Setelah mengerjakan proposal strategi proyek iklannya selama berjam-jam, otot Rajendra mulai terasa kaku. Ia mengangkat kedua tangannya untuk meregangkan otot. Biasanya, ia tidak pernah secepat ini mengerjakan pekerjaannya. Tetapi keadaan memaksanya bekerja dengan sangat cepat.
Rajendra sekarang mengerti kenapa orang-orang membenci hari Senin. Alasannya, mereka akhirnya kembali menghadapi kenyataan sebagai budak korporat. Perbudakan yang mengakibatkan ia harus bekerja dengan sangat-sangat keras hingga weekend tiba. Dan itu benar adanya, Rajendra tidak bisa berleha-leha hari ini. Meeting dengan klien harus dilaksanakan Senin minggu depan. Kalau proposalnya belum selesai, bisa-bisa reputasi instansinya dipertaruhkan.
"Ul, perencanaan buat konten media sosial buat campaign healthy life-nya Nutriflo udah belum?" tanya Tirta kepada Maulana yang duduk di sampingnya.
"Konsepnya udah siap, Mas. Udah dalam bentuk Moodboard juga, Mas. Jadi nanti minta tolong di-review kalau ada isi atau ukuran konten yang kurang sesuai, Mas," jawab Maulana tanpa menoleh ke arah Tirta. Ia terlihat sibuk dengan komputernya.
"Oke, nanti di-share aja ke email-ku sama Jena. Biar dilihat juga sama dia isi dan model kontennya sesuai sama strategi yang dia buat apa enggak," pinta Tirta.
Maulana mengangguk. Tidak heran kalau Maulana sudah menyelesaikan konsep bahkan Moodboard, model perencanaan feed media sosial untuk minggu ini. Ia masih anak baru. Masih rajin. Lihat saja dua bulan kedepan, pekerjaannya pasti harus ditagih berhari-hari seperti Rajendra dan Tirta dulu.
"Sat, animasimu buat videotron sama konten billboard udah belum?" Kini giliran Rajendra yang bertanya kepada Satria yang duduk di depannya.
Sebenarnya pertanyaan ini bukan ranah Rajendra, tetapi permintaan mengenai pembuatan animasi videotron dan juga billboard ini berasal dari Rajendra. Sebelum akhirnya permintaan itu di-iya-kan oleh Tirta, keduanya sempat berselisih. Tirta menganggap 'ngonten di jalan' itu sudah tidak efektif. Sementara Rajendra bersikeras ingin mencobanya. Siapa tahu masihh efektif, karena Rajendra pun sering melihat konten di videotron ketika berhenti di lampu merah.
"Bentar, Mas. Ini masih editing dikit. Biar smooth hasilnya. Udah 89% ini," jawab Satria santai. Matanya masih fokus menatap layar komputernya.
"Wis mundur seminggu lho, Sat," tegur Rajendra.
Tipe-tipe seperti Satria ini biasanya sudah bekerja lebih dari satu tahun. Kalau tidak salah hitung, Satria memang sudah bekerja bersama mereka selama dua tahun, bahkan lebih. Ia sudah mulai susah ketika ditagih pekerjaannya. Bukan karena malas, tetapi karena pekerjaannya sudah mulai banyak. Baik Rajendra maupun Tirta tidak mempermasalahkan pekerjaan Satria yang mundur dari tenggat waktu yang sudah mereka tentukan, karena mereka memang selalu memberi tenggat waktu satu minggu sebelum deadline sesungguhnya.
"Iyo, Mas. Sitik meneh ki."
Rajendra dan Satria sering berbicara menggunakan Bahasa Jawa. Mereka berdua sangat mencintai tanah kelahirannya. Kalau Rajendra berasal dari Solo, Satria datang jauh-jauh dari Yogyakarta ke Jakarta. Mereka berdua sering disebut sebagai perusak citra orang Jawa Tengah-an yang lemah lembut. Alasannya adalah keduanya sama sekali tidak mencerminkan citra orang Jawa yang kalem. Hobi mereka adalah misuh, berkata kasar sepanjang hari.
Sepertinya citra orang Jawa Tengan dan Yogyakarta yang lemah lembut memang sudah mulai luntur. Sekarang, orang Jawad an Yogyakarta sudah mulai 'barbar'. Tutur katanya sudah tidak selembut dulu. Bahkan banyak yang sudah melupakan penggunaan tingkatan dalam bahasa Jawa: ngoko lugu, ngoko alus, kromo logu, dan kromo alus.
Rajendra pikir, hanya segelintir orang yang masih memegang teguh citra orang Jawa. Misalnya, orang keraton dan keturunannya. Mereka benar-benar masih memegang teguh citra orang Jawa, terlihat dari tutur katanya. Sementara, rakyat biasa seperti Rajendra dan Satria sudah perlahan menjauhh dari citra lemah lembutnya orang Jawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra (Selesai)
RomansaKalau ditanya Rajendra sudah siap menikah atau belum, jawabannya belum. Calon udah ada. Rumah udah ada. Restu udah ada. Terus kenapa kok belum siap nikah? Ada beberapa alasan ingin Rajendra jelaskan di sini. Love, eidr