tadi orangnya."

" Kenapa nggak Alya aja, Ma ?"keluhnya

" Nggak ! Nggak mau. " sontak Alya, sepupuku, menolak. " Diana aja. Capek. "

" Diana...." Pelan- pelan, suara Papa mulai terdengar." Gimana disuruh Mamanya ? Masa' nggak mau...."

"Nggak Pa. Nggak bilang gitu..."

" Tapi, maksudnya sama. Ayo, sudah sana berangkat! "

" Iya, Pa. "

Aku sangat keberatan meninggalkan hobinya. Bukan hanya hobi, aku paling tidak suka ketika mengerjakan sesuatu disela pekerjaan lain yang agaknya tak begitu penting dan dapat diatasi dengan cara lain. Begitu aku kembali ke kamarn, kututup pintu kamar rapat – rapat, dan kembali melanjutkan pekerjaan. Saat itu, sangat asyik dengan kesibukan, hingga.....

" Diana ? Koq lama, Nak ? " panggil Mama. Aku berkeluh kesah sembari mencari alasan. Aku gagal sembunyi.

" Udah, pake jaket aja. Kan, Cuma jalan kaki. "

" Iya, Ma. "

Aku tak bisa berbuat apa –apa. Bagaimana pun aku harus menuruti kata Mama. Kuambil jaket biru dongker mengkilat dan topi biru gelap, memakai keduanya, lalu keluar kamar, menuju dapur mengambil pisang pesanan Bu Arin, kemudian berangkat.

Aku Diana. Diana Larasati. Gadis enam belas tahun yang lahir dengan selamat pada tanggal 26 April 2001, di kediaman nenek, Sleman, Yogyakarta. Putri sulung dan bungsu dari pasangan pria musisi dan wanita psikiater. Aku intermediet di antara mereka.

Hobiku yang di luar seni, hanya nonton film dan travelling. Aku benci pelajaran formal, lebih suka ekstrakulikuler, dan selalu punya sesuatu untuk dilakukan di waktu luang. Aku tak akan membiarkan waktunya terbuang percuma. Aku bisa membaca apapun yang ada di depan mataku, sekali pun sebenarnya hal itu tak bisa dibaca. Aku sangat mencintai seni dan sastra.

Cita –cita ? Aku ingin jadi seperti Papa. Berguna untuk semua orang, dan menyenangkan. Aku ingin jadi musisi.

Dari masa sekolah dasar sampai di kelas terakhir SMA, aku telah menangguhkan empat sahabat sejati. Satu di antaranya adalah sepupu, satu lagi adalah teman duduk. Dua lainnya ialah para pejantan sejati.

payung teduhkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang