05. Penyesalan Yang Terlambat

6.4K 193 12
                                    

Sebelumnya author mau MINTA MAAF, karena ada kesalahan dalam pengupdatean cerita. Tapi, sekarang cerita ini sudah DIREVISI.
Kalian bisa baca dari awal, kisahnya akan memberikan kesan yang lebih baik dan bagus.
Sekali lagi maaf 🙏
_______________________________



Nadira dengan cepat berlari ke arah Tasya, begitu banyak darah disekitar putrinya. Membuat Nadira semakin cemas, tidak ada pelayan di rumah karena mereka semua izin pulang hari ini.

Buliran bening itu perlahan mulai turun dan membasahi pipi Nadira, kondisi putrinya terlihat sangat parah.

Nadira berlari keluar dan mencari Mang Ujang, satpam rumah. Untuk membantu membawa Tasya ke rumah sakit.

Rumah Sakit Kencana ....

Seorang wanita sedari tadi bolak-balik di depan ruangan operasi. Air matanya sedari tadi terus saja menangis. Sungguh, Nadira sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu.

Pikirannya berkecamuk, jika terjadi sesuatu pada Tasya. Maka Nadira tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Di tatapannya nanar ke arah pintu yang masih juga tertutup. Rasa khawatir semakin menyerangnya. Nadira sangat berharap agar putrinya itu bisa selamat.

"Bertahanlah Tasya ...," lirih Nadira.

Getaran pada sakunya membuat Nadira berhenti dan segera mengambil benda persegi dari sakunya.

°  °  °
"Nyona Nad---"

"Rey bisakah kamu datang ke rumah sakit," potong Nadira cepat. Nadira berusaha menahan agar suara isakan tangisnya tidak terdengar.

"Ada apa?"

"Hiks ... T-Tasya dia jatuh dari tangga, dia ada di dalam ruang operasi sekarang," lirih Nadira.

"Apa?! Rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Kencana."
°  °  °

Tangan Nadira bergetar hebat, ponsel yang tadi dia genggam langsung terjatuh begitu saja. Wanita itu mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dia takut. Sangat takut, kehilangan Tasya!

Rey melangkahkan kakinya menapaki rumah sakit itu. Tempat tujuannya sekarang adalah IGD, setelah bertanya kepada salah satu perawat rumah sakit. Rey langsung bergegas menuju ruangan itu.

Dari jauh, netranya bisa melihat sosok wanita yang sedang terduduk lemas di kursi tunggu depan ruangan IGD.

Raut kecemasan semakin tersirat jelas di wajahnya, jantung Rey berdetak tak karuan sekarang. Semoga Tasya baik-baik saja.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Rey khawatir.

Nadira mendongkak menatap ke arah Rey, penampilan Nadira sekarang benar-benar sangat kacau.

"T-Tasya sedang berjuang melewati masa kritisnya," lirih Nadira. Wanita itu kembali menangis setelah mengatakan itu.

Kekhawatiran menghampiri Rey, berjam-jam dia hanya mondar-mandir di depan ruang operasi. Cemas, takut kehilangan. Rey takut kehilangan Tasya!

"Semoga kalian baik-baik saja," lirih Rey dalam hati. Yang dia maksud kalian adalah Tasya dan anak yang ada di dalam kandungannya.

Beberapa kali, para perawat keluar masuk membawa kantong darah. Rey sudah mencoba bertanya, tapi tak ada sahutan.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan itu.

Nadira dan Rey yang melihat pintu terbuka, langsung bergegas menuju ke dokter yang baru saja keluar itu. Menghujaminya dengan berbagai pertanyaan.

Percintaan SemalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang