O N E

1.2K 68 11
                                    

Pagi ini mentari seperti enggan untuk menampakkan diri. Bagi anak semester tengah pagi ini adalah pagi yang pas untuk bermalas malasan, namun tidak bagi Haura karena tepat pukul 07.05 ia telah pergi ke toko bunga tempat ia bekerja.

Jarak toko bunga dengan kosan cukup jauh namun dekat dengan kampus.

"Pagi mbak," Ujar Haura dengan senyum dibibirnya.

"Pagi, kuliah jam berapa hari ini?" Tanya Anin, pemilik toko bunga tempat Haura bekerja.

"Jam 10 mba." ujar Haura lalu bergegas membereskan tatanan bunga.

"Hari ini mba nggak bisa nemenin kamu, karena ada urusan. Kalau kamu kuliah nanti di tutup aja tokonya."

"Oke mbak, setelah kelas aku balik lagi."

Entah apa yang harus dilakukan, Haura sangat bersyukur mendapat bos yang sangat pengertian.

"Iya. Mba nggak balik lagi, nanti kunci pegang kamu ya,"

• • •

Sebelum pukul 10 Haura telah sampai di kampus, ia bergegas masuk kelas karena tak ingin terlambat.

Haura mengedarkan pandangan kesegala arah, pandangannya terhenti pada gadis berkaos biru yang sedang menunduk.

Setelah menemukan seseorang yang dicari, ia segera menghampiri gadis tersebut.

"Tumben tepat waktu Ref?" Refa mendengus sambil melirik tak suka ke arah Haura. "Emang lo doang yang bisa? Hah?!"

"Ya maap buk, PMS ya? galak bener."

"Brisik! Udah tau ngapain nanya?" Sekali lagi Refa melirik tak suka ke arah Haura. Ia hanya terkekeh pelan.

"Gua cantik, gua diem." Refa mendengus tak suka.

Dua puluh menit sudah berlalu namun dosen pengajar tak kunjung datang.

"Ngantin aja yukk, bolos lah sesekali."

Haura merasa sangat lapar karena tak sarapan ditambah ia berjalan kaki dari toko bunga ke kampus, ingin sekali sarapan namun ia berfikir jika bolos sekali, akan keterusan bolos. Jadi ia hanya meninggalkan kelas bila sangat mendesak saja.

"Nggak ah. Nanti Pak Bambang masuk, mau dihukum lo?" Tolak Haura.

"Yahh, kan jarang jarang kita bolos. Lagian ditunggu tuh dosen nggak masuk masuk."

"Lo kan tau gua nggak suka bolos Ref," Haura berusaha menolak walau ia tau, menolak Refa adalah hal yang cukup sulit.

"Ah nggak asik banget!!"

Refa memasang wajah murung. Jika sudah seperti ini Haura tidak bisa menolak, ia sangat tidak tega melihat sahabatnya sedih.

"Iya iya. Lo tau banget kelemahan gua nggak bisa lihat orang sedih, sengaja ya?!"

"Nggak..."

"Nggak salah hehe, kuyy lah cabutt!" Ujar Refa melanjutkan kalimatnya.

• • •


Saat Haura sedang mengisi perut, tiba tiba perutnya terasa sangat melilit.

"Ref, gua ke wc dulu yaa."

"Oke gua tungguin. Jangan kelamaan, awas aja pas balik gua lumutan!"

"Ya enggak lah, bawel deh!"

Haura bergegas ke kamar mandi yang berada di gedung fakultas dekat tangga.

Setelah selesai dengan urusannya, ia kembali ke kantin namun ia tak menemukan gadis berkaos biru yang berkata akan menunggu nya.

Terdengar notif dari handphohone Haura.

Refani Adhelia
Maap buk, gua duluan.

Refani Adhelia
Pak Bambang nggak masuk, tapi ada penggantinya. Buruan kesinii!

Refani Adhelia
Masuk nggak?

Refani Adhelia
Buruan anjir dosennya galak bener!!

Haura merasa seperti sedang dikerjai oleh Refa.

Bukannya tadi Refa maksa maksa buat bolos ya?





H A U R R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang