Keseluruhan cerita murni dari imajinasi saya sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan suasana itu hanya unsur ketidak sengajaan. Saya tau kalian pasti bisa menghargai karya tulis saya.
Happy reading and don't cry, only smile.
🌻
29 Januari 2010.
"Dyo, kamu bisa dengar saya?"
Dyo membuka matanya perlahan, pandangannya masih buram namun dia yakin ada seseorang di hadapannya.
"Gak jelas" Dyo menyipitkan matanya, berusaha melihat lebih jelas.
"Gak pa-pa, jangan dipaksa dulu ya" dokter itu tersenyum, mengusap lembut rambut Dyo.
"Mama... di mana?"
Dokter dengan nametag Syno itu saling bertukar tatap dengan suster di sebelahnya. Karena syok dengan berita kematian ibunya, Dyo koma selama dua minggu. Rasanya tidak baik jika memberitahu Dyo saat ini, melihat kondisinya yang tidak terlalu baik.
"Ibu kamu--"
"Diambil tuhan ya?"
Dokter Syno langsung menunduk, tak kuasa berbohong saat melihat wajah polos Dyo.
"Gak pa-pa kok, mungkin bersama tuhan lebih bahagia dari pada di sini" Dyo tersenyum tipis, menahan air matanya yang sebentar lagi akan terjun mulus ke pipi chubby nya.
Dokter Syno ikut tersenyum, tangannya terulur untuk menyentuh kepala Dyo.
"Tapi mama kamu pasti mau kamu tetap di sini, untuk papa kamu"
Dyo mengerjap lucu, menatap Dokter Syno dengan polos. Tersirat pertanyaan di mata anak itu, Dokter Syno langsung mengetahuinya saat pertama kali melihatnya.
"Anggap aja ini misi dari mama kamu, jadi kamu gak boleh ikut sama mama kamu dulu" Dokter Syno mengusap lembut pipi Dyo seraya tersenyum.
"Misi buat papa senyum ya?"
Dokter Syno mengangguk antusias, "Tentu saja! Kamu harus buat papa kamu tersenyum, bisa kan?"
"Pasti bisa! Mama yakin sama Dyo, berarti Dyo harus bisa" Dyo tersenyum ceria, heartlips nya mampu membuat orang yang melihat ikut tersenyum.
Dyo punya daya tarik, senyumannya indah. Dokter Syno sangat yakin anak ini akan menjadi anak emas untuk keluarganya, meskipun pada awalnya tidak ada yang menyadarinya. Dan Dokter Syno yakin hanya Dyo yang dapat membuat ayahnya kembali tersenyum.
🌻🌻🌻
16 Januari 2020.
Pria berjas putih itu tersenyum saat menatap foto anak kecil dengan heartlips menawannya. Jujur saja dia merindukan anak itu, cukup lama anak itu tidak berkunjung karena sibuk dengan pelajarannya. Dia memahaminya, bukankah seperti ini lebih baik? Anak itu tidak terluka, makanya dia tidak perlu ke rumah sakit.
Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka. Pria itu terkejut saat melihat siapa yang mengintip ke ruangannya.
"Dok, Dyo ganggu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile On My Face
Ficção Adolescente"Kalau Dyo senyum, mama pasti bakal ikut senyum di manapun mama berada. Jadi Dyo gak boleh sedih dan ngeluh, senyum adalah obat dari rasa sakit di hati" Sejak saat itu Dyo terus tersenyum dan berharap luka di hatinya perlahan menghilang. Warning!! M...