4. Perihal Diet (Versi Revisi)

282 52 87
                                    

Hindia pernah bertanya dalam lirik lagunya, 'kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?'. Dulu Rajendra pun sering menanyakan hal tersebut kepada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, dalam mimpi saja ia masih sibuk bekerja. Ditambah lagi dalam mimpinya ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Dan ketika bangun ia merasa sangat kesal karena itu hanyalah sebuah mimpi. Setelahnya ia merasa terbebani karena sadar proposalnya belum selesai.

Namun hari ini, ia akhirnya dapat menjawab pertanyaan Hindia. Jawabannya adalah kemarin malam. Hari ketika Rajendra menginap di rumah Tara dan berakhir tidur di pelukan Tara. Demi Tuhan ini kali pertama mereka berpelukan dan tidak terjadi apa-apa setelahnya. Ketika Tara memeluknya, beban hidupnya seolah berkurang. Persetan dengan analisa dan proposalnya yang belum selesai.

"Je, bangun!"

Dalam keadaan setengah sadar, Rajendra dapat merasakan tepukan di punggungnya. Ia juga dapat mendengar teriakan Tara yang menyuruhnya bangun. Tetapi ia tidak beranjak sama sekali. Ia hanya mengerjap karena merasa tidurnya terganggu. Matanya masih berat, ia ingin tidur lebih lama.

"Je! Bangun!" seru Tara diiringi dengan pukulan yang cukup keras di punggung Rajendra.

Berkat pukulan yang cukup keras itu, Rajendra langsung bangkit dari tidurnya sambil mengerang kesakitan. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap bekas pukulan Tara.

"Sakit, Ra," keluh Rajendra dengan suara seraknya. Ia nampaknya belum sadar kalau sekarang ini sudah cukup siang.

"Ya kamu ini dibangunin malah kedip-kedip doang. Kita udah telat. Buruan bangun! Udah setengah tujuh ini lho!"

Otak Rajendra mencerna kata telat lebih cepat dibanding kata lainnya. Alhasil ia langsung menyambar ikat rambut di meja. Tidak ada waktu untuk mengeluh ataupun mengumpat. Sudah setengah tujuh dan ia harus segera bergegas. Langkah lebar ia ambil agar cepat sampai ke kamar mandi. Ia harus cepat berangkat kalau tidak ingin terjebak macet di jalan. Ya Tuhan, Rajendra memang bisa tidur nyenyak semalam, tetapi ia menyangka akan terlambat hari ini.

***

Tidak butuh waktu lama sampai Rajendra siap dengan kemeja biru muda dan celana hitamnya. Hari iini ia tidak mengikat keseluruhan rambutnya. Bagian bawahnya sengaja ia urai karena ingin tampil berbeda.

"Oatmeal banget?" tanya Rajendra saat hendak mendudukkan dirinya di kursi makan.

Bayangan Rajendra ketika keluar dari kamar mandi adalah scrambled eggs, kopi atau the angat, roti ataupun nasi sudah terletak di meja makan. Tetapi, yang ia lihat hanyalah dua mangkuk oatmeal dengan beragam buah sebagai topping dan dua gelas air putuh. Sia-sia saja ia membayangkan sajian khas breakfast hotel. Dan harusnya Rajendra bersyukur sudah ada makanan yang tersaji di meja makan.

"Biar cepet," jawab Tara ketika menyendok sarapannya. "Buruan makan. Kita udah telat. Aku ada janji ketemu narasumber lho hari ini," tegur Tara karena lelaki itu hanya memandang makanannya dari tadi.

Setelah ditegur pun Rajendra tetap melihat semangkuk oatmeal di depannya. Otaknya sedang berpikir bagaimana bisa Tara memakan butiran gandum hambar ini setiap hari. Padahal, kalau dipikir-pikir masih banyak makanan praktis dan enak daripada makanan hambar ini, Koko Krunch misalnya. Kenapa ia harus menyiksa diri seperti ini? Membayangkan rasa oatmeal di depannya saja sudah membuatnya mual.

"Kalau nggak mau, nggak usah dimakan," ucap Tara ketika hendak menyuapkan oatmeal ke mulutnya.

Tara selalu bilang tidak perlu memakannya apabila Rajendra tidak suka. Namun, Rajendra sangat yakin, apabila dirinya tidak makan, Tara akan menyindirnya seharian karena dianggap tidak menghargai buatan Tara. Jadi sekarang, ia memilih untuk memakan butiran gandum hambar ini daripada harus mendengarkan sindiran Tara seharian.

Rajendra (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang