03. Merasa Seperti Pelacur!

9.6K 247 15
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA DAN JANGAN LUPA KOMEN💗😊
PEMBACA GELAP MENJAUH!
_______________________________

"M-Maksud Mama apa?"

"Iya, Tuan Muda Rey akan datang melamarmu. Anak mama beruntung banget sih."

Tasya terdiam, menatap kosong ke arah Nadira. Pikirannya seketika itu menjadi kosong. Kembali terngiang perkataan Nadira tadi.

Tasya berbalik dan berjalan menaiki satu persatu anak tangga dengan tatapan hampa. Gadis itu sudah tidak memperdulikan Nadira yang sedari tadi memanggilnya.

Tasya berharap ini semua adalah mimpi dan nanti dia akan bangun menyadari bahwa semua yang dia alami belakangan ini hanyalah bunga tidur.

Di atas ranjang dia duduk, menatap lurus ke depan. Dunianya menjadi suram, seakan cahaya kehidupannya sirna.

Tasya harus bagaimana sekarang? Dia bingung, dia tidak tahu harus berbuat apa?

Sungguh dia tidak ingin menikah dengan Rey. Satu-satunya harapannya sekarang adalah Nadira, tapi sekarang mamanya sendiri bahkan lebih mendukung Rey.

Tasya masih terbilang cukup muda untuk menghadapi suatu masalah besar seperti ini. Pikirannya masih labil, tak bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Bukannya dia egois tidak memikirkan anak dalam kandungannya. Tapi dia mampu untuk membesarkan anaknya tanpa bantuan dari Rey. Dia sangat yakin akan hal itu, tapi sekarang ke mana dia harus meminta bantuan?

Di kediaman Rey ....

Rey terbangun dari tidurnya, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dan terkejut karena tidak mendapati keberadaan Tasya di sampingnya.

Tangannya terkepal kuat. Berani sekali gadisnya pergi tanpa pamit.

"Di mana dia?!" tanya Rey kepada seluruh pelayannya. Tidak ada yang membuka suara, membuat emosi Rey semakin memuncak.

"Jawab!"

"K-Kami tidak tau t-tuan," ucap salah satu dari pelayan itu. Semuanya tertunduk takut, tidak ada yang berani menatap Rey yang sedang dipenuhi dengan amarah.

"Dasar tidak berguna! Aku akan mengh---"

'Drrrrtttt'
Satu panggilan masuk, membuat Rey menghentikan ucapannya. Rahangnya mengeras, Rey paling tidak suka jika dia sedang diganggu.

Tangannya dengan cekatan merogoh benda persegi itu, Rey menghela nafas pelan. Berusaha menetralkan emosinya. Dia mengangkat panggilan itu.

°  °  °
"Halo, tuan muda," sapa Mama Tasya.

"Iya, ada apa?" tanya Rey langsung to the point.

"Saya ingin mengundang anda untuk makan malam. Sekalian mengenalkan Tasya dengan anda. Apakah tuan ada waktu?"

"Apakah dia di situ?" tanya Rey balik.

"I-Iya, memangnya kenapa?"

"Oke."
°  °  °

Rey mematikan sambungan telepon itu, bibirnya mencetak sebuah senyuman miring.

"Hm, ternyata dia sudah pulang."
*  *  *

"Tasya, bersiap-siaplah sayang. Kita akan kedatangan tamu!" teriak Nadira dari bawah.

Tasya yang mendengar itu, tersadar dari lamunannya. Tasya menuruti perkataan Nadira. Gadis itu mulai bersiap-siap. Dari tatapannya tak ada lagi seorang Tasya yang ceria, hanya ada kekosongan. Tubuhnya memang di sini, tapi jiwanya entah pergi ke mana.

Percintaan SemalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang