chapter 13

2.6K 316 57
                                    

Sudah lewat tengah malam ketika Jaehyun sadar bahwa ia terlambat. Ia seharusnya bersama Doyoung sekarang di Flora supaya mereka dapat melacak pegawai mereka dan pengiriman berlian CBX tetapi ia justru berbaring di tempat tidur bersama Taeyong – yang sebelumnya mengeluh karena sakit punggung di sofa sehingga Jaehyun membawanya ke kamar – sedang tertidur di pelukannya.

Di dalam tidurnya, Taeyong bergeser lebih dekat, lengannya melingkari tubuh Jaehyun, matanya yang indah menutup, mulutnya yang manis mengendur dan Jaehyun yakin jantungnya bisa meledak melihatnya. Taeyong itu cantik; bukan sesuatu yang baru baginya karena Jaehyun selalu berpikir begitu dari hari pertama ia bertemu dengannya, hari ketika Taeyong membawanya ke apartemennya dan Jaehyun terbangun dengan linglung menemukan tubuh kecil yang tengah tertidur di sofa di seberangnya. Tapi disini, di rengkuhan Jaehyun, napas perlahan dan merata, dia lebih indah dari apapun yang pernah Jaehyun lihat. Indah seperti bulan yang bersinar, cahayanya memikat di tengah-tengah kegelapan, tetapi disaat yang sama rasanya tidak wajar dan tidak berwujud. Tapi dia disini, pikir Jaehyun, terkagum-kagum, dia disini di dalam pelukan Jaehyun, tubuhnya hangat dan nyaman dan sangat, sangat, nyata.

Jaehyun menyisirkan tangannya ke rambut Taeyong yang hitam keabuan, garis-garis perak berkilauan di keremangan ruangan. Untuk sesaat, napas Jaehyun tercekat di tenggorokannya. Jika dia bisa, dia akan menanamkan gambar Taeyong yang tidur damai di benaknya selamanya. Ponselnya bergetar dan Jaehyun mengalihkan pandangannya dari Taeyong.

"Ini Jaehyun." Dia bergumam pelan ketika panggilan terhubung.

"Mengapa kau berbisik – masa bodoh, dimana kau?" Doyoung bertanya dengan tidak sabar dan Jaehyun bisa membayangkan matanya yang tajam ditambah kerutan dalam di dahinya.

"Aku tidak bisa ke Flora." Jawabnya, melirik ke arah Taeyong yang masih tertidur, "Aku sibuk sekarang."

"Bahkan Yukhei datang kesini." Desis Doyoung.

"Beritahu aku di telepon, oke?" Saran Jaehyun.

"Kau yakin tidak bisa?"

"Aku tidak bisa." Jaehyun menjawab dengan tegas. "Aku punya urusan lain untuk ditangani sekarang."

Jaehyun diam ketika Taeyong bergerak, mengangkat kepalanya dari dada Jaehyun.

"Jaehyun?" Suaranya lembut, serak sehabis bangun tidur.

Jaehyun membisukan telepon, "Aku di sini," Ia menenangkan, dengan lembut mengusap pipi Taeyong.

Ia melepaskan diri dari Taeyong, menggeser kakinya keluar dari bawah Taeyong, ponsel di antara telinga dan pundaknya.

"Apa kau akan pergi?" Tangan Taeyong melingkari pergelangan tangannya dengan halus dan dia duduk, sedikit meringis ketika gerakannya yang terburu-buru menarik jahitan di punggungnya.

"Jangan menyakiti dirimu sendiri," Jaehyun berbisik memeringati Taeyong yang bergerak dengan ceroboh, "Berbaringlah."

Taeyong patuh, meskipun alisnya naik karena khawatir, satu tangan terangkat untuk mengusap matanya.

"Aku tidak akan pergi, my love," Jaehyun meyakinkan, "Hanya ada beberapa hal yang harus diurus."

Dia mengarahkan pergelangan tangannya keluar dari genggaman Taeyong, sebagai gantinya menjalin jari-jari mereka.

"Kembalilah tidur," Kata Jaehyun, "Aku akan berada di ruang tengah."

Taeyong terlihat tidak yakin untuk sesaat sehingga Jaehyun menunduk ke bawah, memberi ciuman ke pipinya yang berbekas bantal. Ketika dia menarik diri, Taeyong tersenyum malu-malu, senyum yang terlalu cantik dan lembut untuk diarahkan kepada pria seperti Jaehyun. Tetap saja, dadanya berdebar. Taeyong meringkuk kembali ke bawah selimut dan Jaehyun menyelinap keluar dari kamar tidur, membunyikan telepon saat dia bergerak ke ruang tengah, jatuh di sofa. Dia benar-benar membutuhkan alkohol sekarang.

loveshot (jaeyong) [15/15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang