IX. LOST

150 30 41
                                    

🌌 serein




























"Suara kamu bagus banget, tapi aku nggak mau denger sekarang."

Sakura mengernyit, menatap si lawan bicara kebingungan. "Hah? Kenapa?"

"Karena suara kamu istimewa." Elano tersenyum samar. "Suatu saat nanti, kamu harus tampil. Pamerin suara merdu kamu untuk didengarkan ke orang-orang. Tunjukkin kalau selain cantik dan pinter, ada keistimewaan lagi dari dalam diri kamu."

"Mm-hm?"

"Dan itu jadi persembahan spesial buat aku, Elano Mahaprana."

Sakura tergelak. Entah apa sebabnya, yang jelas ia hanya ingin melakukannya-tertawa sambil mencubit hidung bangir lelakinya dengan gemas. "Spesial, ya? Oke deh kalau gitu. Aku bakalan tampil, spesial buat Elano Mahaprana."

Elano terkikik, mengusak rambutnya Sakura pelan.

"Hari ini ada latihan, kan?"

Si Paradista mengangguk, tersenyum tipis merasa sedang karena Elano mengingat jadwalnya. Ah, sebenarnya, Elano selalu mengingat apapun tentang Sakura. Walaupun begitu, entah mengapa hal-hal kecil seperti ini selalu membuat Sakura bahagia. Apapun itu, jika karena Elano, ia akan selalu merasakannya. Bahagia.

"Abis pulang sekolah nanti, jemput kayak biasanya, ya?"

Elano mengangguk saja, lantas merangkul erat sang terkasih tanpa aba-aba, membuat si gadis yang tidak siap langsung tersentak dan hampir saja terjatuh saking terkejutnya.

Si Mahaprana terkekeh ringan, memeluk Sakura singkat sambil menggumamkan kata 'maaf', mengabaikan dia yang memberontak.

Si gadis berdecak. Antara mau marah karena dibuat terkejut, atau mau terbang karena tiba-tiba mendapat pelukan erat seperti ini.

Dan... kecupan singkat di kepala yang membuatnya langsung merasa nyaman.











▒░▒░▒░▒








"Elano?"

Ia yang dipanggil mendongak, memperlihatkan wajahnya yang pucat tanpa sinar. Mata yang memandangnya penuh kesedihan. Jejak air mata yang bahkan belum kering di bawah kelopak yang membengkak, memperlihatkan seberapa sering ia menangis.

Sakit. Hatinya sakit.

Gadis itu meraihnya, mendekapnya, membiarkan ia menangis di bahunya. Membiarkan ia melampiaskan rasa sakit karena ditinggalkan wanita yang paling dicintainya.

"Nggak apa-apa, Elano. Nggak apa-apa."

Punggung rapuh itu ditepuknya, diusapnya pelan. Tubuh yang hampir remuk itu ditenangkannya, diberikannya kecupan penuh sayang.

"Nggak apa-apa, nangis aja nggak apa-apa. Tante nggak akan marah, Tante nggak akan sedih. Nggak apa-apa... "

"Ma-hiks-Mama... "






▒░▒░▒░▒



"Sakura, tunggu sebentar!"

"Lan-ah!"

Elano terkejut, melepaskan genggaman tangannya di pergelangan Sakura dengan refleks. Alisnya mengernyit ketika gadis itu cepat-cepat mengangkat tangannya, menurunkan sekumpulan gelangnya dengan waktu kilat.

Ada sesuatu.

Benar saja.

Lelaki itu menarik tangan gadisnya lembut, membaliknya dan menggeser gelang-gelang kecil itu perlahan.

[ ✔ ] SEREIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang