Keadaan sepi untuk sejenak.
"Kak, izin bertanya," ucap Bambang lagi.
"Iya, apalagi?" Itu suara Wulan.
"Ini pos atau bukan?"
"Um ... jawab ga nih?" tantang Wulan dengan sebelah alis terangkat.
"Siap, jawab, Kak." Bambang si pantang menyerah dari Study Club. Mungkin julukan itu cocok untuknya.
"Yakin?" Kak Daffa tersenyum menyeringai. Cowok manis itu membenarkan poni belah duanya, lantas berjalan maju ke depan. Kini ia sejajar dengan Wulan.
Wulan melirik Daffa sekilas. Lalu senyumnya tercetak jelas. Memamerkan deretan gigi putih bersih. Padahal Kiela berharap ada sisa cabai yang nyangkut di giginya supaya dia mati karena malu. Brian dan Mila juga ikut bangkit berdiri. Ditambah beberapa kakak kelas lainnya ikut menghampiri anggota Study Club.
"Woy," panggil Iqbal Angkasa dari arah kanan.
Ketua umum ekstrakulikuler IT itu berjalan di depan rombongannya. Tentu saja itu rombongan anggota IT yang baru. Mereka berbaris dan berjalan mendekati anggota Study Club yang sedang diambang kecemasan.
"Berhenti, oy!" teriak Daffa.
Iqbal terus saja maju. Yah, walau rombongannya sudah berhenti di tempat. "Apaan?"
"Mundur, mundur!" suruh Wulan sambil mengibaskan tangannya.
"Hah?" Iqbal semakin mendekat.
"Bolot, tolong," gumam Brian menggeleng-gelengkan kepala. "Mundur! Bawa rombongan lu mundur dulu!"
"Ok," final Iqbal akhirnya. Ia membalikkan badan dan memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setelah itu ia kembali berbalik ke arah Daffa. "Cepetan. Ngantri nih."
Lantas Iqbal ikut mundur.
"Liat, kan?" sindir Wulan ke arah adik kelasnya.
"Banyak yang ngantri, kalian tuh bikin lama doang," tandas Mila membuat anak Study Club terdiam.
Bambang hanya bisa menunduk. Melihat akhirnya Bambang terdiam membuat Kiela mengumpat dalam hati. Pikirannya berkelana, mencari-cari ide untuk membalas kakak kelasnya. Bukan Kiela si Gemini Mematikan namanya kalau ia tidak bisa membalas Daffa dkk.
"Jangan ngelamun," tegur Agra anak OSIS yang baru saja datang bersama Aland si pentolan ekskul Pramuka.
"Mending mikirin kakak aja, ntar kakak pikirin balik," celetuk Daffa Rivaldi. Memang tidak ada habis-habisnya orang ini.
"Daffa kebiasaan," bisik Mukhlis pada Renita. Mereka berdua adalah panitia yang bertugas menjaga anak Study Club selama kegiatan pos to pos.
"Udah gak aneh kali, Ndan."
Seorang Mukhlis Ramdan mengangguk kecil. Setuju dengan kata-kata Renita.
"Jadi di jawab nggak nih?" tanya Wulan.
"Siap, jadi, Kak," jawab Bambang kembali ke posisi tegap.
"Jadi sebenarnya, ini tuh posssss ...," Wulan menggantung kalimatnya.
Tatapan penuh harap terpancar dari wajah anak Study Club.
"Posyandu! Nggak lihat tuh kakak-kakaknya pada bawa freshcare sama Betadine?"
Anggota Study Club tertegun. Jadi sedari tadi mereka dikerjai? Bagaimana bisa? Jahat sekali!
"Kakak tuh sengaja nahan kalian biar kalian istirahat. Kakak nggak mau kalian sakit," terang Daffa lembut. Cowok itu terkekeh pelan lalu tersenyum.
"Semangat terus, jangan ada yang sakit, ya," suara Wulan melembut. Tatapannya juga menjadi ramah.
"Selamat melanjutkan," kata Daffa.
Anak Study Club masih terdiam. Tidak percaya mereka diberhentikan karena kakak kelasnya tidak ingin mereka sakit. Rasa kesal yang tadinya tumbuh dihati mereka langsung sirna. Senyum tipis juga tercetak di wajah mereka. Apalagi Kiela yang langsung tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Yaudah, ayo lanjut," ajak Siska ramah. Akhirnya anak Study Club pun meninggalkan tempat itu.
__TANAT__Uwuwuwuw:v
Ini pos apa?
Poskesmas, Dek. Buat ngobatin hati kamu, ahayyy.
/Tampol author
WHAT IS POSKESMAS? :v
Ci yu nek taim.
Jaga kesehatan selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
nothing
Random"Menulis adalah caraku mengabadikan kisah yang akan menjadi kenangan abadi." Ketika semua tulisan yang tersebar kembali disatukan, membentuk puzzle kenangan yang hangat. Seketika mengundang nostalgia tak terelakkan. Hanya sekumpulan cerita yang semp...