chapter 1

12.7K 996 31
                                    

Disclaimer: cerita asli oleh suraj di AO3 (https://archiveofourown.org/works/18812491/chapters/44638444). Translate indonesia oleh expectopietronum di wattpad.

❗WARNING: violence.

-

Taeyong menganggap dirinya seorang pria yang masuk akal.

Dia bukan tipe-tipe yang membuat keputusan buruk, kebanyakan karena ia tidak punya waktu diantara bekerja dan tidur dan makan. Taeyong menganggap dirinya seorang pria yang masuk akal dengan jumlah sel otak yang cukup banyak dan entah bagaimana, dia mendapati seorang lelaki berlumuran darah tak dikenal di sofa apartemennya.

Ceritanya begini: kaki Taeyong sudah keram, ancaman terakhir bahwa ia akan runtuh beberapa detik lagi di momen ia melangkahkan kaki keluar dari lift bangunan apartemennya setelah bekerja shift 24 jam yang amat melelahkan di unit gawat darurat rumah sakit. Ia mengeluarkan kunci apartemennya dari celananya, mata memindai lantai yang kosong ketika ia melihatnya.

Ada seorang pria tergeletak di dekat tembok pintu apartemennya, tidak bergerak.

Taeyong mengusap matanya dengan panik, karena saat itu pukul tujuh pagi dan dia nyaris tidak tidur dalam 24 jam terakhir dan ia yakin bahwa ia sedang bermimpi tetapi ketika ia membuka matanya lagi, pria tersebut masih di posisi yang sama. Taeyong sembilan puluh persen yakin pria ini mabuk tadi malam dan ambruk di lorong dan Taeyong tidak begitu ingin berurusan dengan seseorang yang mabuk. Tapi tetap saja, nalurinya untuk memastikan pria ini tidak mati karena keracunan alkohol lebih besar dibanding ketakutannya sehingga Taeyong mendekatinya, menaruh tas kerjanya di lantai sebelum berjalan menuju pria tersebut, menarik napas.

"Hey, kau tidak apa?" Taeyong berkata dengan suara rendah, berjongkok agar dia selevel dengan pria tersebut.

Jantungnya hampir copot ketika pria tersebut hampir jatuh.

Pria itu terluka, parah.

Ada luka dalam mengalir di garis rambutnya dan darah kering mengolesi wajahnya. Bibirnya biru. Taeyong menggeser pandangannya ke bawah, pria itu ternyata sedang menekan lukanya dengan kain untuk menghentikan pendarahan dari luka di dadanya. Pria ini sepertinya masih sadar tetapi nyaris tidak. Aroma darah amat kental di udara sekitarnya.

Perut Taeyong seketika teraduk, "Aku," Iya menahan napas, tergesa-gesa, "Aku harus memanggil polisi."

Taeyong hampir meraih ponsel di sakunya ketika tangan pria tersebut memegang pergelangan tangannya dengan lemah. Kulitnya dingin dan Taeyong sadar penuh kini tangannya juga dikotori darah pria tersebut. Jari-jarinya bergetar dan genggamannya begitu lemah sehingga Taeyong bisa saja melepaskan diri tetapi ia tidak melakukan apa-apa, menunggu tindakan pria tersebut.

"Jangan polisi."

Suaranya tegas dengan nada menyuruh, pria itu kembali menarik napas sekuat tenaga, "Jangan.. panggil polisi."

Taeyong membuka mulutnya untuk memprotes tetapi mata pria tersebut tiba-tiba tertutup dan dia jatuh kedepan, kepala di dada Taeyong. Tangan Taeyong bergetar sembari ia membawa dua jari ke leher lelaki tersebut, lega ketika detak nadinya masih ada.

Untuk beberapa saat pikirannya menjadi kosong sebelum Taeyong teringat bahwa, ya, dia merupakan seorang suster dan mungkin dapat mengobati luka-luka pria ini tanpa harus menelepon layanan darurat. Pertanyaannya adalah, apakah ia harus menggunakan ilmu pengetahuan dan kemampuannya untuk membantu pria ini, yang kemungkinan besar adalah seorang gangster, dan banyak kemungkinan dapat membunuhnya setelah selesai diobati.

Dan begitulah, lima menit kemudian, dia menyeret tubuh orang asing penuh darah di pukul tujuh pagi buta dan dia mulai bertanya-tanya apakah sebenarnya ia sedang bermimpi atau tidak.

loveshot (jaeyong) [15/15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang