Bab 13

98 7 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.








Author POV

Vicko menggebrak meja menatap tajam Vian. Rahangnya mengatup keras,api kemerahan terlihat di dalam mata tajamnya. Vian tertunduk tak berani menatap kakanya yang sedang marah.

"Kau bahkan tidak bisa !"

Vian tak berani membantah apapun. Benar kata Vicko,ia tak bisa melakukan hal semudah itu pada Arra. Semuanya karena Kenzo yang tiba tiba datang.

"Apa susahnya membuat peluru panas itu tembus di kepalanya !!!!" Bentak Vicko memegang kerah Vian kuat kuat,seolah ingin melenyapkannya.

Vian kesusahan bernafas karena cengkeraman Vicko di lehernya. Disaat seperti ini,Vian tak mau melawan. Ia memilih diam membiarkan Vicko meluapkan amarahnya pada dirinya. Di dalam hati kecilnya,ia mengakui kesalahannya dan ia menghormati kemarahan kakaknya.

"Apa kau merasa kasian pada dia ?" Vicko tertawa kasian pada Vian.

Vian tetap tak berani menatap Vicko. Ia memohon agar Vicko melepaskan kerahnya yang membuat ia kesusahan bernafas.

"PECUNDANG !" Teriak Vicko menghempas tubuh Vian ke dinding dengan keras.

Dug,,,,

Tubuh Vian terbentur dinding sangat keras. Ia menghirup oksigen sebanyak banyaknya.

"Maaf !" Kata Vian memberanikan diri.

"Di-dia tiba tiba datang mengacaukan segalanya !" Ia berusaha membela diri setelah melihat Vicko sedikit tenang.

Vian berusaha berdiri,setelah nafasnya teratur. Ia menatap punggung Vicko,

"Aku tidak tau kenapa Kenzo tiba tiba tau keberadaan Arra !"

Vicko membuang semua kertas dan berkas di meja. Ia mengusap wajahnya frustasi. "Aarrgghhh,,,,!"

***

Juna membolak balikkan berkas di tangannya. Keningnya berkali kali mengernyit,dan terkadang ia berdecak kesal. Kenzo yang baru saja masuk ke rumah,ikut memperhatikan Juna yang terlihat kesal. Setelah pelatihan yang melelahkan malam ini,Kenzo masih bisa melihat gurat lelah di wajah Juna.

"Ada apa ayah ? Apa ada yang salah dengan berkas itu ? Biar Kenzo bantu," kata Kenzo menyadarkan Juna akan keberadaan Kenzo.

"Aku sedang memeriksa berkas Vian. Semua ini palsu,kita tidak bisa melacaknya !" Jawab Juna memberitahu keluh kesahnya.

"Itu semua salah Kenzo yah ! Kenzo terlalu khawatir pada Arra sampai membiarkan celah pada pelakunya !" Kata Kenzo bersalah.

"Ayah,paham posisimu saat itu," ujar Juna tersenyum hangat.

Kenzo duduk di kursi sebelah Juna. Kenzo ikut melihat berkas yang tergeletak di meja. Ia memeriksa setiap tulisan di identitas bodyguard Arra itu.

Kenzo tiba tiba termenung,ia memikirkan kejadian yang baru baru terjadi. Juna menyadari Kenzo yang termenung.

"Ada apa ?" Juna membuka pembicaraan. Ia meletakkan berkas di meja.

Kenzo tertunduk, menghela nafas berat.

"Ayah,aku tidak bisa tenang teringat selalu dengan penyerangan terhadap tuan besar di Seoul." Kata Kenzo mengeluarkan keluh kesahnya.

ARKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang