Sepenggal kisah MPLS

4 1 0
                                    

Kiela menautkan kedua alisnya. Menahan kesal dalam hati. Harusnya sekarang kelompok Study Club bisa melewati pos to pos dengan tenang, tapi nyatanya tidak. Lihat saja sekarang. Baru tadi para anggota ekstrakulikuler Study Club melewati pos tiga, tiba-tiba sekarang ada sekelompok kakak kelas yang menghentikan langkah mereka.

"Mau dilewatin aja nih?" tanya Daffa, anak basket yang kebetulan jadi panitia di acara kemah pelantikan murid SMA Gemilang.

Pemimpin barisan ekstrakulikuler study club, Bambang, langsung berhenti mendadak dan menatap sesama temannya bingung.

"Udah lewatin aja, kita nggak rugi kok," timpal Wulan. Wajahnya santai sekali, tapi dari kata-katanya ada nada sarkas yang membuat orang-orang gemetar.

"Iya, lewatin aja. Kan bukan pos." Brian si anak pramuka berjalan mendekati barisan anak Study Club. Dengan tongkat kayu di tangannya.

"Siap Kak, izin bertanya," kata Bambang lantang.

"Iya," jawab Daffa lembut dengan nada sedikit bercanda.

"Ini pos berapa dan materinya tentang apa?"

Mila langsung tersenyum mengejek. Tangannya menopang dagu. "Eh, emang ini pos, ya, Kak?"

Daffa, Brian, dan Wulan mengedikkan bahu. "Tau."

Bambang ragu. Begitu juga anggota ekskul Study Club. Pemimpin itu menatap kakak kelasnya, Akbar, si ketua umum Study Club serta Siska, si wakil ketua umum.

"Oy, oy," panggil Ceko dari atas mobil losbak yang bak nya ia tumpangi. "Minggir, minggir, mobil mau lewat!"

Semua langsung menepi. Barisan anak Study Club jadi acak-acakan dan tak beraturan. Kiela yang masih menggerutu dalam hati masa bodoh dengan peringatan Ceko. Jadilah acara Daffa menarik Kiela ke pelukannya.

"Dek, ada mobil, gak denger?" tukasnya masih dengan nada lembut, menggoda, sekaligus tegas. Memang itulah ciri khas Daffa.

Kiela tidak menjawab. Ia langsung melepaskan diri dari pelukan Daffa dan kembali pada barisannya.

"Si Ceko, dasar tukang nge-BM!" Brian melemparkan sebuah batu ke arah Ceko. Namun tidak berhasil mengenainya.

Mobil losbak itu akhirnya menghilang di tikungan. Dan keadaan mengesalkan itu kembali lagi. Study Club yang malang.

"Tadi katanya ini pos. Tapi kok barisnya masih acak-acakan?" sindir Wulan sarkas. Tatapannya sinis dan menusuk.

Bambang segera merapikan barisan. 3 berbanjar. Setelah rapi, lagi-lagi Bambang bertanya. "Kak, izin bertanya."

"Iya."

"Ini pos berapa dan materinya tentang apa?" Pertanyaan yang sama.

"Emang ini pos? Perasaan ini tikungan," gurau Mila masih terduduk di tanah rerumputan.

Lagi dan lagi, Bambang tidak menyerah, ia kembali bertanya. "Kak, izin bertanya."

"Nanya mulu dari tadi," celetuk Wulan semakin menambah kekesalan terpendam dalam hati anak Study Club.

"Iya," jawab Daffa berdiri di belakang Mitza. Tongkat yang tadinya ditangan Brian berpindah ke tangannya sekarang. Tongkat itu ia gunakan untuk menopang dagunya.

 Tongkat itu ia gunakan untuk menopang dagunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__TO BE CONSAMBUNG_

Pengen balik MOS lagi:v
Pengen diusilin:v
Pengen ngeliatin kakel:v

Ci yu.

Jaga kesehatan.

nothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang