T H R E E

740 52 6
                                    

Haura tiba di kosan pukul delapan malam, lalu bergegas membersihkan diri. Lelah? Tentu saja, namun semua ini telah menjadi rutinitasnya namun ini lebih baik, dahulu saat bekerja di cafe, di hari biasa ia akan pulang pukul sembilan dan saat akhir pekan sampai dini hari.

Setelah selesai, Haura merebahkan diri diranjang sempit yang diperkirakan hanya mampu menampung tubuhnya seorang diri.

Haura yakin, besok akan terasa sangat melelahkan. Karena seperti yang sudah tertera didalam jadwal, pada hari Rabu ia akan memiliki dua kelas yang waktunya sedikit berjauhan. Yang artinya, ia akan bolak balik dari Ranin Florest ke kampus.

Haura memejamkan sejenak, meresapi rasa nyaman yang ia nantikan sejak tadi. Lalu membuka mata kembali untuk mengecek hanphone yang sejak tadi ia diamkan.

Dirasa tak ada yang penting, ia kembali memejamkan mata untuk beristirahat.

• • •

Haura terbangun pukul lima pagi. Ia bergegas membersihkan diri dan melaksanakan ibadah.

Ia memilih kaos polos berwarna putih dan cardigan berwarna cream yang dipadukan dengan celana hitam.

Ia tak ingin dipermalukan untuk kedua kalinya, cukup kemarin saja. Berdiri didepan cermin sambil memoleskan sedikit make up guna memberi sedikit rona diwajah. Melihat penampilan dari atas sampai bawah, ia rasa saat ini pakaiannya sangat sopan. Lalu bergegas berangkat ke Ranin Florest.

Saat ini Haura sedang berada di halte bus, menunggu bus yang menuju ke arah Ranin Florest. Terdengar suara bising kendaraan yang berlalu lalang.

Ia akan bekerja setelah kelas pagi, namun karena yang membawa kunci Ranin Florest adalah Haura jadi ia akan mampir memberikan kunci kepada Anin terlebih dahulu.

Mendudukan diri di bangku dekat jendela. Ia menghela nafas kasar, udara pagi ini sangat panas, ditambah banyaknya manusia didalam bus membuat keringatnya bercucuran.

Haura mengelap peluh dikeningnya. Sia sia sekali ia bermake up ria, jika pada akhirnya ia terjebak didalam bus yang ramai plus sesak ini.

Tepat pukul tujuh lebih dua puluh menit Haura sampai di Ranin Florest, memberikan kunci kepada Anin lalu berjalan ke arah kampus.

Pagi ini adalah jadwal kelas Pak Bambang. Ia berjalan semakin cepat karena tak ingin terlambat, kampusnya sudah didepan mata namun fakultas Haura cukup jauh dari gerbang utama kampus.

Kalau Pak Bambang pensiun dini, berarti dosen kemarin pengganti tetap pak Bambang dong?

Haura tak mempedulikan rasa lelahnya, ia segera berlari menuju fakultas. Berlari kembali di koridor fakultas lalu menaiki tangga. Ia melihat punggung tegap yang diyakini dosen pengganti Pak Bambang sedang berjalan menuju kelas.

Ia lanjut berlari hingga berada tepat dibelakang dosennya itu, namun tiba tiba ia merasa jidatnya terbentur sesuatu.

Dugh!

"Aduh!" Haura mengusap keningnya, rasanya seperti menabrak tembok namun ia yakin tak ada tembok ditengah koridor seperti ini.

"Apa kamu jalan tidak memakai mata?" Ucap seseorang.

Haura mendongak, maniknya bertubrukan dengan manik coklat terang milik dosennya. Ditatap tajam seperti ini membuat Haura merasa canggung, ia mecoba tersenyum mamerkan gigi kelincinya.

"Saya pake mata kok, bapak aja yang berhenti mendadak gitu."

"Kamu menyalahkan saya?" Rupanya dosen didepan Haura ini merasa tersinggung.

"Eh nggak gitu, aduh gimana ya? Saya kan kaget pak."

Dosen itu terdiam, lalu kembali berucap, "Telat lagi?"

"Enggak kok, bapak juga belum masuk jadi saya belum telat. Permisi pak."

Haura kembali berlari menuju kelas meninggal kan dosen yang tanpa sadar mengulas senyum tipis melihat tingkah salah satu mahasiswi nya.

Ia berjalan kembali memasuki kelas, menjelaskan beberapa materi didepan kelas. Beberapa kali ia melirik ke arah Haura yang duduk dibangku belakang pojok kanan.

Di sela sela dosen mengajar, Haura menyempatkan diri menanyakan hal yang membuat ia penasaran sedari tadi kepada Refa yang duduk tepat didepannya.

Haura yakin Refa sudah mengerti kabar yang akan ia tanyakan. Refa termasuk orang yang update, ia tau semua gosip terbaru yang beredar diarea kampus.

Entahlah Haura pun tak tau Refa menerima semua berita itu dari mana.

Haura mencodongkan tubuhnya kedepan, "Ref." Ujarnya dengan hati-hati.

"Apa? Jangan ganggu deh."

"Serius bener merhatiinya,"

"Lo nggak liat didepan sana ada dosen ganteng?" Ucap Refa dengan sinis.

"Ish! Gue mau nanya,"

"Nanti kan bisa Ra, lo mah ga pengertian banget!"

Ia memilih tak menjawab perkataan Refa. Kalau pun ia memaksa, Refa tak akan dengan mudah memberi jawaban atas pertanyaan Haura. Ditambah dosen yang berada didepan kelas sesekali melirik ke arahnya dengan wajah dingin.

Merinding, berasa lagi diawasi gua. Batin Haura.

• • •

Kelas telah usai, kini Haura bersama Refa sedang berjalan menuju kantin.

Mendudukan diri di kursi paling pojok. "Lo mau apa? Biar gua yang pesen." Ujar Refa.

Haura tak tau apa yang sedang merasuki sahabatnya itu, namun melihat dari raut wajahnya sepertinya Refa sedang bahagia.

Refa kembali dengan dua mangkuk bakso. Ia duduk dibangku depan Haura. Menatap bakso dengan senyum bahagia dan.. Ehm sangat lebar?

"Lo kenapa dah? Tumben banget," Ujar Haura.

"Gua lagi bahagia, lo sadar nggak? Sepanjang kelas dosen tadi merhatiin gua!" Ujar Refa dengan menggebu-gebu, terlihat sekali ia sangat bahagia.

Awalnya Haura merasa dosen tadi memperhatiin nya, namun mendengar ucapan Refa ia jadi tak yakin.

"Dias mau dibawa kemana dah?"

"Ih kok jadi bahas Dias?! Harus bilang berapa kali sih gue tuh gasuka Dias?!"
Ujar Refa dengan keras. Ia tak marah, namun kesal.

"Gue mau nanya nih." Ujar Haura menatap wanita didepannya.

"Dosen tadi tuh dosen baru ya?" Lanjut Haura.

"Pak Tama? Nggak tau, denger-denger dulu dekan disini, terus ke Australia buat lanjut study S3 nya. Itu sih yang gue tau."

"Oh namanya Pak Tama? Lo kok bisa tau sih? Kenapa gue nggak?" Tanya Haura dengan kerutan didahinya.

"Dia perkenalan pas lo bolos, sebelum lo dipermalukan tepatnya,"

"Eh lo demen ya sama Bebeb gue?!" Lanjut Refa kembali lagi ke mode galaknya.

"Tapi ya nggak papa sih, gue kan udah ada Reno," Haura menggelengkan kepala, Refa memang sahabat Haura yang paling gila. Sudah memiliki Reno, namun masih tarik ulur perasaan Dias, lalu sekarang tertarik kepada dosen muda itu?

Jangan lupa vote❤

H A U R R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang