Cowok Selalu Salah Pt.2

4 0 0
                                    

Gua menyiapkan diri serapi mungkin. Hari ini adalah hari spesial dimana kemungkinan besar gua akan jadian dengan Miru dari jurusan vocal dan dance.

Di depan kaca, gua sibuk merapikan diri. Tangan kanan gua bertugas menyisir rambut yang masih basah, sedangkan tangan kiri sibuk menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh. Yah, biarinlah habis, nanti juga bisa beli lagi. Tapi, kalau gadis secantik Miru, mana bisa dibeli di toko depan rumah?

"Sayang, ada SMS..."

Seketika gua merinding natap hp gua yang tergeletak diatas nakas. Gila, gimana bisa gua lupa ganti dering SMS hp gua? Sial, jadi terpaksa denger suara cewek genit tetangga sebelah. Yah, ambil hikmahnya aja Jay, jangan pernah ninggalin hp begitu aja tanpa pengaman.

Tangan gua terjulur mengambil hp untuk membaca pesan yang masuk. Gua ketikkan kata sandi untuk membuka hp dan membaca pesan yang masuk. Ternyata pesan itu dari Miru. Dia sudah menunggu di kafe?!

Buru-buru gua tekan tombol off untuk mematikan handphone gua. Tapi karena gak mati-mati, akhirnya gua banting sampai keluar baterainya.

"Nah, mati juga akhirnya."

Gua masukkan hp beserta baterainya ke dalam saku celana. Kini gua sibuk mencari kunci motor nungging gua yang nggak tau dimana.

Di celah-celah sofa nggak ada, di deket tv gak ada, di bawah meja nggak ada, ngegantung di motor juga nggak. Lah, terus dimana?

Gua pukul paha gua karena kesal. Tak sengaja tangan gua mengenai benda padat yang keras. Sontak gua mengumpat dan melihat apa yang mengganjal dibagian paha gua.

"LAH? INI KUNCINYA!"

Jadi dari tadi kuncinya udah gua kantungin? Kebiasaan pikun, gua baru inget habis pakai celana tadi gua langsung masukin kunci ke saku celana.

Akhirnya, gua naik motor dengan ngebut ke kafe depan rumah dan sampai dalam waktu sepuluh menit. Gua parkirkan motor gua di parkiran kafe dan menyempatkan diri mengaca di kaca motor. Siapa tau gitu, ada cabe nyangkut, kan malu.

Mengaca dengan percaya diri, gua melihat sesuatu yang lebih parah dari cabe nyangkut yang nyangkut di gigi. Rambut gua sekarang acak-acakan kayak kabel kusut. Bego, gua lupa pake helm. Gua coba merapikan rambut gua sebisa mungkin dan berjalan menghampiri Miru.

"Hai, Miru," sapa gua lembut. "Maaf telat."

"Oh, Jay. Ya, gapapa sih, daripada nggak datang sama sekali. Ayo duduk."

Gua mengangguk dan duduk diseberang meja sambil menatap wajah Miru yang cantiknya luar biasa nggak ketulung.

"Eh, Jay, mau pesan apa?"

Gua mengerjap. "Green tea."

"Oh? Kamu juga suka green tea? Wah, kesukaan kita sama," tawa Miru senang.

Gua ikut tertawa. Hahaha, dia nggak tahu, padahal gua abis stalk dia abis-abisan buat nyari tau apa aja kesukaannya.

"Pelayan, green tea dua," pesan Miru setelah memanggil salah seorang pelayan di sudut kafe.

"Ada yang mau dipesan lagi?" tanya pelayan itu.

"Nggak ada kayaknya. Iyakan Jay?" Miru natap gua.

Gua mengangguk. "Iya."

Setelah menunggu sambil berbincang, akhirnya green tea pesanan kami disajikan. Karena haus gara- gara tadi makan angin, gua buru-buru minum green tea yang ternyata rasanya luar binasa.  Keselek gua coy.

Miru terlihat khawatir. "Jay, kamu nggak papa?"

"Nggak, nggak papa." Gua tersenyum kearah Miru.

nothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang