Chapter 6

9 3 0
                                    

Happy Reading🌟

_________________________

<Cuplikan episode sebelumnya>

"Setya, apa kau merindukanku?"

Setya menoleh, matanya membesar, jantungnya berdegup.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama,

Ia kembali bahagia.

(6 : Ketidakpastian)

Ha-hah? Dia...

Air mata Setya menetes, apakah doanya sudah mampu mengetuk langit?

***

"Dinda?" Setya mengerjapkan mata, melirih pelan.

"Kamu..." Terdiam, terpaku pada seseorang yang menimbum rindu terlalu dalam, terlalu menyakitkan.

"Waktu itu kenapa?" Suaranya tertahan, terlihat tangannya mengepal kuat. "Nggak datang?"

Gadis di hadapannya hanya tersenyum. Berdiri seraya menyambungkan tangan di depan perutnya.

"Dinda," ulang Setya menatap lawan bicaranya. Cairan bening mulai mengalir di pipinya.

Dinda tertawa kecil mengarahkan ibu jari untuk mengusap airmata Setya.

"Aku kangen kamu, kangen banget sama kamu Din, kenapa kamu nggak ada kabar sampai hari ini? Kamu kemana?" Setya terisak lebih keras.

"Aku bahagia tau ketemu kamu lagi" Walaupun Setya sendiri tidak percaya bahwa dirinya bisa bertemu kembali dengan orang yang ia telah lama tunggu.

"Kamu bisa bertemu denganku lagi," ucap Dinda menatap Setya, entah apa arti dari tatapannya itu.

"Dinda, kamu nggak lagi bercanda kan? Kamu serius kan?" Tanya Setya begitu cepat sangking senangnya.

"Kamu belum jawab perta-" belum sempat Setya melanjutkan omongannya, Dinda menodongkanjarinya ke mulutnya.

"Shhh, bawel. Belum juga selesai ngomong si bambank," ucapnya manyun.

Setya ngeblush.

"Mau tau caranya gimana?"

Setya mengangguk-angguk.

"Datang ke tempat itu."

"Tempat apa?"

"Pertemuan kita." Dinda menggenggam kedua tangan Setya, tersenyum manis. "Aku janji kali ini aku akan datang!"

Dinda melepas tangan laki-laki itu, perlahan tubuhnya melebur dengan angin.

"Dinda? Dinda!?" Setya membulatkan mata, sekali lagi bulir menetes dari sudut matanya. "Dindaa!"

Saat gadis itu hampir lenyap, sepatah kata terdengar parau dan pelan sekali. Namun masih bisa tertangkap oleh Setya.

"Menjauh dari gadis itu."

"Dindaa!" Setya berusaha menggapai Dinda, menarik-narik bayang yang menembus dari sela tangannya, memeluk sesuatu yang tidak dapat ia dekap.

"Sett..."
"Setya.."
"Setyaa Pamungkasss..." ucapnya berulang ulang, suaranya meninggi.

Bisa dipastikan Setya sangat kaget dengan suara yang memanggilnya itu. Perlahan matanya terbuka, Setya melihatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia melihat Dinda! Setya memegang tangan Dinda. Tetapi, dengan cepat pula ia menghindarinya. Hal itu membuat Setya keheranan.

"Setya" panggilnya kembali
"Nak Setya kamu kenapa?" Ia memegangi dahi Setya dengan punggung tangannya. "Kok matanya berair? Nak sakit?"

"Demam?"

FluchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang