T W O

947 62 6
                                    

Haura merasa sangat kesal, setelah pemaksaan yang dilakukan Refa, sekarang ia malah ditinggal oleh Refa.

Sialan! Dah maksa, ninggalin pula!!

Dengan perasaan yang masih campur aduk, Haura berjalan kembali melewati lorong lorong menuju tangga dan kembali ke dalam kelas.

"Permisi pak,"

Pria di depan kelas itu menoleh, "Siapa?" Ujarnya memicing pandangan ke arah Haura.

"Haura pak."

"Ngapain kesini?"

"Mau belajar pak."

"Iya saya tau." Ujarnya, ia menatap tajam Haura yang tampak santai menjawab. "Kamu tau kamu telat?"

"Tau pak."

"Lalu apa tujuanmu memakai jam?"

"Manfaat jam tangan untuk melihat waktu pak, Bapak nggak tau?"

Mahasiswi didepannya ini sungguh mengesalkan, berbicara dengannya sungguh menguras kesabaran.

"Memakai jam tangan, tapi masih telat?"

"Saya kan nggak plototin jam terus kali pak!"

"Yasudah." Ucapannya terkesan pasrah, namun raut wajahnya tidak menunjukan demikian.

"Jadi.. Saya boleh masuk pak?"

"Tentu saja, silahkan masuk,"

"Baik pak, trimakasih." Ujar Haura sambil melangkah ke bangku kosong di sebelah Refa.

"Dipertemuan yang akan datang." Lanjut dosen didepan kelas itu.

Setelah dosen dihadapannya melontarkan kalimat laknat itu, kelas mendadak ramai menertawakan Haura.

"Baik pak," Ujar Haura bergegas keluar kelas.

"Tunggu.."

"Pertemuan yang akan datang, saya minta mahasiswi untuk tidak memakai make up berlebihan, karena saya tidak suka rona make up berlebihan diwajah kalian. Saya juga tidak suka melihat mahasiswi memakai pakaian kurang sopan seperti rok pendek, celana jeans ketat apalagi yang robek robek. Seperti gelandangan saja." Ujar nya melanjutkan.

Ucapannya dosen itu sontak membuat seisi kelas melongo, sebagian mahasiswinya mendengus kesal seperti hendak protes namun hanya bisikan yang terdengar.

"Dan untuk kamu. Jika tidak punya pakaian yang lebih sopan saya bisa membelikannya untukmu."

Haura sangat terkejut saat mendengar teguran dari dosennya itu karena baru kali ini ia kena semprot didepan kelas. Dan menurutnya sangat tidak masuk akal sekali seorang dosen mengomentari gaya berpakaian mahasiswi nya.

Lagipula pakaian yang digunakan Haura masih terbilang sopan, walaupun robek robek. Banyak mahasiswi yang memakai celana robek robek juga, bahkan tak jarang pula yang memakai rok setengah paha.

Haura terpaksa memakai celana ini, karena seluruh rok dan celananya baru ia cuci semalam, dan ia jemur subuh tadi. Sungguh karena kemalasannya itu ia mendapat kesialan yang beruntun.

Haura mendengus kesal, namun walau begitu ia tetap menggangguk, "Baik pak, permisi."

Ingin sekali ia mengumpat, jika tidak ingat dimana ia dibesarkan. Ibunya bisa mengamuk bila mendengar anak kesayangannya ini mengumpat. Namun sesungguhnya Haura sangat kesal dengan perlakuan dosen yang menurutnya semena mena dan asal ceplos, ia hanya seorang mahasiswi semester tengah yang sedang berada pada fase 'malas'.

Tidak hanya malas saat kelas saja, tapi malas yang Haura rasakan sangatlah parah. Terkadang ia merasa malas makan padahal ia sangat sangat lapar. Malas tidur padahal ia sangat lelah. Dan masih banyak lagi kemalasan mahasiswa semester tengah. Namun walau begitu, malas masuk kelas adalah salah satu malas yang selalu berhasil Haura lawan.

H A U R R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang