Nongkrong ganteng ala bapak-bapak dimajukan pada hari Selasa. Biasanya mereka melakukan rutinitas itu pada hari Sabtu. Tetapi, berhubung Rajendra dan Tirta akan sibuk mengurus projet iklan Nutriflo serta Doni sedang dikejar deadline, maka nongkrong ganteng dilakukan hari Selasa. Mereka semakin banyak pekerjaan. Sehingga susah bertemu satu sama lain. Dan ketika longgar, mereka menyempatkan untuk bertemu sembari curhat masalah hidup dan pekerjaan.
Yang berbeda dari agenda nongkrong ganteng kali ini adalah kehadiran Tara. Biasanya hanya ada bapak-bapak sok ganteng dan cerewet ketika nongkrong, namun kali ini ada perempuan cantik diantara mereka.
Terkadang, saat teman-teman kuliah mereka menjumpai mereka sedang nongkrong, Rajendra sering dikira bujang lapuk. Maklum, ia jarang membawa pacarnya ke tongkrongan. Jangankan membawa pacarnya ke tongkrongan, bertemu saja susah. Dan mumpung mereka berdua sedang longgar, Rajendra memutuskan untuk membawa pacarnya.
"Kita ketemu terakhir kapan sih, Ra?" tanya Doni sambil memotong roti bakar keju kemudian membawa suapan kecil ke mulutnya.
Bola mata Tara melirik ke atas. Ia sedang mencoba mengingat kapan terakhir kali bertemu dengan Doni. "Udah lama banget kayaknya, Mas. Pas Arka lahir mungkin?"
"Kok Doni dipanggil 'mas'? tanya Rajendra kesal.
Tujuh tahun menjalin hubungan dengan Tara, tidak pernah sekalipun perempuan itu memanggil Rajendra dnegan sebutan mas. Padahal, Rajendra sering kali menggiring Tara agar memanggilnya mas. Tetapi, Tara tidak mau menurut. Padahal kalau tidak salah hitung, perbedaan usia mereka kurang lebih tujuh tahun.
Tara melirik Rajendra dengan tajam. "Terus mau panggil apa? Nama aja? Ya nggak sopan lah?!" ucap Tara dengan nada agak tinggi. Setelahnya ia melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihat mereka.
"Lah, aku hampir seumuran sama Doni. Walaupun tua dia setahun. Masa kamu panggil mas, aku enggak? Berarti nggak sopan dong sama aku?"
Bukannya menanggapi, Tara malah mengambil potongan kecil dari kuenya yang tinggal sedikit. Rajendra masih menuntut jawab. Ia tidak mengalihkan pandangan walaupun Tara mengabaikannya. Kalau saja ia tidak ingat perempuan itu adalah pacarnya, sudah ia jitak kepala Tara. Tidak sopan.
"Kamu nggak pantes dipanggil mas. Nggak berwibawa. Tengil. Panggilan mas terlalu bagus buat kamu," timpal Tirta. Lelaki itu mulutnya memang tidak pernah di-filter. Dan saat mengucapkannya, ia malah asyik memakan Indomie kuah.
Tangan Rajendra melayang mengenai kepala Tirta. Ia tidak mempedulikan Tirta yang sedang menikmati Indomie kuahnya. Tidak berwibawa katanya? Bah, memang betul adanya. Tetapi ia tidak suka cara Tirta mengatakannya dengan cuek seperti tadi.
"Sakit!" desis Tirta sebelum membersihkan mulutnya. Memang harus dibersihkan. Banyak dosa.
"Nggak malu sama Tara?" tanya Doni pelan dan dingin. Dan seperti biasa, nadanya selalu berhasil membuat Tirta dan Rajendra terdiam.
Karena takut Doni mengamuk, Rajendra memilih berhenti. Ia malu apabila tingkahnya dilihat Tara. Walaupun sebenarnya Tara sudah biasa melihat Rajendra dan Tirta bertengkar, tetapi ia malu kalau pertengkaran itu mereka lakukan di tempat umum. Selanjutnya Rajendra memilih untuk menyantap Indomie gorengnya. Pertanyaannya, apa ia tidak sakit perut karena memakan Indomie dua kali dalam sehari?
"Udah, Mas. Biarin mereka berantem. Kita ngobrol aja," ucap Tara. Kemudian ia menghadapkan dirinya ke arah Doni.
Meja yang mereka singgahi sekarang berbentuk lingkaran. Tara duduk sejajar dengan Tirta. Ia pun duduk diantara Rajendra dan Doni. Karena Tara muak dengan pertengkaran Rajendra dan Tirta, ia memilih untuk fokus ke Doni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra (Selesai)
RomanceKalau ditanya Rajendra sudah siap menikah atau belum, jawabannya belum. Calon udah ada. Rumah udah ada. Restu udah ada. Terus kenapa kok belum siap nikah? Ada beberapa alasan ingin Rajendra jelaskan di sini. Love, eidr