He's my attention

19 5 0
                                    

Happy reading:v

*****

"Lapangan basket disebelah mana ya?" Tanyaku lagi meskipun cowok ini tidak membalas senyumanku. Aku merasa sedikit kesal pada cowok ini

"Hahaha aneh banget sih lo masa lapangan basket sekolah sendiri aja gatau" jawabnya sambil tertawa mengejek

Aku sebenarnya sudah kesal dari tadi,aku menyesal telah bertanya pada orang ini,kalau mengetahui sifatnya seperti ini lebih baik aku bertanya kepada yang lain saja. Aku sedikit kesusahan saat ingin menjawab ucapan cowok dihadapanku ini,pasalnya ia mengira bahwa aku murid di sekolah ini karena aku mengenakan pakaian putih abu-abu sama seperti siswa disini. Jadi dia tidak mengenali bahwa aku berasal dari sekolah lain.

"Gu...gue anak baru, iya..anak baru. Jad jadii belum tahu seluk beluk sekolah ini" ucapku terbata bata dengan penuh kebohongan

"Oh anak baru,ikut gue" ajaknya padaku dengan santainya

"Ikut? kemana?"

"Enaknya kemana,Hem? Tanya cowok itu sambil tersenyum jahil

"Eh?" sahutku spontan tanpa tahu maksud pembicaraannya

"Kok eh?, hahaha" jawabnya yang membuatku semakin bingung

"Ga jadi,biar gue cari sendiri aja. Makasih"ucapku kesal lalu segera berlalu dari hadapannya

"Hey..hey..tunggu" sergahnya cepat

"Apa lagi?" Tanyaku sambil memutar tubuhku menghadap ke arah cowok itu

"Katanya tadi mau ke lapangan basket giliran diajakin malah gamau,yaudah gue duluan ya" balasnya sambil berjalan mendahului ku

"Eh tungguin dong" balasku sambil mensejajarkan langkah kakiku dengannya

Saat diperhatikan cowok disampingku ini memiliki postur tubuh yang ideal. Tubuhnya tinggi dengan balutan kulitnya yang putih, hidungnya mancung,alisnya tebal, tatapan matanya sangat tajam. Saat tertawa seperti tadi cowok ini sangat mempesona dan sangat manis meskipun ia tersenyum mengejek. Cukup sekali lihat saja aku yakin semua orang pun akan setuju bahwa lelaki disampingku ini memiliki wajah sangat tampan.

"Udahan kali liatin gue,kita udah sampai nih"aku terkejut ternyata ia menyadari tindakanku

"Eh..oh iya iya.. makasih yaa" ucapku senang sambil mencari keberadaan Sania. Persetan dengan ke-pedean-nya

"Makasih doang? bayar kali" jawabnya santai

Lagi lagi lelaki ini membuatku bingung "bayar Mulu dari tadi, matre amat Lo ya"

"Iya,emang kenapa?" Masih dengan nada bicara yang sama

"Aneh. Yaudah mau dibayar berapa?"

"Seribu"

"Seribu? Yakin Lo?" Aku kembali dibuat terkejut oleh jawaban yang ia berikan, aku tak habis pikir dengan ucapannya yang sembrono sungguh sangat berbanding terbalik dengan wajah yang dimilikinya.

"Yakinlah. Buat beli permen karet"

"Hahaha. Ups sorry..oke oke bentar" aku tak bisa menahan tawaku saat mendengar alasan yang ia berikan,dia bahkan bukan lagi anak-anak. Aku segera membuka tas sekolahku dan mengambil uang sambil menahan tawa. Yang benar saja ia hanya meminta uang seribu. Lucu sekali. Namun saat aku hendak mengeluarkan uang dari dompetku ia kembali mengeluarkan suara.

"Hahaha..lagi-lagi dibawa serius,gue becanda kali..udah simpen aja duit seribunya, bye" ucapnya sambil berlalu meninggalkanku

Melihat lelaki itu semakin menjauh aku pun langsung mencari keberadaan sania. Ada sedikit perasaan lega bahwa sikap anehnya hanyalah candaan belaka. Receh juga pikirku

OUR (Kita Adalah Sebuah Pilihan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang