F I V E

783 56 14
                                    

"Emang bapak mau kemana?"

"Kamu maunya kemana? Rumah, hotel atau apartemen?"

Jawaban ambigu Tama membuat Haura terdiam beberapa saat, lalu melotot ke arah Tama.

Tama yang melihat hanya bisa tersenyum tipis, mendekatkan diri ke arah Haura. Membisikan sesuatu yang sontak membuat Haura kesal.

"Makan apa sih kok lemot sekali?"

"Ish! Yaudah saya turun dulu, trimakasih tumpangannya pak." Haura turun dari mobil Tama.

"Haura, jangan lupa kelas saya besok pagi."

• • •

Haura sampai dikampus 30 menit sebelum masuk kelas, berjalan menuju kantin untuk sarapan. Ia duduk dibangku paling pojok, entahlah menurutnya tempat itu yang paling nyaman.

Terdengar suara kursi digeser. Ia mendongak, menatap pria dihadapannya. Tersenyum guna menunjukan kesopanannya, "Pagi pak."

Ini kali pertama Haura dan Tama bertemu diluar kelas setelah 2 minggu yang lalu mereka belanja di supermarket bersama.

"Pagi."

Haura melanjutkan makan yang sempat tertunda tanpa merasa terganggu oleh makhluk tampan didepannya.

"Tidurmu nyenyak?"

"Tentu, bahkan saat tidur pun tidak bermimpi apapun." Mencoba mengakrabkan.

"Bagus."

Haura telah selesai makan, saat ia akan berdiri tangannya dicekal oleh seseorang.

"Duduk."

"Tapi saya harus ke kelas pak."

"Duduk dan temani saya makan."

"Nanti saya telat terus bapak marah marah sama saya."

"Siapa yang telat? Dosennya masih disini." Ujar Pak Tama membalikan kata kata Haura beberapa minggu yang lalu.

Mahasiswa dan dosen yang berada di kantin memperhatikan mereka. Ada juga yang menguping pembicaraan mereka.

Beberapa orang merasa aneh, pasalnya dosen tampan dihadapan Haura ini termasuk dosen yang dingin, irit bicara, dan asal ceplos. Namun dengan Haura, irit bicaranya sedikit berkurang walau masih asal ceplos.

Haura merasa tak nyaman. Beberapa kakak tingkatnya sengaja membicarakan Haura dengan bisik bisik, namun mampu Haura dengar.

"Sudah." Ucap Tama berdiri.

"Eh iya pak."

Tama meninggalkan Haura yang masih duduk dibangku kantin. Akhirnya Haura melangkah ke arah kiri menuju kelas.

"Kemana?" Tanya Tama dibelakang Haura.

"Ke kelas pak." Setau Haura, Tama sudah berjalan ke arah ruangannya di sebelah kanan.

"Tunggu, keruangan saya."

Mereka berjalan menyusuri koridor ke arah ruangan Tama.

Tama duduk dibangku kerjanya. Sedangkan Haura duduk diasofa ruangan Tama. Keheningan menyelimuti keduanya. Jam menunjukan angka 09:45 a.m yang artinya kelas masuk lima belas menit lagi. Haura rasa lebih baik ke kelas saja.

"Pak, jika tidak ada keperluan saya ke kelas duluan."

Tama yang sedang mengoreksi beberapa tugas mendongak menatap Haura.

"Ya sana."

Haura bergegas keluar dari ruangan Tama. Ia bingung, perlakuan dosennya itu semakin hari semakin aneh.

Lalu tadi, duduk dibangku depan Haura dengan alasan 'ditemani sarapan' padahal ada beberapa dosen sarapan dikantin itu. Menyuruh Haura keruangannya, padahal mereka tak ada urusan apapun.

Berjalan menyusuri koridor fakultas. Beberapa meter didepannya tampak Dias berjalan bersama Refi menuju kelas. Haura menyusul mereka dengan sedikit berlari.

• • •

Teriknya matahari tak mampu menyurutkan semangat Haura untuk bekerja. Ia berjalan ke Ranin Florest dengan sesekali bersenandung kecil.

Memasuki Ranin Florest menyapa Anin yang berada di meja kasir. Bergerak kesana kemari melayani pelanggan. Ia masih berada didepan kumpulan anggrek saat mendengar suara bell berbunyi tanda orang memasuki toko itu.

"Anin, pesanan saya sudah jadi?" Terdengar suara lembut seseorang dari arah kasir.

"Ehm .. Belum Bu. Saya pikir Ibu mau milih bunga sendiri."


"Baiklah tidak papa, saya akan memilihnya sendiri."

Berjalan menuju bunga yang diinginkan, Haura segera mengikuti dari belakang.

Wanita itu tampak terkejut mendapati Haura dibekangnya.

"Eh! Haura?"

Haura mengguk, membenarkan ucapan wanita itu.

"Bisa carikan mawar merah yang masih segar?"

"Baik, tunggu sebentar." Ujar Haura menarik beberapa tangkai, lalu membawa kekasir.

"Saya akan meletakan dikamar."

Haura menjawab dengan anggukan dan senyum tipis, lalu meminta wanita anggun didepannya untuk memilih vas. Pilihannya jatuh ke vas kramik bening.

Haura menata satu persatu tangkainya, menjadi rangkaian bunga yang indah.

"Minggu depan yang mengambil bunga anak saya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minggu depan yang mengambil bunga anak saya ya." Ujarnya kepada Anin.

"Saya ada urusan, dan kebetulan anak saya kerja dekat sini." Lanjutnya wanita itu.





-22 Mei 2020-

H A U R R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang