MELURUSKAN

13 5 0
                                    

Ayana menceritakan semuanya ketian, dengan mata terpejam dan keringat yang tidak berhenti mengalir ia terus berbicara ketian sembari tertidur dipaha tian.

Ayana takut membuka mata dan takut tian akan melepaskan genggamannya lalu akan meninggalkannya sendiri karena semua yang telah ia dengar.

"takut gelap? Setiap tidur gelisah?" tanya tian

"setiap gelap datang, aku ngerasa hancur ribuan kali"

Tian memandang wajah ayana yang tidak berani membuka mata dan tian juga merasakan genggaman yang sangat erat dari ayana.

"telfon?" tanya tian lagi

"aku benci suaranya" jawab ayana

"terus kenapa ketakutan?" tanya lagi tian

"aku ngerasa dia ada dibelakang aku"

Tian akan menanyakan semua hal yang selalu ia fikirkan tentang ayana sekarang, ketika ayana berani menceritakan semuanya ketian maka tian juga akan memberanikan dirinya.

"pergelangan tangan kamu biru, bibir kamu luka, aku kira kamu berantem" sahut tian dengan tawa kecilnya

Saat ayana mendengar itu ia langsung bangkit dari tidur dan memandang tian, ayana bingung tian tau darimana kejadian itu.

"tau dari mana?" tanya ayana menatapnya

"ada orang yang kamu usir tapi selalu perhatiin kamu" kata tian tersenyum

"dian?"

Tian mengangguk dengan senyumnya, sedangkan ayana masih memandangnya. Ternyata tian masih bisa tersenyum setelah mendengar semuanya.

"heh, kenapa?" tanya tian karena ayana menatapnya

"kamu gapapa?" tanya balik ayana

"maksudnya?" jawab tian yang masih tidak mengerti

Ayana masih diam dan memandang wajah tian dengan begitu serius, yang ia fikirkan tian hari ini akan pergi setelah mendengar semuanya karena ayana bukan wanita yang sempurna.

"oh aku ngerti, aku masih bersikap biasa aja setelah dengar semuanya? Iyakan? aku peramal emang hahaha" sambung tian dengan tertawa

"iya" anggukkan kepala ayana

"aku ga punya alasan" jawab tian santai

"kamu bimbang ya? Jangan karena kamu udah terlanjur janji sama aku jadi buat langkah kamu berat ninggalin aku tian, aku tau kamu kecewa" sambung ayana

"iyasih kecewa, tapi kalau bimbang enggak kok.."

"aku bakal tetap disini dan gabakal biarin kamu jatuh sendirian lagi" jawab tian dengan senyumnya

Ayana membalas senyumnya, ia benar - benar merasa beruntung bisa bertemu dengan lelaki seperti tian.

"sekarang aku mau gantian nanya lagi" kata tian

"apa?" jawab ayanaa

"kenapa dulu gabela diri sih?" tanya tian

"mama aku sendiri aja gabisa percaya sama aku, apalagi orang lain tian..." jawab ayana

"kamu udah ngambil kesimpulan sebelum tau hasilnya" sahut lagi tian

"aku tau hasilnya tian! Orang lebih percaya apa yang dia liat daripada yang keluar dari mulut aku" jawab ayana tersenyum

"AY!!" keluh tian yang kesal

Ayana tertawa kecil melihat tian yang membentaknya, ia memandang tian dan langsung memeluk tian dengan eratnya.

"kamu takut aku pergi ya?" tanya tian

"bukan pertanyaan, gamau jawab" jawab ayana yang memeluk semakin erat

"jangan pernah takut lagi ya, kamu ga sendirian sekarang" sahut tian

Tian membalas balik pelukan ayana dan memainkan rambutnya, dan saat memainkan rambut ayana ia teringat satu hal dan langsung melepaskan pelukan ayana.

"kenapa?" tanya ayana yang kaget

"rambut kamu ga pernah digerbang??!! Karena dia lebih suka kamu yang gerbang rambut?" tanya tian dengan cepat

Ayana tertawa saat melihat ekspresi tian yang berubah hanya karena ingin menanyakan hal seperti itu.

"ga cantik aja bisa dapetin kamu" ledek ayana ke tian

"aku nanyak ayanaaaa" sahut tian lagi merengek

"iya, udahkan?" jawab ayana tersenyum

"udah" sahutnya lagi dan kembali memeluk ayana

Untuk pertama kalinya ayana menceritakan semua yang ia pendam selama ini kepada seseorang, rasanya sangat lega saat bisa berbagi cerita. Apalagi saat menerima respon yang sangat baik seperti saat ini

"aku gatau rasanya bakal senyaman ini pas dapat respon baik waktu cerita" kata ayana

"menghargai jujurnya seseorang itu susah ayana, dan aku seneng kamu bisa jujur semuanya sama aku" jawab tian

"aku sayang kamu" bisik ayana

***

Terkejut mendengar semuanya, merasa kaget dan cukup kecewa karena ayana jauh dari apa yang di bayangkan, mungkin itu yang dirasakan tian saat ini tapi ntah kenapa apapun yang ia rasakan tian tidak mampu untuk meninggalkannya.

Sesampainya tian dirumah setelah mengantar ayana pulang ia langsung membaringkan badannya di sofa ruang tvnya.

"kenapa kamu?" tanya bundanya menghampiri tian

"agus kecewa, tapi masih bisa senyum! Masih bisa bertahan lagi"

"malah agus ngeluari kalimat yang... ah udahla bun" jawabnya

Bundanya memandang tian dan langsung duduk disampingnya, bundanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang labil.

"berarti kamu tulus" jawab bundanya ketian

Tian langsung memandang bundanya dengan tersenyum, seolah ia senang saat bundanya mengatakan bahwa tian adalah orang yang tulus.

"kamu nyesel ga setelah ngelakuin semuanya?" tanya bundanya

"enggak, malah agus ngerasa berarti dia udah percaya sama agus dan agus seneng tapi campur kecewa bun... gimanaa agus gabisa jelasinnya" jawab tian dengan nada bingung

"yaudah! Ikuti keputusan yang kamu pilih sekarang" jawab bundanya lagi dengan senyum

Tian memandang wajah bundanya yang terlihat tidak penasaran siapa yang dibahas oleh tian sekarang.

"bunda emang tau aku bahas siapa?" tanya tian

"siapapun yang kamu bahas, bunda udah paham" jawab bundanya menyombongkan diri

"idiiiiih, tapi agus gabisa cerita sepenuhnya bun, jadi sampai disini aja cerita kita ya" sahut tian dengan tertawa

"emang bunda ada nanya sampai akar - akarnya? Gakkan? Anak bunda juga punya rahasianya sendiri agusss, dan kamu juga udah dewasa untuk semua keputusan yang kamu ambil" jawab bundanya

Tian memeluk bundanya dengan senyum kecilnya. Bundanya tidak pernah memaksa tian untuk menceritakan masalahnya sedikitpun, bundanya memang selalu membiarkan tian bercerita sendiri tanpa harus ada paksaan.

Ayana masih tersenyum dikamarnya memandang boneka pemberian tian, ia masih membayangkan senyum tian tadi dan membuatnya semakin jatuh hati kepada tian.

***

Pagi ini ayana datang berjalan menghampiri tian yang telah menunggunya didepan pagar, ayana memberikan senyum terbaiknya hari ini pada tian.

"ikuti keputusan yang gue pilih sekarang"

"gue udah disini, gaakan pergi, kita lalui sama - sama"

Batin tian saat memandang balik ayana yang menghampirinya.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang