Part 4*

207 105 43
                                    

"Kan gue udah bilang lo tenang aja" ucapku menenangkan Rana lagi, setelah itu aku melangkah meninggalkan Rana yang tangisnya semakin pecah.

Aku sebenernya ga tega lihat Rana nangis seperti itu, tapi sebagai permintaan maaf ku ke Raka aku harus nurutin permintaannya. Walaupun itu harus merelakan air mata Rana jatuh bercucuran.

.

.

.


Author POV.

Di kantin sekolah..

Hahahahaha...

Gelak tawa gadis cantik dengan rambut tergerai pecah bukan cuma itu, gadis itu juga memukul-mukul meja saat mengingat kejadian beberapa menit lalu. Semua pengunjung kantin langsung serempak menengok ke tempat gadis itu berada, sehingga tidak sengaja tingkah gadis itu sudah menghentikan sejenak aktivitas  makan, memesan, minum, dan sekedar ngobrol. Sungguh ga ada akhlak.

"Udah dong Ran, malu noh diliatin"

Dari kalimat yang baru saja diucapkan seorang gadis, pasti kalian tahu kan itu siapa? Yap, yang tertawa itu adalah Rana dan yang berkata tadi adalah Syifa.

Kini mereka tengah duduk disalah satu tempat yang ada di kantin. Karena, setelah kejadian itu Syifa langsung mengajak Rana ke kantin, untuk mengisi ulang otaknya yang sudah terbuang sia-sia karena perdebatan yang unfaedah.

"Oke-oke" Rana mengiyakan permintaan Syifa dan sebisa mungkin Rana menghentikan tawanya.

"Cepet, ga usah kebanyakan ngomong" omel Syifa yang sudah risih dengan tatapan-tatapan tajam dan celotehan-celotehan pedas dari pengunjung kantin.

"Iya..iya..bawel banget jadi orang"

"Maaf ya guys kalau gue udah ganggu aktivitas kalian, kan gue udah berhenti nih yang ketawa silahkan dilanjutkan aktivitasnya" lepas mendengar permohonan maaf dari Rana satu per satu pengunjung kantin pun melanjutkan aktivitasnya, walaupun celotehan-celotehan pedas itu masih terdengar ditelinga mereka berdua.

"Emang gue keras banget ya ketawanya?" tanya Rana yang mencondongkan tubuhnya, jadi seolah-olah mereka sedang berbisik-bisik.

"Bukan banget lagi, tapi sampai buangett"

"Gitu ya, bisa turun dong reputasi gue"ucap Rana sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Reputasi-reputasi mulu yang dipikiran, tapi pas sahabatnya sendiri lagi bertempur melawan monster lo diem aja, terus cuma bilang sabar Syif sabar" ucap Syifa malas tak lupa dengan memutar bola matanya.

Jleb..

Hati Rana bagai tertusuk jarum saat mendengar ucapan Syifa.

"Hehe, ya maaf gue sebenernya mau bantu tapi ya mau bantu apa, gue bingung"

"Huft.. untung gue orangnya pemaaf, kalau engga udah gue musuhin lo seumur hidup"

"Udah ahh jadi merasa bersalah kan gue" lalu Rana menundukkan kepala.

"Lha kan emang lo salah"

"Terserah lo dehh" ucap Rana sambil memalingkan mukanya kesamping dengan kasar.

"Ciee marah ciee" Syifa meledek Rana yang terlihat merajuk, sambil mencolek-colek pipi Rana, tapi langsung ditampis.

"Apa an sih" ambek Rana.

"Cie marah cie"

"Engga"

"Yang bener"

"Iya Syifa gue ga marah" geram Rana.

My Heart Always Smiles (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang