7

9 1 0
                                    

Setelah pulang sekolah, Angga menyuruh beberapa inti Garuda untuk berkumpul disalah satu Club besar. Tepatnya malam hari, bersamaan dengan janjian Tasya dan Caca. Nanda tidak diperbolehkan keluar, ia ketahuan memanjat jendela rumah saat ingin pergi kesana. Kesal? Tentu.

Jam sudah menunjukkan pukul 21 : 58. Yang baru berkumpul hanya beberapa orang. Seperti Gilang, ah, cowok itu mah slalu bersemangat bila menyangkut tentang degem, ialah yang akan maju paling depan. Walaupun hobbi nya Nge-Clubing, tapi Gilang tidak lupa untuk beribadah di masjid.

"Mana sih, Anjir. Udah lumutan gue," keluh Surya, cowok yang rambutnya nyaris dipangkas habis alias nyaris botak karna sudah minggu lalu diperingatkan untuk cukur rambut malah melanggar. Tadi saja sudah disuruh tunggu oleh Mas Tirta, ehhh ia malah kabur. "Udahlah, nunggu di Bar nya aja."

Setelah Angga berkata demikian, mereka langsung duduk di salah satu Bar dekat audio speaker musik. Sepertinya salah memilih tempat, bunyi musik dance membuat kaget Surya dan Reski terlonjak kaget. Mereka tertawa dan membuat beberapa orang disana ikut tertawa.

Drrttt drtt

Deringan telpon itu berasal dari ponsel Angga. Ia segera melihat siapa yang menelpon pada jam selarut ini. Gielvan Garuda (2).

Angkasa buru-buru mengangkat telpon tersebut dan menjauh sedikit dari tempat ramai ke toilet.

Halo, Pan. Lo dimana? Kok belom sampe?

Macet

Yaudah, gue nunggu di Bar deket audio speaker

Ya

Tutt.

Panggilan diputuskan oleh Gielvan. Terjebak macet? Kantor mana yang pada jam segini baru pulang? Hm, entahlah. Angga memilih menyatu kembali dengan rombongan mabuk nya.

***

Macet parah. Suara klakson mobil dan motor dimana-mana. Entah dikanan ataupun di kiri, menyebalkan. Gielvan memilih menepi sebentar untuk menelpon Kakak kelasnya yang menyebabkan ia terjebak macet.

Setalah dua menit menelpon, Gielvan melihat jalanan yang mulai menyepi. Ia langsung tancap gas menuju Club yang di sharelock oleh Taufik beberapa jam sebelum ia pergi mengendara.

***

Sakit. Itulah yang dirasakan Nabila, sudah beberapa menitan ini perutnya terasa ditusuk-tusuk. Apakah siksa PMS sesakit ini? Ataukah Nabila harus membuat cerita azab baru? Azab dari si tukang bully and badgirl sekolah? What the hell.

"Bodo anjing. Pergilah gue." keputusan cewek itu sudah bulat untuk menyusul Tasya dan Caca pergi ke Bar, dari mana ia tau? Sepulang sekolah tadi Caca memberi tahu nya bahwa Ia dan Tasya akan pergi ke Bar, Nabila hanya menyimak dan tidak memberikan respon apa-apa

Nabila mencuci mukanya lalu memakai baju Clubing andalannya, dress V'neck lengkap dengan Sepatu bludru berwarna hitam. Riasan? Hanya memoleskan bedak bayi dan memakai lipstick berwarna senada dengan tasnya.

***

Gielvan sampai lebih cepat dari Nabila. Ia sudah berada didalam Club sekarang, Ia melihat Caca dan Tasya yang asik berjoget ria bersama. Tapi sebentar, kemana cabe yang satu lagi? Gielvan tidak ambil pusing. Ia memilih menemui teman-temannya.

Tepat setelah Gielvan duduk didekat Gilang. Nabila datang dengan mobil berwarna putihnya, ia berjalan gontai kearah pintu masuk. Kepalanya terus berdenyut. Ia mendengus kesal, dimana kedua sahabatnya itu. Saking sibuk mencari mereka, Nabila bertubrukan dengan seorang cewek agak berisi dan lebih pendek darinya.

"Heh, Jamet. Kalau jalan liat-liat dong." kesal cewek itu kemudian berlalu. Nabila mencoba mengontrol emosinya, baru datang saja sudah mau nyari ribut. Bisa dikeluarin security dia

"Woyy! Jaenab?"

Kalian taulah kalau panggilan itu dari siapa, Tasya. Cewek dengan balutan dress merah darah dan memegang segelas minuman itu memanggil Nabila. Caca mengikuti arah pandang Tasya, ia melihat Nabila. Jalannya gontai, sepertinya masih sakit.

"Lo ngapain kesini, Bego?," sungut Caca. Cewek itu memang memaksa Nabila untuk tidak coba-coba kesini. "Tenang, gak bakal bocor. Gue udah enggak" dengan santainya, cewek itu malah merampas minuman Tasya dan meneguknya sampai tandas tak tersisa

"Lo gila!? Lo lagi sakit, Nyet. Kalau tambah parah gimana anjing!?" kesal Tasya, Caca menyuruh Nabila untuk memuntahkan alkohl dengan kadar tinggi tadi. "Aus, Nyet."

Takk

Jitakan tak berperikemanusiaan itu didapat Nabila dari Caca. Sialan, udah kepala pusing malah dijitak. Kan kek taik. Nabila menghunuskan tatapan horror pada Caca, namun cewek itu hanya mengangkat bahunya acuh dan menduduki pantat nya dikursi Bar dekat audio speaker tersebut. Bar itu lingkaran, posisi Gielvan dan kawan kawan tepat berada di belakang dekat toilet dan Nabila dan kawan kawan  berada di depan dekat pintu masuk.

"Sa, dance yuk," ajak Nabila dengan senyum konyol nya, ah, mulai tidak waras kalau sudah senyum-senyum seperti ini. Tasya hanya meng-iyakan, toh, ia juga sudah mabuk kepayang

mereka berdua turun kelantai dansa dan mulai meliuk-liukkan tubuh mereka.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 01 : 05. Sudah dini hari. Gielvan dan yang lainnya berniat pulang, begitu juga Nabila, Tasya dan Caca. Mereka pulang berbeda kendaraan, Nabila ijin pergi sebentar ketoilet luar saat itu. Ia kemudian berniat menyusul keduanya.

Saat menyebrang parkiran Club. Nabila tertabrak oleh mobil sport berwarna hitam abu-abu. Gielvan melihat itu, ia tidak terlalu mengenali siapa yang sedang terduduk sambil merintih disana.

Tidak ada yang menolongnya. Gielvan berinisiatif untuk membantu cewek tersebut dan, baru saja ingin bertanya bagaimana keadaannya. Gielvan sudah disuguhkan oleh wajah pucat Nabila dan mata yang sembab.

"Pacarnya mas? Ganti rugi dong! Mobil saya lecet kena gelang nya mas,"

Disaat pria paruh baya itu nyaris menabrak seseorang, ia malah memikirkan kondisi mobilnya. Tidak lecet parah, namun pergelangan tangan Nabila agak sobek dan berdarah saat ini. Gielvan naik pitam, ia mengeluarkan kartu nama dan memberikannya secara cuma-cuma pada bapak tua itu.

Ia lalu menggendong Nabila dengan tangan kanan dibagian lehernya dan tangan kiri di bagian bawah lutut. Lalu berjalan pelan dengan tatapan mematikan kearah bapak-bapak tadi.

"Lecet nya mobil anda, tidak sebanding dengan lecet kulitnya."

***











Makasi yang nyempetin buat baca cerita ini. Always with me oke gaiss!?

See you next part;)

Nabila Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang