chapter 4

5.4K 580 31
                                    

Jaehyun mengetukkan jarinya di paha, berusaha tidak menampilkan rasa bosan di wajahnya. Dia mengerutkan dahi ketika melihat lipatan di celana, ibu jari merapikan riak kecil yang muncul di kain celananya. Samar-samar ia mendengar Doyoung yang masih berbicara, sesuatu mengenai pengiriman senjata yang akan datang, meskipun Jaehyun merasa amat sulit untuk berkonsentrasi. Setelah merasa puas kini celananya kembali rapi tanpa lipatan, ia memusatkan perhatiannya kembali pada rapat yang tengah ia hadiri.

"Seseorang perlu mengawasi," Ujar Doyoung, mata tajamnya memindai seluruh ruangan, "CBX semakin berani dan bos tidak mau mengambil risiko apa pun." Matanya berhenti pada Johnny, "Youngho?"

Johnny mengangkat bahu dan kemudian mengangguk, "OK, aku akan melakukannya," Katanya ringan.

Doyoung mengangguk singkat, menyorong kacamatanya ke hidungnya saat dia mencatat. Dia berbicara lagi, "Itu saja untuk sekarang. Kita selesai."

Jaehyun menghela napas lega, berdiri untuk bersiap pergi. Doyoung melambaikan tangan ke arahnya dan Jaehyun mengangkat alisnya, tetapi akhirnya duduk kembali, berusaha untuk tidak membiarkan rasa jengkel yang dirasakannya terlihat di wajahnya. Ia melihat Johnny pergi tanpa kata, meskipun sebelumnya ia memberi Jaehyun tatapan khawatir. Jaehyun hanya tersenyum untuk meyakinkannya. Doyoung tidak berkata apa-apa sampai ruangan kosong, beralih ke arah Jaehyun dengan mulut tertutup rapat, pandangannya tidak dapat dibaca dari balik kacamatanya.

"Bos tidak lupa mengenai apa yang terjadi padamu," Doyoung menggenggam kedua tangannya dan bersandar di kursi, "CBX akan mendapatkan apa yang sepantasnya mereka dapatkan."

Jaehyun tidak merespon, jemarinya menyusuri pola di pahanya, kepala dimiringkan kesamping, membiarkan Doyoung melanjutkan.

"Dia berencana untuk menyerang mereka dengan keras. Ada pengiriman berlian dari Eropa untuk CBX bulan depan," Doyoung bukan seseorang yang suka tersenyum, tetapi sudut mulutnya terangkat sedikit, "Nilai mukanya hampir sebesar tiga puluh miliar dolar." Dia berhenti sejenak, wajah tampak puas mendapati Jaehyun membuka mulutnya tak percaya.

Jaehyun bersiul pelan, "Itu jumlah yang banyak," Ujarnya, kembali menyandar di kursinya.

"Ya, aku tahu," Doyoung diam sejenak, "Ini akan mengubah hidup NEO."

Dia tidak salah, nilai muka tiga puluh miliar dolar sendiri membuat ide mencuri dari CBX terdengar sangat menggoda. Mendapat kredit untuk pekerjaan semacam itu akan menjadikan NEO target, target pencurian yang cerdas, yang berhasil mencuri tiga puluh (sialan) miliar dolar. Tetapi jumlah kekuatan yang diberikan di tangan mereka amat banyak dan memusingkan; Jaehyun bahkan tidak bisa memikirkannya. Kedengarannya bagus dan Jaehyun tahu bosnya ambisius, tetapi tiga puluh miliar dolar, tampaknya agak berada di luar jangkauan yang dapat dilakukan pegawai NEO.

"Kau memberi tahuku bahwa bos ingin menyerang CBX sekeras itu hanya karena Johnny dan aku tertembak beberapa kali?" Jaehyun berusaha yang terbaik agar tidak terdengar skeptis, tetapi ia yakin Doyoung sudah menyadarinya.

"Kau diserang dua kali," Doyoung membenarkan, "Dan tidak, tidak hanya karena itu, walaupun bos kadang tidak begitu ramah pada pegawai, tapi ia peduli terutama apabila capo*nya diancam seperti itu."

Doyoung duduk tegak, "Kau ini beruntung bisa selamat pada serangan pertama, mengingat betapa cepatnya CBX melewati penjagaan. Kalau Youngho tidak ada saat mereka menyerang pada kedua kalinya, mungkin kau sudah mati di tangan mereka."

"Terima kasih sudah diingatkan." Ujar Jaehyun masam.

Ketika dia memberi tahu kepolisian Seoul tentang walikota mereka, Hwang Young Jin, ternyata berada di daftar gaji CBX bulan lalu, Jaehyun sudah mengantisipasi CBX akan melawan. Ia pikir ini semua adalah akibat tindakannya, tak peduli tujuan dan motivasinya untuk kepentingan NEO atau bukan.

loveshot (jaeyong) [15/15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang