Keseluruhan cerita murni dari imajinasi saya sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan suasana dalam cerita itu hanya unsur ketidak sengajaan. Saya tau kalian pasti bisa menghargai karya tulis saya.
Happy reading and don't cry, only smile.
🌻
1 Februari 2010.
Dokter Syno menatap sendu rumah Dyo, dia masih tidak rela jika anak itu jauh darinya.
"Kamu yakin mau tinggal sendirian?"
Dyo mengangguk antusias, "Dyo mau nungguin papa" Dyo tersenyum manis seraya menunjukkan heartlips nya yang indah.
Dokter Syno akhirnya mengangguk, dia tidak bisa lagi memaksa Dyo.
Dokter Syno berlutut di hadapan Dyo, "Yaudah, kamu hati-hati di rumah ya. Setiap hari dokter bakal bawain kamu makanan" pria itu mengusap lembut pipi Dyo sambil tersenyum.
Dyo mengangguk lucu, senyumnya benar-benar indah di mata Dokter Syno. Anak itu cerah dan penuh kebahagiaan di saat kondisinya seperti ini, drngan kata lain dia anak yang kuat. Andai dia bisa menjadikan anak itu sebagai anaknya, maka akan dia lakukan. Namun Dyo masih bersikeras untuk bersama ayahnya, Dokter Syno bisa apa?
🌻🌻🌻
2 Februari 2010.
Dyo berjalan menuju taman bermain yang tak jauh dari rumahnya. Dapat dia lihat dari kejauhan anak-anak seumurannya sedang bermain dengan riang. Sepertinya akan seru jika Dyo diperbolehkan ikut bergabung.
"Teman-teman, boleh gak Dyo ikut main?" Dyo bertanya dengan senyumannya yang indah, membuat anak-anak itu menghentikan kegiatannya.
"Dia Dyofano itu?" Salah satu anak berbisik di telinga anak di sebelahnya.
"Iya, ibuku bilang dia anak haram"
Dyo mendengarnya, dia langsung menundukkan kepalanya. Sedih sekali mendengar dirinya dipanggil anak haram, bukankah sebutan itu sangat menjijikan? Apakah Dyo semenjijikan itu?
"Aku dilarang dekat-dekat dengannya"
Dyo melangkah mundur, lagi-lagi dia mendengar bisikan yang lebih tepatnya ucapan dari anak-anak itu. Dyo dapat melihat bagaimana mereka menatapnya dengan jijik, anak-anak itu juga tak henti-hentinya membicarakan hal buruk tentangnya.
"Kamu ingin bermain dengan kami, kan?"
Dyo mendongak lalu mengangguk dengan cepat, tak lupa diselipkannya senyum manisnya.
"Yaudah kamu boleh ikut"
Dyo tersenyum senang, artinya mereka tidak merasa jijik bermain dengannya.
"Kita akan bermain 'Pencuri dan Warga'!" Anak-anak lainnya ikut bertepuk tangan.
Dyo hanya ikut bertepuk tangan tanpa tau mainan macam apa itu.
"Dyo, kamu jadi pencuri! Kami jadi warga. Kamu harus mengambil mainan kami, jadi kami akan memberikanmu hukuman" salah satu anak-anak itu menjelaskan cara mainnya.
Dyo terlihat senang mendengar permainan itu, pasti akan menyenangkan. Dyo mulai berlari mengambil sebuah mainan mobil-mobilan dari salah satu anak. Mereka langsung mengejar Dyo yang berlari membawa mainan itu. Saat tertangkap, tak disangka anak-anak itu memukuli Dyo. Mereka semua tertawa seakan itu hal yang menyenangkan, sedangkan Dyo berusaha menahan sakit di seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile On My Face
Novela Juvenil"Kalau Dyo senyum, mama pasti bakal ikut senyum di manapun mama berada. Jadi Dyo gak boleh sedih dan ngeluh, senyum adalah obat dari rasa sakit di hati" Sejak saat itu Dyo terus tersenyum dan berharap luka di hatinya perlahan menghilang. Warning!! M...