(1)

409 64 37
                                    

"adik mau jujur, atau kakak yg cari tau sendiri?"

Sebuah pertanyaan yang Minhee lontarkan kepada kembarannya. Posisi mereka berdua sekarang sedang berada di kamar mereka.

Walaupun mereka berdua hanya berbeda 9 menit, Minhee meminta kembarannya untuk memanggilnya kakak. Eunsang yang polos saat itu hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan kakak kembarnya.

Suasana saat itu sangat hening, tidak ada yang memulai percakapan kembali diantara keduanya. Di rumah itu hanya ada mereka berdua. Jangan tanyakan kemana perginya kedua orang tua mereka yang tergila-gila akan bisnis hingga melupakan keberadaan anak mereka.

Hingga kemudian, terdengar lirihan suara yang sangat pelan. Suara tersebut berasal dari Eunsang yang kini sedikit demi sedikit memulai ceritanya.

"Kemarin, aku sedang menunggu jemputan di depan pagar sekolah. Suasana sekolah saat itu sudah lumayan sepi, ga lama kemudian aku ngeliat kak Yunseong sama temen-temennya jalan menuju kearah ku."

'Yunseong ya, apa jangan-jangan Hwang Yunseong si berandalan itu' batin Minhee. Minhee pun lantas mendekatkan dirinya kepada sang adik yang kini sedang rebahan di sofa kamar mereka.

"Tiba-tiba, kak yunseong mukul kepala aku dan nendang tubuh aku bertubi-tubi. Teman-temannya yang berada disitu cuman nontonin dan terkesan acuh."

Air mata perlahan keluar dari kedua kelopak mata adik tersayangnya. Getaran tubuh adiknya seakan-akan menjelaskan seberapa besar ketakutannya saat itu. Ini pertama kalinya Minhee melihat sosok adiknya yang sangat rapuh, selama mereka tinggal bersama.

"Kak yunseong memang selalu begitu, tapi aku cuman diam. Aku gamau bikin kakak khawatir denganku" lanjutnya.

'Bajingan, siapa pun lo dan dimana pun lo, bakal gue balas semua perbuatan lo.' ucap Minhee didalam hati. Ia lantas menarik adiknya kedalam pelukan hangat dan memberikan sebuah usapan lembut diatas rambutnya.

"Berulang kali aku ngucapin kata maaf ke kak Yunseong, tapi tendangan itu makin kencang dan kencang, seakan aku pernah membuat dia marah."

Sakit yang teramat dalam, sedang Minhee rasakan sekarang ketika mendengar adik yang dia jaga dan sayangi setengah mati diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh orang yang bahkan mungkin ga layak di sebut orang.

"Biasanya, aku mampir ke uks buat ngobatin luka dan lebamnya. Setidaknya agar kakak ga khawatir."

Minhee sering melihat adiknya seakan menahan sakit, dan dibeberapa kesempatan ia pernah melihat lebam-lebam di punggung Eunsang. Minhee tau dan sangat tau jika lebam itu berasal dari sebuah tendangan yang kencang.

Sebulan yang lalu, Minhee bertanya dari mana asal lebam itu. Eunsang hanya menjawab jika itu hanya lebam biasa dan menyuruhnya untuk tidak usah khawatir sambil memberikan senyum terbaiknya.

"Aku gamau bikin kakak khawatir. Kakak jangan marah ya? Aku minta maaf baru bisa ceritain sekarang"

Linangan air mata itu kian deras, Minhee mengusap pelan kelopak mata adiknya dan memberikan kecupan kecil di keningnya. Minhee melakukan itu guna menyembunyikan amarahnya yang kini kian meluap.

"Udah, adek jangan nangis ya? Kakak ga marah sama kamu kok" terang Minhee. Mereka berdua berpelukan. Sebuah pelukan hangat yang ajaibnya bisa bikin keduanya tenang.

'Bajingan lo, tunggu aja pembalasan gue nanti.' batin Minhee

Di sela-sela pelukan itu Minhee mengucapkan sesuatu yang membuat Eunsang terkejut dan melepaskan pelukan mereka.

"Sang, anti kita tukeran jati diri bentar ya? kakak mau ngurus sesuatu."

'ehh??'

'ehh??'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-TBC-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Switch - Junsang HwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang