Kalau hari Senin Rajendra masih sibuk mengolah data risetnya, hari Rabu ia sudah siap menganalisis hasil riset untuk kemudian ditarik kesimpulan, apakah strategi awal yang ia buat sudah sesuai atau masih perlu perbaikan. Bagi Rajendra, melakukan analisis hasil riset adalah tahapan yang paling berat. Pasalnya, kalau analisa yang ia buat meleset, bisa-bisa kampanye yang akan mereka keluarkan nanti tidak efektif.
"Ta, mataku capek banget. Otakku udah nggak mau diajak mikir lagi. Pusing," keluh Rajendra sambil menyandarkan diri dan memijit pelipisnya.
"Santai kerjanya, Je. Masih Senin depan," jawab Tirta santai. Pura-pura santai lebih tepatnya.
Rajendra tahu sebenarnya Tirta belum menyelesaikan bahan meeting-nya. Ia harus melihat keseluruhan moodboard desain dan mencocokkan dengan konsep yang ia mau. Memang baru desain kasar, tetapi kalau tidak sesuai konsep takutnya mereka harus revisi berulang kali.
Rajendra hanya mengangguk saat mendengar jawaban Tirta. Ia kembali melihat layar komputernya. Mau tidak mau, suka tidak suka, sanggup atau tidak, Rajendra harus kembali mengerjakan pekerjaannya agar dapat selesai tepat waktu. Setidaknya saat mendekati deadline nanti mereka bisa sedikit bersantai sebelum take action untuk pembuatan iklan.
"Ul, kemarin aku sama Mas Bayu ngobrol soal komposisi warna buat keseluruhan desain." Ucapan Tirta membuat Maulana menghentikan pekerjaanya. "Aku dulu brief kamu buat kasih warna hijau sebagai brand color dan cokelat muda nih."
Maulana mengangguk menunggu Tirta melanjutkan ucapannya. "Nah, ternyata pas kita lihat itu terlalu gelap. Jadi, kesannya kayak suram gitu. Nggak cocok dong sama range usia target kita. Terus kemarin kita diskusi gimana kalau kita pake warna hijau muda cenderung putih buat dasarnya. Terus untuk isinya nanti kita pake cokelat. Dan itu desainnya bakal kita terapin ke semua desain media sosial. Jadi main color kita tetep hijau sama cokelat tapi hijaunya agak dimudain. Mumpung brand color masih dalam tahap diskusi jadi kita pake itu dulu. Gimana menurut kamu? Ada bayangan atau ide lain gitu nggak?"
"Buat isi kontennya nggak soft yellow aja, Mas? Kayaknya hijau sama kuning bakal masuk."
"Kuning masuk sebenarnya, Ul," sambung Tirta. "Tapi menurutku kesan healthy segernya itu kurang. Beda kalau kita masukin hijau muda sama cokelat muda. Seger kelihatannya."
"Oke, Mas. Kayaknya lebih simple juga kesannya. Nggak bikin rame feed juga kayaknya, Mas," jawab Maulana sambil menganggukkan kepala.
"Kita coba pake warna itu dulu ya, Ul. Moodboard-nya minta tolong direvisi dulu. Jumat kita review bareng."
Saat membicarakan desain memang tidak pernah lepas dari komposisi warna. Kejelian dalam mempadupadankan warna sangat dibutuhkan ketika mengerjakan suatu desain. Kombinasi warna pun harus sesuai. Kalau tidak, desain akan terlihat tidak menarik dan terkesan berantakan.
Hal itu tidak mudah. Bahkan seorang expert dalam bidang desain pun masih harus trial and error ketika mempadupadankan warna. Harus banyak bereksperimen agar paham proporsi warna yang benar itu seperti apa.
Selain komposisi warna, yang paling penting dari suatu desain adalah pesan dalam desain harus tersampaikan dengan baik. Rasanya percuma apabila desain sudah bagus, komposisi warna tepat, dan eye-catching, tetapi pesan dalam desain tertumpuk. Bahasa kerennya too much information. Sampaikanlah apa yang ingin disampaikan dalam desain, jangan terlalu banyak informasi yang tidak penting. Kalau itu terjadi, audiens akan bingung dengan apa yang ingin disampaikan oleh desainer. Audiens juga akan bertanya-tanya pesan mana yang seharusnya ia terima. Pada akhirnya, pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada audiens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra (Selesai)
RomanceKalau ditanya Rajendra sudah siap menikah atau belum, jawabannya belum. Calon udah ada. Rumah udah ada. Restu udah ada. Terus kenapa kok belum siap nikah? Ada beberapa alasan ingin Rajendra jelaskan di sini. Love, eidr