5

3 0 0
                                    


Malam, pukul 18.58

Diana Larasati , seorang gadis dengan rambut panjang hitam pekat sepinggul, kulitnya putih langsat, matanya rada sipit, bibirnya tipis, kini ia berhasil mempercantik dirinya. Ia termasuk gadis yang terkenal akan kekharismatisannya di SMA 3 Jember. Katanya. Malam ini, ia tampil amat cantik, lebih dari biasanya. Bukan apa – apa, tapi ia berpikir, betapa malunya ia nanti kalau penampilannya salah kaprah. Terlebih lagi ia sangat senang karena ini adalah kencan pertamanya dengan seseorang. Dan seseorang itu adalah seseorang yang sedang disukainya. Maka, ia melangkah keluar dari kamarnya, menemui Ayahnya. Kuulangi sekali lagi, itu aku. Baru saja selesai siap – siap untuk kencan pertama tanpa status dengan Edgar.

" Pa, Mama kemana ? " tanyaku menyadari Mama tidak ada di sana. " Tumben tidak ada."

" Mamamu, asal kamu tau saja, ribut terus sama Budhe kamu. Masalah orderan tas tuh. Tadi sore, minta izin ke Papa untuk menginap dua hari di Bandung. Nggak tau tuh baliknya kapan. " jawab Papa.

"Wezret banget tuh si Mama, Pa. "

" Koq kamu tau, sih.... "

" Pa, Diana mau izin keluar. Sebentar lagi dijemput sama teman. Kayaknya mau rapat, deh. "

" Rapat apa ' an ? "

" Rapat.... ( Rapat apa ' an yaaa....,) Rapat OSIS, kayaknya. Soalnya tadi ada masalah. "

" Oh, jangan pulang malam – malam, ya. Batasannya jam Sembilan. Tidak boleh lebih. "

" Iya, oke, Pa. Siap. "

2 Menit berlalu

Derum mobil berhenti di pelataran rumah serba biru putih, dan satu gadis keluar dari rumah itu bersama bapaknya. Setelah berpamitan, si gadis berjalan menemui pengendara, dan duduk di sampingnya. Belum lama, mereka sudah dalam perjalanan. Itu aku, Papa, dan Edgar.

" Diana, kamu cantik malam ini. " kata si pengendara.

" Terimakasih. Aku senang kamu bilang begitu. Tapi, cantik itu untuk semua wanita. " jawabku.

" Dan mungkin kamu adalah yang paling cantik. "

" Bukan. "

Mendengar itu, aku jadi makin gugup. Pikiranku terisi dengan hal – hal yang tidak mungkin seperti Edgar menyatakan perasaan padaku, atau melamar, dan ternyata selama ini dialah pengirim tanpa nama itu,........

Ah, gila. Mana mungkin itu terjadi. Lewati saja.

" Jangan diam, Diana. Aku jadi ikutan bosan. Ngapain tah gitu. " katanya tiba – tiba. Aku makin gugup.

" Mau apa, Gar ? Loncat dari jendela ? Seru, tuh. Nggak bakalan bosen kamu. " jawabku.

" Boleh. Loncat, ya. Jangan balik lagi. "

" Yah, karena aku anak yang pintar, cerdas dan berakal sehat, jadi aku tidak loncat. Aku bukan orang bodoh. "

" Nah, itu tau. Oh ya. Katanya kamu bisa menyanyi, ya ? "

" Kata siapa ?"

" Rumor. Aku ingin memastikan rumor itu benar secara nyata. Buktikan padaku. Aku ingin mendenagr suaramu. "

" Kalau aku tidak mau? "

" Kau harus mau. Apa pun alasannya. "

" Bukannya kau sudah tahu ? Kita pernah duet, kan ? "

payung teduhkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang