8

19 1 0
                                    

PAGI ini nabila telah sampai disekolah. Keadaanya yang semula pusing semakin menjadi-jadi, rasanya ia ingin membenturkan kepalanya ketembok kalau begini caranya.

Sekolah masih sepi. Ini pertama kalinya Nabila datang disekolah sepagi ini, hanya beberapa murid yang ada di sini. Sepertinya Osis, dan anak-anak rajin lainnya.

Nabila memilih masuk kedalam kelasnya lalu menidurkan kepala nya diatas meja, ia menyumpal kedua kupingnya dengan headset putih dan menyetal lagu dengan volume 69

Makin lama, makin banyak anak-anak yang sudah berkumpul disekolah.

Nabila terbangun karna keadaan kelasnya mulai rusuh. Kepalanya pusing, ia melepas headset dan kembali menaruhnya di tas. Caca dan Tasya belum datang, tiba-tiba Nanda datang dengan tersenyum senang.

Karna pintar, Nabila berinisiatif bertanya lebih dulu. "Kenapa lo? Mabok?," sarkas Nabila, cewek itu sedang tidak mood untuk berbicara atau bercanda, ia lebih memilih tudep dan mendengar penjelasan Nanda. "Hari ini Bonyok gue lagi ke bali, Nge-Clubing yukk," ajak cewek dengan rambut berwarna hitam pekat, dicat sepertinya. Karna rambut asli Nanda itu coklat muda, mungkin krem

"Kayaknya gak bisa deh, Ka," Nabila senang, tapi baru tadi malam ia Clubing. Bagaimana mau nge-club lagi? Kepala nya saja masih terus berkonser ria

"Kenapa? Uang jajan lo dipotong? Tenang aja, nanti gue yang bayarin," cerocos Nanda. Nabila mendengus lalu memutar bola matanya jengah, "Bukan gitu, Ka. Gue lagi sakit," keluh Nabila, ia tidak mau sakit, tapi bagaimana lagi? Sudah alur cerita nya seperti ini

Tak lama mereka berbincang ria, datang Caca dan Tasya. Seperti biasa, Tasya dengan muka SGM-Nya alias sinting gila miring dan Caca dengan ekspresi yang dibuat sejudes-judesnya.

"Woii, bil. Tumben lo cepet dateng nya? Tobat neng?," kekeh Tasya. Nabila hanya menimpuk Tasya dengan kertas yang tidak sengaja membuat indra penciumannya terganggu sedari ia duduk. "Eh, bentar. Ca, lo nyium bau amis gak?," tanya Tasya tiba-tiba, nahkan bener. Bukan Nabila saja yang mencium bau amis

"Iya, gue nyium. Tapi bau dari mana? Masa bekas si jaenab? Gak mungkin lah" iya juga, masa Nabila tembus? Kan tamu bulanannya telah kembali. Mata Tasya menjelajah kesekitar mereka, baunya berasal dari kertas yang tadi Nabila lempar untuknya

"Die," gumam Tasya, tulisan berartikan 'mati' itu tercatat jelas dengan tinta berupa darah disana. Nabila yang melihatnya shock seketika, Tasya segera meremas kasar kertas tersebut dan membuangnya ke tong sampah

Syakira langsung meminta kayu putih pada Puji. Anak pmr dikelasnya, "Lo kok gak bilang kalau dari tadi bau amis!?," kesal Nanda, Tasya kembali lalu melayangkan tatapan isyarat untuk diam dahulu pada Nanda. Nabila itu Phobia dengan darah, dimana pun tempat yang ada darahnya akan ia jauhi sebisa mungkin. "G-gue gak tau, p-pas gue pertama d-duduk udah ada." Nabila membeku, ia mengatur nafasnya agar lebih stabil. Tangan Caca terkepal, kesal. Kenapa mainnya teror-teroran?

Caca menyuruh Nabila untuk melupakan kejadian barusan. Caca masih tidak habis fikir dengan kelakuan pelaku tersebut, seperti nya berasal dari orang terdekat Nabila. Mana ada yang tau Nabila Phobia darah kecuali mereka.

***

Gielvan termenung sendirian dikelasnya. Gilang dan Ade sedang mengisi nilai kosong mereka pada Buk Tuti. Si guru dengan lipstick merah cetar dan sepatu heels, terlalu modern. Persetan dengan Buk Tuti, cowok tanpa dasi itu memikirkan Nabila, cewek yang menyita seluruh pikirannya tadi malam. Apakah Nabila sakit? Gielvan berusaha tidak memperdulikannya, namun bayang-bayang Nabila yang meracau jangan meninggalkannya membuat Gielvan menjadi serba salah.

Dari luar, Taufik masuk bersama Surya. Kedua cowok itu masih memakai atribut lengkap karna mulai dari senin kemarin diperiksa oleh Pak Indra. Jadi mereka melepas atributnya saat sudah sampai didalam kelas. Bukan cemen, namun, apa kalian mau disuruh membersihkan dan mencabuti rumput belakang sekolah wahai para kaum badboy?

"Eyy, bro. Diem-diem baee, ngupi napa ngupi," ejek Gilang yang tiba-tiba datang lalu meledek Gielvan. Gielvan hanya memutar bola matanya malas dan memilih membuka buku Sejarah nya. "Tau tuh, pacaran sama buku, pacaran tuh sama cewek, Bos. Si jaenab dianggurin mulu noh," sambung Ade dari belakang. Cowok dengan beberapa gorengan juga kue itu memilih langsung diam lalu melanjutkan acara makanyya

"Heh, gentong. Gendut gak ada yang suka tau rasa lo!," peringat Taufik, Ade mendengus lalu menaruh kantung makanan itu di tas miliknya lalu menatap sekeliling. "Reski mana, pan?," nah, dari tadi juga Gielvan sendiri tidak melihat makhluk satu itu. Batang hidungnya saja belum terlihat

Gielvan menghendikkan bahunya lalu melanjutkan membaca buku dengan banyak bahasa kuno tersebut.

***

Keadaan Nabila mulai berangsur sembuh, ia sudah dapat membully adek kelas seperti biasanya. Pak Indra saja sampai kesal dibuat cewek berambut merah itu, baru sembuh saja sudah membuat onar lagi.

"Eh, gue ganti aja. Cilok Bi Endah aja, 3 ribu sama pop es taro nya kayak biasa. Es batu nya dikit aja, jangan lupa pake seres." kata Nabila panjang lebar. Caca berdecak kesal lalu memilih pergi dari sana menuju tempat stand by soto terlaris pesanan Nanda. "Kok tumben lo gak makan, saa?," tanya Nanda, Tasya hanya terkekeh yang membuat kedua sahabatnya mengerutkan kening

"Kesambet mbak wati?," tanya Nabila ngelantur. Nanda menoyor kepala cewek itu dengan toyoran yang agak keras dan membuat empu nya meringis. "Sakit asu" kesal Nabila yang tak dihiraukan oleh Nanda

Tasya menggelengkan kepalanya pelan. Ah, ia sedang proses diet mantap. Berat badannya naik 3 kilogram. Bagaimana mau jadi modeling kalau gini?

"Gue lagi diet,"

Byurr

Es teh yang sedang diminum Nanda pun keluar tumpah mengenai wajah Tasya didepannya. Tasya membulatkan matanya tak percaya, "anjing ka, kok sialan sih!?," kesal Tasya, ia meminta Nabila untuk mengambilkan tisu dimeja samping lalu mengelap bajunya. "Yamaaf, nyet. Lagian ya, ngapain sih lo pake acara-acara modelingan. Papan kayak gedebong pisang ae sok," kata Nanda, Tasya menatap horror kearah kakak kelasnya itu. Memilih mengabaikan Nanda dan mulai menjelajah dalam angannya

Sampai datang lah Caca lalu mereka memilih untuk menyudahi sebentar obrolannya. Lagian, perut langsing Nabila juga perlu isian. Atau mungkin tenaganya akan kurang saat adik kelas memberontak nanti.

Terlalu memang.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nabila Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang