+ XII. ONE TIME : Thrice

144 28 51
                                    

🌌 serein
















































25 Oktober, setahun sebelumnya.






"Happy Birthday, No!"

Ia yang berulang tahun hari ini melukis senyuman gelinya. Seperti ia yang biasa, tawa tak bisa ditahan karena memang ia yang tak bisa sesaatpun tak meninggalkan kesan ceria. Dengan bibir yang tertarik tidak simetris membentuk senyuman sedikit miring, ia menatap dengan mata mengerling kepada ia yang barusan bersuara.

Reino namanya, dan yang baru saja memberinya ucapan selamat itu adalah Shannon, gadis fakultas sebelah yang diam-diam disukainya.

Ah, bukan diam-diam lagi sebenarnya. Karena, hampir semua teman dari Reino maupun Shannon juga tahu tentang perasaan si lelaki kepada di perempuan. Seolah itu adalah rahasia umum.

Lalu? Wajar bukan, kalau Reino menyimpan perasaan semacam itu kepada Shannon?

Tentu saja, menyukai seseorang adalah hak semua orang. Namun, yang membuat Shannon terkadang merasa bingung sehingga ia terus-terusan mengalihkan pembicaraan setiap temannya mulai membahas tentang Reino, adalah bagaimana pemuda itu bersikap dan merespon.

Reino... menyukainya? Lalu, mengapa malah ia dekat dengan perempuan lain?

Apakah, perasaan itu hanya sesuatu sepele yang hinggap dan singgah sementara di hati Reino, hingga ia tak perlu meluruskan dan mengungkapkannya langsung? Dan membuat segalanya terasa diombang-ambing tanpa sedikitpun clue yang mengarah kepada kepastian?

Ini juga alasan Shannon selalu melakukan hal yang sama-mengalihkan pembicaraan tiap temannya menyangkutkan Reino, karena nyatanya... lelaki itu tak pernah mengatakannya.

Hanya sebuah senyuman tipis dan kerlingan mata menggelikan yang selalu Shannon dapatkan setiap bertemu pandang dengan lelaki Shinto itu. Dan, saat ia tak sengaja mendengar pertanyaan dari teman Reino tentang perasannya pada Shannon, lelaki itu selalu tak menjawab. Lagi-lagi hanya tersenyum atau terkekeh pelan, lalu membicarakan hal lain atau malah... kabur.

Jadi, Shannon tidak salah, bukan?

Sebentar, sepertinya salah fokus. Bukan Shannon si pemeran utama kali ini.

Masihlah ia, perempuan yang dikabarkan dekat dengan Reino meskipun kabar lain yang beredar mengatakan bahwa lelaki itu menyukai Shannon. Adalah Sakura Resyakila Paradista, sahabatnya sendiri.

"Sakura!"

Tepat setelah Reino membalas ucapan selamat dari Shannon dengan tawanya, ia buru-buru mendekat kepada Sakura yang duduk di sana. Di pinggiran halaman Fakultas MIPA.

Gadis itu tampak memandangi lapangan olahraga tak jauh di depannya. Bukan memandangi, lebih tepatnya melamun. Sekali lagi Reino memanggil namanya, akhirnya ia menoleh dan tersenyum tipis yang terkesan tenang meski raut terkejut tak dapat disembunyikannya.

"Hm?"

Reino mendudukkan diri di samping Sakura, memandangi gadis itu dan objek yang diperhatikannya bergantian. "Kenapa anak psikologi bisa nyasar sampai sini?"

Sakura menoleh, memandangi lelaki di sebelahnya aneh. "Aku anak psikologi, terus kamu? Anak komputer? Di-download, dong?"

Reino terdiam, sedetik kemudian terbahak hingga menepuk tangannya heboh. Ribut. "Aduh! Boleh juga humor gadis Jepang ini... " ucapnya dengan nada sok formal. "Kenapa ngeliatin aja? Nggak mau masuk, main-main basket apa gimana, gitu?"

[ ✔ ] SEREIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang