Prolog.

978 82 15
                                    

Keseluruhan cerita murni dari imajinasi saya sendiri. Jika ada kesamaan Nama, tempat, dan suasana dalam cerita itu hanya unsur ketidak sengajaan. Saya tau kalian pasti bisa menghargai karya tulis saya.

Happy reading and don't cry, only smile.

🌻

"Ma-mama" Dyo berusaha menggerakkan kakinya, namun kondisinya sungguh lemah untuk melakukan itu.

"Dyo, gak papa, kamu pasti baik-baik saja" wanita itu tersenyum dari kursi depan di samping supir, menatap anaknya dengan mata sayu yang terus mengeluarkan air mata.

"Mama jangan nangis, D-Dyo ikut sedih" Dyo ikut menangis saat melihat ibunya itu menangis, isakannya mengiris hati Tifany.

"Mama gak nangis lagi, Dyo jangan ikut nangis ya. Mama gak mau" Tifany berusaha menyentuh wajah anaknya itu, ia tak kuasa saat melihat darah mengalir dari kepala anaknya.

"Ma, kapan papa datang? Dyo takut" Dyo menyentuh tangan ibunya, menggenggamnya erat seakan tak ingin melepaskannya lagi.

"Sebentar lagi, papa pasti datang" Tifany berusaha tersenyum agar anaknya percaya.

Dyo yang masih berumur enam tahun itu berusaha mendudukkan dirinya, mengambil sapu tangan di sakunya lalu mendekati ibunya. Dyo mengusap wajah ibunya dengan sapu tangan itu, keringat dan darah sudah bercampur menjadi satu.

"Mama luka, tapi Dyo belum jadi dokter" Dyo terlihat khawatir, menatap polos ibunya yang kini kembali menangis.

Hanya tangan dan kepala yang bisa Tifany gerakkan, tubuhnya sudah terjepit bagian mobil yang ada di depannya. Darah segar mengalir dari perutnya yang tertusuk bagian tajam, itu membuatnya semakin melemah karena kehabisan banyak darah.

"Bagaimana Dyo sembuhin mama? Dyo belum punya suntikan hiks" Dyo terus menghapus air mata ibunya meskipun air matanya sendiri terus mengalir.

"Dyo gak perlu punya suntikan kok buat sembuhin mama" Tifany ikut menghapus air mata anaknya, namun membuat wajah Dyo kotor karena darah.

"Terus Dyo harus kayak mana? Dyo mau sembuhin mama"

"Caranya tersenyum"

Dyo menatap lucu Tifany, dia tidak mengerti maksud ibunya.

"Senyum itu obat ya ma?"

Tifany mengangguk, nafasnya mulai tersengal-sengal karena darahnya semakin berkurang.

"Kalau Dyo senyum, mama pasti bakal ikut senyum di manapun mama berada. Jadi Dyo gak boleh sedih dan ngeluh, senyum adalah obat dari rasa sakit di hati"

Dyo menghentikan tangisannya, tangannya langsung menghapus air matanya sendiri. Dyo tersenyum pada ibunya, menunjukkan deretan gigi rapinya.

"Dyo bakal terus tersenyum untuk obat dari orang lain, Dyo janji!" Dyo mengangkat tangannya dengan semangat sebagai tanda perjanjian.

Tifany hanya mengangguk, rasanya ia tidak sanggup lagi mengeluarkan suara. Melihat anaknya yang bisa berbicara dan tersenyum seperti biasa membuatnya cukup lega, setidaknya anaknya baik-baik saja.

"Jika pa-papa datang, bisa gak Dyo kasih tau ke papa tentang ini?" Tifany mulai sulit bernafas dan membuka matanya.

"Apa ma?"

Tifany memberi kode agar Dyo mendekatinya. Melihat hal itu, Dyo dengan penuh semangat mendekatkan telinganya pada ibunya. Tifany membisikkan sesuatu di telinga Dyo, membuat anak itu tersenyum bahagia.

"Siap ma! Papa pasti senang"

Tifany mengangguk, menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

"Dyo, jangan tidur malam ini ya, janji sama mama?"

Dyo mengangguk antusias.

"Dyo mau jagain mama aja, Dyo gak mau tidur malam ini"

Tifany lagi-lagi hanya mengangguk, bernafas pun sulit dilakukan.

"Ma-mama tidur dulu ya, selamat ma-malam Dyo" Tifany menutup matanya, genggaman tangannya melemah pada tangan mungil Dyo.

Dyo merasa bingung, namun ia kembali mengeratkan genggamannya pada tangan ibunya itu. Dyo dengan polosnya menatap wajah ibunya yang semakin pucat, ia tersenyum karena ibunya itu selalu terlihat cantik kapanpun.

Dyo tidak tau dan tidak pernah membayangkan jika ucapan "selamat malam" itu akan menjadi ucapan terakhir dari sang ibu.

"Selamat malam juga, mama"

🌻🌻🌻

Halo guys. Ini cerita pertama aku di akun ini, kalau kalian ingin membaca part satu silahkan berikan dukungannya. Selamat menikmati

Smile On My FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang