chapter 11

2.9K 365 49
                                    

"Beritahu saja siapa yang menyerangnya."

Ia sedang di dalam mobil, Yixing, duduk di sebelahnya, mengunci pandangannya keluar mobil, mengamati air hujan di jendela. Rintik hujan tidak menenangkan Jaehyun seperti sebagaimana semestinya; hanya menambah kecemasan dirinya. Kalau apa yang dikatakan teman Johnny di rumah sakit benar, maka Taeyong seharusnya pulang dari rumah sakit hari ini dan turunnya hujan hanya akan menghambat perjalanannya. Selama seminggu cuacanya cerah tetapi di hari Taeyong keluar justru hujan. Jaehyun ingin menertawai dirinya sendiri, seakan-akan dia bisa menghentikan hujan, seakan-akan dia bisa menghentikan awan berubah warna kelabu dan berat dan melepaskan beban mereka ke bumi. Tapi untuk Taeyong, pikirnya, ia rela mencoba.

"Kau tidak sepintar yang terlihat, kau tahu?" Yixing mendengus ketika ia melihat Jaehyun, "Anak buahmu menyerangnya di luar kelabnya dan kau berpura-pura terkejut ketika ia membalas?"

"Baekhyun," Ucap Jaehyun datar, "Aku tahu ini merupakan perintahnya, aku hanya ingin tahu siapa yang melakulannya."

Yixing melambaikan tangannya, "Salah satu pegawai CBX melakukannya, mana aku tahu secara spesifik? Aku seorang akuntan, Jaehyun, bosmu tidak menggajiku untuk mengetahui setiap serangan remeh yang dilakukan CBX."

Mendengar itu, amarah membara dengan hangat di dalam dada Jaehyun. Serangan remeh, katanya. Hidup Taeyong dipertaruhkan dan dia menyebutnya serangan remeh. Remeh, ucapnya, seakan-akan Jaehyun tidak akan menyerang CBX mati-matian jika Taeyong tidak hidup setelahnya. Seakan-akan Jaehyun tidak akan membunuh Baekhyun dengan tangannya sendiri jika sesuatu yang lebih buruk terjadi. 

"Tapi dia membayarmu untuk informasi yang berguna." Balas Jaehyun. "Dan menyerang Taeyong bukanlah suatu hal yang remeh."

"Untukmu," Yixing membalas, "Aku ragu bosmu peduli apakah mainanmu hidup atau mati." dan kemudian, seolah-olah Yixing melihat cara kemarahan muncul di balik mata Jaehyun, dia tersenyum, kejam dan merendahkan, "Aku yakin kau bisa menemukan yang lain dengan mudah di ujung jalan."

Jaehyun berkedip dan pandangnya menjadi merah dan panas dan buram dan dia bisa merasakan dirinya menggeram, seperti binatang dan kasar, dan dia mengayunkan senjatanya, ujung pistol ke dahi Yixing dalam satu gerakan cepat. Yixing tersentak, meskipun hanya perlu sepersekian detik agar rasa takut di wajahnya diganti dengan seringai terpelintir yang sama seperti sebelumnya.

"Beri aku satu alasan untuk tidak meledakkan otakmu yang tidak berguna sekarang dan di sini." Geram Jaehyun.

Yixing tertawa, riang gembira, dan maju ke depan, menekan ujung pistol lebih keras ke dahinya, seolah-olah dia menantang Jaehyun untuk membunuhnya.

"Silakan," gumamnya, "Tarik pelatuknya."

Ketika Jaehyun ragu-ragu, ia berbicara lagi.

"Coba dan jelaskan ini pada bosmu," Ujarnya, "Coba dan jelaskan mengapa kamu membunuh satu-satunya informan terkenalnya demi mainanmu."

Dan Jaehyun sangat ingin, untuk menarik pelatuknya sekarang dan membiarkan kehidupan pergi dari mata dingin dan kejam Yixing sekarang di sini, di mobilnya, tetapi dia memikirkan apa yang mungkin terjadi setelahnya, mengingatkan dirinya sendiri bahwa sekali lagi, Yixing mampu menarik reaksi darinya, hampir terlalu mudah, seperti orang menarik permen dari tangan seorang anak. Jaehyun mengambil nafas yang tajam, dan menurunkan pistolnya, membiarkan tangannya jatuh ke pangkuannya.

Yixing menyeringai, seperti kucing dan penuh kemenangan, "Kau merupakan seseorang yang selalu mengaitkan sesuatu dengan kekerasan, tidak berperikemanusiaan, Jaehyun."

"Jangan mencobaku Zhang," Jaehyun menjawab. "Ucapkan kata-kata tadi lagi tentangnya dan aku akan memastikan kau akan menerima perlakuan yang amat tidak berperikemanusiaan."

loveshot (jaeyong) [15/15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang